Pages

Selasa, 25 Februari 2014

Review Novel : Cinta dalam Hati, Orina Fazrina



Judul : Cinta dalam Hati
Penulis : Orina Fajrina
Jumlah Halaman : vi + 166 hlm.
Genre : Young Adult Romance
Penerbit : Rumah Kreasi
Cover Designer : -
Tahun : 2013
Harga : Rp. 30.000 (beli langsung sama penulisnya)
One word about this book : Dull

Aira
Bagaimanapun, aku harus move on. Aku memang janda sekarang, dan itu tak akan mengubah hari-hariku menjadi suram. Mungkin, bertemu Egi, Erin, dan Nana adalah ide yang bagus. Ya. Aku harus kembali pada mereka. Aku akan merencanakan liburan ke Bali bersama Egi dan Erin untuk menemui Nana di sana—yang bekerja sebagai tour guide.

Egi
Sial! Ternyata aku masih belum mampu melupakannya. Sewaktu Aira menikah, aku sudah bertekad untuk belajar meredakan cinta ini untuknya. Namun saat Aira kembali dengan status single-nya, apa aku mampu terus menekan perasaan ini? Aira, andai kautahu aku mencintaimu hingga kini dan andai aku bisa mengungkapkan rasa itu padamu.

Erin
Egi, kautahu kau sudah terlalu sering menyakitiku. Aku mencintaimu sejak kita SMA tetapi kau tak peka pada perasaanku dan malah menambatkan cintamu pada Aira. Setelah Aira menikah, kukira aku akan berkesempatan menghuni celah kosong di hatimu, namun nyatanya cintamu masih utuh untuknya. Egi, jujur, aku tak mampu melihat kau dan Aira sekarang.

