Pages

Tampilkan postingan dengan label Dystopian Fiction. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dystopian Fiction. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Desember 2014

Review Novel: Allegiant, Veronica Roth



Judul : Allegiant
Penulis : Veronica Roth
Penerjemah : Nur Aini dan Indira Briantri Asni
Jumlah Halaman : 496 hlm.
Genre : Young Adult Fantasy, Dystopian Fiction
Penerbit : Mizan Fantasi
Cover Designer : Joel Tippie
Tahun : 2014
Harga : 48.750 (beli di fb: Naufal Jasa Kurir)
ISBN : 978-979-433-837-7
Rating di Goodreads : 3.6 stars of 382,451 reviews
First Sentence : Aku mondar-mandir dalam sel kami di markas Erudite sementara kata-kata wanita itu bergaung dalam benakku:………….
Final Sentence : Kita saling menyembuhkan.


Kurasa, api yang berkobar seterang itu memang tak ditakdirkan untuk bertahan lama. Hal. 453
-----
            Setelah kematian Jeanine sebagai puncak dari pemberontakan factionless, sistem faksi pun resmi runtuh digantikan dengan kehidupan baru tanpa adanya penggolongan masyarakat berdasarkan sifat tertentu. Tris, yang dianggap sebagai pembelot kelompok factionless yang dikepalai oleh Evelyn Johnson karena bersekutu dengan Marcus, harus diadili atas perbuatannya, namun syukurnya ia tidak dijatuhi hukuman. Di lain sisi, kelompok lain yang juga tidak senang dengan pemerintahan Evelyn memutuskan untuk percaya pada kata-kata Edith Prior, bahwa kehidupan di luar pagar perbatasan sangat membutuhkan para Divergent. Dunia yang tidak pernah tersentuh oleh mereka sebelumnya. Oleh karena itu, kelompok tersebut, yang menamai diri dengan Allegiant, membagi dua kelompoknya. Salah satu kelompok akan mencari tahu situasi di luar perbatasan yang dimaksud oleh Edith Prior, dan kelompok yang lain akan tetap berada di dalam pagar perbatasan untuk berjaga-jaga.
            Tris, Tobias, Christina, Uriah, Peter, Cara, dan Caleb adalah mereka yang diutus untuk mengecek situasi di luar perbatasan. Aksi kabur mereka berjalan lancar, apalagi ketika di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Zoe dan Amar yang ternyata adalah para penghuni Biro Kesejahteraan Genetika, tempat yang sebenarnya merupakan tujuan mereka. Di Biro itulah akhirnya Tris dan lainnya mengetahui maksud dari adanya faksi-faksi dan maksud dari istilah Divergent. Tris dan yang lainnya juga akhirnya tahu bahwa dunia di luar pagar perbatasan ternyata tidak lebih sejahtera dari kota mereka setelah sistem faksi runtuh. Dan hal itulah yang menyebabkan Biro Kesejahteraan Genetika berdiri. Yang lebih penting, Tris juga akhirnya tahu fakta mengenai ibunya.
            Hubungan Tris dan Tobias yang sempat renggang akibat perbedaan kubu yang mereka ikuti saat penggulingan Jeanine kini kembali mendapat ujian karena Tobias yang lebih memilih untuk mengikuti rencana Nita, salah satu staf di Biro Kesejahteraan Genetika, daripada menuruti saran Tris. Dan terbukti, Tobias akhirnya kena batunya karena Nita tak sepenuhnya jujur padanya. Dan untuk melanjutkan rencana yang gagal konsep tersebut, Tris, dibantu oleh Matthews dan kawan-kawannya yang lain, berniat untuk memulihkan persepsi yang kelewat salah mengenai gen tanpa menggugurkan lebih banyak korban jiwa lagi. Sayangnya, selalu harus ada yang berkorban untuk kebaikan. Caleb-pun dinominasikan untuk menjemput ajal tersebut dalam rangka memberikan kebaikan yang lebih besar untuk umat manusia. Sebagai orang yang merasa amat terpuruk karena rasa bersalahnya pada Tris (membantu Jeanine saat hendak mengeksekusi Tris), Caleb-pun bersedia melakukan hal itu demi menebus penyesalannya. Namun, takdir selalu punya caranya sendiri untuk mengatur apa yang harus terjadi di atas dunia.