Nana
Ya Tuhan! Egi yang memendam cintanya pada Aira, Erin yang memendam cintanya pada Egi, dan mereka sama sekali tak sensitif terhadap perasaan masing-masing?!! Aku tak bisa tinggal diam karena kondisinya semakin tidak sehat. Ya, aku siap menjadi mediator Egi untuk Aira, dan Erin untuk Egi. Lalu biar mereka memilih masing-masing.
***
            Entahlah! Sudah ribuan kali mungkin saya menekan backspace karena menuliskan sinopsis novel ini ternyata tidak mudah. Bisa dibilang, novel ini hanya menjalankan premis utama dari sebuah alur tanpa pengembangan yang signifikan. Lalu, jadilah sinopsis novel ini diceritakan dengan format seperti di atas yang saya rasa, pasti dapat dimengerti dengan mudah. Aira, Egi, Erin dan Nana bersahabat sejak SMA karena kesamaan hobi (k-popers). Egi cinta Aira tapi nggak berani bilang. Erin cinta Egi tapi tak berani bilang. Aira menikah. Suaminya meninggal. Egi kembali cinta Aira. Erin semakin patah hati. Dan endingnya akan mudah sekali ditebak karena dari awal ceritapun dapat diketahui dengan jelas ke pelabuhan mana bahtera cinta Egi (ciaaaahhhhh!!!) akan menepi. Mengenai karakter, sebenarnya karakter Aira yang galau baru ditinggal mati suaminya, Egi si k-popers cowok yang heboh (yang katanya ikutan nangis kalau nonton drama Korea), Erin si freezer alias si cewek dingin (yang katanya satu-satunya di antara mereka yang nggak ikutan nangis atau ketawa kalau nonton drama Korea), dan Nana si cewek berisi yang heboh juga, adalah karakter-karakter yang bisa sangat berkesan kalau dikembangkan dengan baik, namun sayangnya, karakter mereka malah dangkal. Dangkal sekali. Bahkan mereka yang terbilang sudah dewasa (apalagi Aira yang sudah pernah menikah) malah masih kelihatan kekanak-kanakan kayak anak SMA labil. Nggak ada sedikitpun bagian novel yang dapat mengesankan bahwa mereka itu sebenarnya orang dewasa.
            Dari segi tekhnis penulisanpun, terkesan sangat biasa sekali. Dulu waktu sepupu saya pinjam novel ini, katanya ceritanya jambu banget alias terlalu mengumbar kata berbunga-bunga, puitis, gombal-gembel atau apalah namanya. Namun setelah saya baca, ternyata gaya bahasanya biasa saja. Diksinya biasa. Dialognya biasa, bahkan ganggu dengan pemakaian kata ‘kau’. Setahu saya, nggak pernah ada orang yang memakai kata ‘kau’ dalam percakapan sehari-hari kecuali orang Batak yang ngomong Bahasa Indonesia mungkin (no SARA). Sementara, kata ganti ‘kamu, lo’ lebih lazim dipakai dan ‘Anda’ untuk mengesankan situasi formal. Memang sih, rata-rata produk buku dari penerbit novel ini memang sering menggunakan kata ganti ‘kau’ tanpa saya tahu apa penyebabnya.
            Cerita yang sederhana, pengembangan karakter yang gagal, gaya penulisan yang biasa saja, dan adanya unsur ‘korea-koreaan’ di dalamnya (to be honest, boring banget Korea lagi Korea lagi) membuat saya tak bisa jatuh hati pada novel ini. Ditambah lagi dengan editor maupun proofreader novel ini yang sepertinya sambil ngemil tahu isi dengan 10 cabe di tiap gigitannya alias ngedit sambil kepedasan. Karena, wow, saya takjub dengan jumlah typo­-nya yang luar biasa banyaknya. Saya bahkan tak bisa terlalu fokus pada isi cerita karena nyaris di tiap halaman selalu ada kesalahan. Salah satu novel dengan editan terburuk sepanjang sejarah. Kalau ada Razzie Award khusus buku, mungkin editor maupun proofreader novel ini menjadi nominee terkuat untuk meraih piala Razzie the worst editor and proofreader.
Berikut saya paparkan kesalahan maupun typo yang bertebaran dalam novel ini akibat ulah editor yang kerja sambil makan tahu isi super pedas (sekaligus maen game online deh!)
1.      Hal 4 tersenyum . Senyumnya => tersenyum. Senyumnya
2.      Hal 15 melamun terus dari tadi, jadi nggak => melamun terus dari tadi. Jadi nggak...
3.      Hal 15 Aira menaikkan bahunya.. => Aira menaikkan bahunya.
4.      Hal 16 “..... kesalahan yang telah kubuat. => “..... kesalahan yang telah kubuat.”
5.      Hal 19 diusia => di usia
6.      Hal 20 mensejajari => menyejajari (berbasis pada kata ‘menyejajarkan’)
7.      Hal 21 untukmu, my queen => “Untukmu, my queen!” (karena petikan langsung).
8.      Hal 21 kau tahu....” => “Kau tahu....”
9.      Hal 21 gadis itu.. => gadis itu.
10.  Hal 25 airmata => air mata
11.  Hal. 25 menangkannya => menenangkannya
12.  Hal. 31 novelette seharusnya dicetak miring karena merupakan istilah asing.
13.  Hal. 31 di dalm => di dalam
14.  Hal. 32 seperit => seperti
15.  Hal. 32 menunjukan => menunjukkan
16.  Hal. 33 ada dua titik untuk mengakhiri sebuah kalimat.
17.  Hal. 36 lag => lagi
18.  Hal. 37 di buka => dibuka
19.  Hal. 38 pemakaian tanda baca yang salah pada kalimat berita. Seharusnya, wajah Erin memanas lagi diakhiri tanda titik bukan tanda seru.
20.  Hal. 39 melongokan => melongokkan
21.  Hal 41 menghipnotisnya => menghipnosisnya
22.  Hal. 48 di Kantin => di kantin
23.  Hal 49 ekpresi => ekspresi
24.  Hal 49 kata ‘pastinya’ seharusnya didahului huruf kapital karena di awal kalimat.
25.  Hal 51 mendadak,tenggorokan => mendadak, tenggorokan
26.  Hal 63 dari pada => daripada
27.  Hal 63 melihatkan => memperlihatkan
28.  Hal 65 tidak boleh ada tanda koma yang memisahkan induk kalimat dan anak kalimat jika kata penghubung pada kalimat majemuk tidak setara berada di tengah kalimat.
“Erin sedang membayar belanjaannya ................ dari kampus, ketika.......” =>
“Erin sedang membayar belanjaannya ................ dari kampus ketika........”
29.  Hal 66 pandagannya => pandangannya
=30.  Hal 67 shock => syok (kecuali jika kata ‘shock’ dicetak miring).
31.  Kau lakukan => kaulakukan
32.  Hal 68 baris 4 tidak ada tanda tanya di ujung kalimat tanya.
33.  Hal 68 baris 9 memakai huruf kecil di awal kalimat.
34.  Hal 70 baris 20 memakai huruf kecil di awal kalimat.
35.  Hal 70 ku antar => kuantar
36.  Hal 71 kau lihat => kaulihat
37.  Hal 73 paragraf pertama memakai perataan align left. Seharusnya justified.
38.  Hal 73 Bagaimana ya, Nana sekarang? => bagaimana ya Nana sekarang?
39.  Hal 74 tapi kuharap Bali .......... menjadi sosok yang berbeda? => tapi kuharap.......... sosok yang berbeda.
40.  Hal 74 respona => respons
41.  Hal 75 ke arah Erin. giliran...... => ke arah Erin. Giliran......
42.  Hal 75 ujer => ujar
43.  Hal 75 gumanya => gumamnya
44.  Hal 76 mood => mood
45.  Hal 76 pandanganya => pandangannya
46.  Hal 79 sekolahyang => sekolah yang
47.  Hal 79 berjalam => berjalan
48.  Hal 80 di bilang => dibilang
49.  Hal 81 boyband favorite => boyband favorit atau favorite boyband
50.  Hal 82 menyangi => menyayangi
51.  Hal 82 tissue => tisu / tissue
52.  Hal 83 shock => syok / shock
53.  Hal 83 Ima => Erin (mungkin pada awalnya nama Erin itu adalah Ima kemudian diganti oleh penulis/editor.)
54.  Hal 83 garaa-gara => gara-gara
55.  Hal 83 setahunitu => setahun itu
56.  Hal 84 Ima => Erin
57.  Hal 84 –yang => yang (seharusnya tidak ada tanda garis mendatar ‘ – ’)
58.  Hal 88 sorot matanya mengatakan Anak-ini-memang-tidak-berubah => sorot matanya mengatakan, anak ini memang tidak berubah.
59.  Hal 91 diluar => di luar
60.  Hal 91 di siapkan => disiapkan
61.  Hal 92 kamerannya => kameranya
62.  Hal 93 di foto => difoto (karena kelas katanya adalah kata kerja).
63.  Hal 94 mebalas => membalas
64.  Hal 94 kasus yang sama seperti poin no 48.
65.  Hal 95 berusa => berusaha
66.  Hal 97 di dengar => didengar
67.  Hal 102 runtuk => rutuk
68.  Hal 102 nyomblang => nyomblangin
69.  Hal 108 se kali => sekali
70.  Hal 108 memfoto => memoto
71.  Hal 113 kosonng => kosong
72.  Hal 113 cincinya => cincinnya
73.  Hal 115 meliihat => melihat
74.  Hal 118 lebih => Lebih (di awal kalimat).
75.  Hal 122 memperhatiannya => memperhatikannya
76.  Hal 124 sambai => sampai
77.  Hal 133 Airaa => Aira
78.  Hal 137 melongokan => melongokkan
79.  Hal 137 paragraf pertama kurang tanda titik di ujung kalimat.
80.  Hal 150 memunggungi => Memunggungi (di awal kalimat).
81.  Hal 150 di => Di (di awal kalimat).
82.  Hal 155 di lihatnya => dilihatnya
83.  Hal 156 hwating => hwaiting
84.  Hal 159 menunjukan => menunjukkan
85.  Hal 160 nayatanya => nyatanya
Bukan bermaksud kejam, tetapi inilah ‘Cinta dalam Hati’ apa adanya. Saya tidak melebih-lebihkan. Dan karena ini bersifat pendapat pribadi, pembaca lain bisa saja mengeritik ulasan saya. Mudah-mudahan saya tidak kapok membaca novel yang dieditori oleh editor novel ini.

Rating : 3,5 of 7
Cover : 4,5 of 7






 
Images by Freepik