            Bahkan manusia terkuat sekalipun tak pernah bisa menghindar jika takdir telah menentukan jalannya.
***
            Pertama-tama, bisa dibilang bahwa novel pamungkas dari serial Divergent ini menyibak banyak sekali rahasia, baik yang pernah dikulik sedikit di dua novel sebelumnya, maupun masalah yang benar-benar baru dikuak. Mungkin banyak reviewers yang beranggapan bahwa fakta di balik adanya sistem faksi dan kenapa Divergent sangat dirahasiakan dari seluruh faksi sama sekali tidak memuaskan, atau dengan kata lain, twist yang gagal memukau. Namun bagi saya pribadi, fakta yang dibeberkan Roth justru amat di luar dugaan.
            Sebelum lanjut ke pembahasan selanjutnya, saya harus peringatkan terlebih dulu bahwa review kali ini agak banyak mengungkapkan hal-hal yang sebaiknya diketahui sendiri saat membaca bukunya.
            Speaking of the revelation, ada empat poin yang ingin saya beberkan disini. Well, karena ini bukan tugas academic writing (which is dosen saya selalu menyarankan untuk menjelaskan dalam bentuk paragraf untuk melihat kesinambungannya), saya akan memamarkannya dalam bentuk poin-poin saja. Hehehe...
T1. Ternyata kota tempat Tris tinggal selama ini, Chicago, tak lain merupakan bagian dari eksperimen Biro Kesejahteraan Genetika. Ada beberapa kota yang dijadikan eksperimen oleh Biro Kesejahteraan Genetika yang dikepalai oleh David, namun hanya Chicago yang memiliki sistem faksi. Adapun eksperimen tersebut bertujuan untuk menghasilkan manusia-manusia yang memiliki gen murni. Biro melakukan mutasi genetik terhadap manusia untuk menghasilkan MG (murni secara genetis), atau dengan kata lain, mutasi genetik itu dilakukan untuk membuang sifat-sifat buruk manusia sehingga yang tersisa hanya yang baik-baik saja (para MG). Sehingga, para MG diharapkan dapat memperbaiki sistem yang telah kacau balau (akibat perang) dan menjadikan dunia kembali sejahtera.
22. Di dua buku sebelumnya, menjadi Divergent dapat dibilang sebagai aib, dan keberadaannya pun harus ditutup-tutupi serapat mungkin. Menjadi Divergent amat dekat dengan bahaya karena di faksi manapun, Divergent dapat diburu. Nah, di Allegiant, yang terjadi justru sebaliknya. Divergent adalah mereka yang dianggap memiliki gen yang sempurna atau MG. Divergent justru dapat diterima dengan baik di Biro, sementara mereka yang tidak Divergent (RG = rusak genetik), mendapat perlakuan yang diskriminatif.
33. Ibu Tris ternyata merupakan sukarelawan dari Biro yang dengan senang hati bergabung ke eksperimen Chicago dengan tujuan tertentu.
44.  Tobias ternyata pria yang fragile. Khusus yang satu ini, mungkin tak banyak yang menduga karena di dua buku sebelumnya, Tobias tampak tangguh dengan jubah Dauntless-nya. Ya, di Allegiant sudut pandang orang pertama memang dibagi bergantian antara Tris dan Tobias. Di bab-bab yang memakai sudut pandang Tobias, dapat diketahui bahwa ternyata pria tersebut menyimpan banyak kerapuhan. Lupakan pemuda gagah yang berjaket kulit dan memegang senjata dengan tangkasnya karena di Allegiant, Tobias mendadak melankolis. Saya rasa Roth menginginkan karakter yang lebih manusia sehingga tokoh utama pria kita kali ini tak luput dari ketidaksempurnaan.

Jika di Divergent kita akan disungguhkan dengan perkenalan mengenai faksi-faksi dan inisiasinya yang bikin geleng-geleng kepala saking kerennnya, dan di Insurgent kita disajikan penceritaan yang penuh ketegangan dengan action dan siasat yang bertebaran sepanjang cerita, maka di Allegiant yang lebih terasa adalah unsur politik. Memang tidak sepelik dan sekental atmosfer politik yang coba disampaikan oleh The Hunger Games, namun Allegiant masih tampil memikat. Tidak banyak adegan berdarah dan aksi saling bunuh di Allegiant karena Tris sendiri memutuskan untuk lebih menggunakan pemikiran dibandingkan otot. Di awal-awal bab, penceritaan memang berkutat seputar pengungkapan rahasia-rahasia yang sudah saja jabarkan di atas sehingga terkesan datar dan beralur lambat. Adegan aksi baru kembali digeber menjelang ending,  dan tidak tanggung-tanggung, Roth mengambil langkah yang teramat berani kali ini. Mungkin mayoritas pencinta Divergent akan mencak-mencak karena keputusan ini, namun bagi saya pribadi, langkah ini justru membuat Divergent terlihat lebih natural sebagai sebuah cerita yang dilakoni oleh manusia biasa, bukan manusia super atau kartun yang tahan banting.
Original Cover
Adapun bagian favorit saya di novel ini adalah waktu Tris dan kawan-kawan diajak naik pesawat. Saya nggak pernah kefikiran sebelumnya kalau di kota eksperimen secanggih Chicago ternyata nggak ada pesawat. Dan, tahu kan gimana reaksi orang yang jangankan baru naik, ini baru sekali doang malah ngeliat pesawat.
Masalah kekurangan, paling cuma dua PoV bergantian antara Tris dan Tobias agak membingungkan di awal-awal, terutama karena Roth tidak dapat memberikan ciri khas pada masing-masing karakternya. Cerita yang memakai PoV Tris dan Tobias cenderung sama. Kalau tidak ada nama tokoh sebagai judul bab, pasti susah membedakan apakah yang bercerita saat ini adalah Tris atau Tobias. Selain itu, buku Allegiant versi Mizan ini entah kenapa memakai kertas buram. Nggak kertas kuning kayak dua pendahulunya sehingga kelihatan kurang wah dan ketebalannya pun cenderung tipis. Sedikit jomplang kalau disandingkan dengan Divergent dan Allegiant.
Oh ya, kabar terbaru mengatakan bahwa Four juga akan segera rilis di Indonesia (waktu saya nulis ini tanggal 6 Desember. Mungkin saat review ini di-post, Four-nya udah terbit kali, hehehe). Agak bimbang sih mau beli Four atau tidak karena saya terlanjur nggak favorit sama Four. Namun kalau tidak dibeli, koleksi saya kurang lengkap dan pastinya melawan kecenderungan saya yang sedikit obsesif kompulsif ini.
Terakhir, Allegiant adalah buku favorit kedua saya setelah Divergent dari serial ini.

Rating
Cerita : 6,8 of 7
Terjemahan : 6,5 of 7
Cover Terjemahan : 6 of 7 (warnanya kayak ngirit tinta. Saya nggak yakin kalau cover aslinya warnanya sepudar ini).
Cover Asli : 6,8 of 7

Baca review Divergent di sini
Baca review Insurgent di sini

Review Novel: Insurgent, Veronica Roth



Judul : Insurgent
Penulis : Veronica Roth
Penerjemah : Nur Aini
Jumlah Halaman : 551 hlm.
Genre : Young Adult Fantasy, Dystopian Fiction
Penerbit : Mizan Fantasi
Cover Designer : Joel Tippie
Tahun : 2014
Harga : 44.250 (beli di fb: Naufal Jasa Kurir)
ISBN : 978-979-433-737-0
Rating di Goodreads : 4.2 stars of 581,696 reviews
First Sentence : Aku terbangun sambil menyebut namanya.
Final Sentence : Lalu, teriakan-teriakan mulai terdengar.

“Biarlah rasa bersalah mengajarkanmu bagaimana harus bersikap di lain waktu.” Hal. 175
-----
            Kekacauan yang terjadi di kota memaksa Tris, Four, Caleb, Peter, dan Marcus untuk mencari perlindungan di markas besar Amity. Untuk sementara, mereka memang aman berada di sana karena Amity memang menjunjung tinggi perdamaian dan bersedia melindungi para Abnegation yang tersisa asal mereka dapat mengikuti peraturan yang ada. Namun belakangan, Tris tahu bahwa Marcus, ayah Four sekaligus pemimpin Abnegation, menyimpan suatu informasi yang menjadi penyebab Jeanine berusaha melakukan genosida terhadap Abnegation. Bukan karena ingin merebut kursi pemerintahan yang selama ini dikuasai oleh kaum Abnegation. Sayangnya, Marcus sama sekali tidak ingin memberitahu informasi tersebut, baik kepada Tris maupun Johanna, juru bicara faksi Amity.
            Amity yang amat bergantung pada Erudite ternyata tidak bisa sepenuhnya menjadi tumpuan harapan Tris dan kawan-kawan maupun para Abnegation yang masih tersisa. Kedatangan beberapa orang dari faksi Erudite ke Amity memaksa Tris dan yang lainnya kabur dan akhirnya stuck di factionless. Berkat Four, yang merupakan putra dari Evelyn Johnson, pemimpin factionless, kedatangan Tris dan kawan-kawan dapat diterima dengan tangan terbuka dan bersama-sama mereka merencanakan untuk menggulingkan faksi Erudite. Namun di atas rencana tersebut, factionless juga berkeinginan untuk menghancurkan sistem faksi sehingga membuat penduduk hidup bebas tanpa dikelompokkan dalam faksi-faksi.
            Factionless bukan menjadi terminal terakhir Tris dan lainnya untuk memperjuangkan perdamaian. Mereka bergerak kembali ke markas Candor, dan bertemu dengan kaum Dauntless yang tak ikut bergabung dalam kubu Jeanine, juga Christina. Sikap Christina yang cenderung menjauh dari Tris membuat Tris semakin dirundung rasa bersalah karena telah menembak Will, pacar Christina, saat cowok itu dalam pengaruh simulasi Jeanine. Tekanan mental akibat kematian Will dan juga kedua orangtuanya membuat Tris memutuskan untuk menyerahkan diri pada Jeanine jika itu yang diinginkan oleh wanita itu. Ya, suatu waktu, markas Candor sempat diserang oleh Erudite dan Dauntless pembelot. Mereka meledakkan serum simulasi yang membuat siapa saja yang bukan Divergent pingsan. Sementara, para Divergent yang telah dikumpulkan akan dieksekusi. Hanya ada dua yang akan dibawa ke markas Erudite untuk diteliti. Salah satu dari dua Divergent itu adalah Tris, yang dianggap sebagai Divergent terkuat.
            Saat menyerahkan diri pada Jeanine, perlakuan-perlakuan yang diberikan pada Tris ternyata membuat Jeanine semakin frustasi karena Tris benar-benar kebal terhadap simulasi apapun. Sampai akhirnya, Jeanine memutuskan untuk mengeksekusi Tris dengan suntikan kematian. Syukurnya, eksekusi tersebut berhasil disabotase oleh seseorang yang selama ini dianggap Tris sebagai lawan. Dan saat itu pula, Tris mengetahui bahwa orang yang selama ini ia percayai, ternyata merupakan kaki tangan Jeanine dan ikut andil dalam rencana pengeksekusian dirinya.
            Tris yang berhasil lepas dari markas Erudite kini memiliki semangat juang yang makin termompa. Ia sadar bahwa kematiannya tidak akan membuat Will dan kedua orangtuanya bangga. Saat factionless dan Dauntless bergerak untuk menyerang Erudite, Tris justru mengambil keputusan yang tidak sejalan dengan Four. Saat Four percaya kepada pergerakan yang dipimpin oleh ibunya, Evelyn, Tris malah memilih untuk mengikuti rencana ayah Four, Marcus, yaitu menemukan data berupa file video yang dicuri Erudite dari Abnegation. Aksi tersebut membuatnya dicap pengkhianat oleh Evelyn apalagi Tris sempat meminta Tori untuk menggagalkan rencananya saat akan membunuh Jeanine. Namun, file video tersebut akhirnya ditemukan oleh Four dan ditayangkan ke seluruh monitor yang ada di markas Erudite. Video yang membuat Tris dan yang lainnya kembali melakukan perjalanan demi sebuah tujuan akhir, perdamaian.
***
            Insurgent adalah novel yang padat dan cukup rumit karena ada banyak sekali hal yang dibahas sehingga terkesan tumpang tindih. Pun, tokoh-tokoh yang terlibat di dalam novel ini juga ada cukup banyak. Beberapa karakter tambahan tampaknya tidak punya peran terlalu penting karena kehadirannya tidak memberikan pengaruh apa-apa ke jalan cerita. Terkesan hanya untuk memanjang-manjangkan cerita yang sudah amat panjang ini dan malah membuat cerita jadi semakin sulit untuk ditangkap.
            Selain itu, saya menjadi semakin tidak respek dengan karakter Tris dan Four. Mereka berdua bisa saja disebut tangguh, tapi rasa hormat terhadap orang yang lebih tua ternyata hilang sama sekali dari diri mereka. Ayah dan ibu Four bisa saja membuat Four terlantar dan kekurangan kasih sayang, namun sejahat-jahatnya orang tua, seharusnya Four bisa bersikap lebih sopan terhadap mereka. Saya kecewa ketika Four memukuli ayahnya hanya demi harga diri di hadapan Dauntless. Mengingat novel ini menyasar para pembaca remaja, seharusnya nilai buruk tersebut tidak diselipkan. Sikap Tris juga tak kalah menyebalkan. Pokoknya, mereka berdua bukan contoh yang baik buat para remaja. *emosi menggebu-gebu*
            Insurgent sendiri lebih banyak menyoroti masalah pertempuran yang tak habis seolah-olah nyawa manusia tak ada artinya. Pun, ketika Tris atau Four terluka akibat luka tembak dan sebagainya, saya heran kedua manusia ini amat tahan banting seolah-olah peluru panas hanya serupa gigitan semut gatal yang bisa disembukan seketika dengan mengolehkan minyak angin. Mungkin penulis ingin membuat bahwa hero/heroin pun tak luput dari gempuran senjata *sebagai antitesis dari film action yang sampai saat ini masih nonsense*, namun tarap kesembuhan mereka dari luka yang begitu cepat itu juga tidak masuk akal sama sekali.
            Entirely, Insurgent bukan novel mengecewakan terutama bagi kamu yang suka dengan adegan-adegan penuh aksi, namun Insurgent juga cukup melelahkan untuk dibaca karena hal yang sudah saya singgung di paragraf pertama tanggapan saya terhadap novel ini. Syukurnya, Insurgent menyajikan akhir yang bisa membuat pembaca untuk segera lanjut ke buku pamungkas dari serial ini.
            Finally, saya kecewa Nando harus ditewaskan secepat itu. Bukti lain bahwa tokoh-tokoh sejibun tersebut ternyata hanya menjadi aksesoris belaka.

Rating
Cerita : 6 of 7
Terjemahan : 6,5 of 7
Cover Terjemahan : 7 of 7
Cover Asli : 7 of 7 (cover terbaik dari serial ini, I think.)

 Baca review Divergent di sini
 
Images by Freepik