Pages

Tampilkan postingan dengan label Science Fiction. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Science Fiction. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Desember 2014

Review Novel: Gelombang (Supernova #5), Dee Lestari


Judul : Gelombang
Penulis : Dee Lestari
Jumlah Halaman : x + 482 hlm.
Genre : Fantasy, Philosophy, Science Fiction, Adult Fiction
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2014
Harga : 59.250 (Beli di fb: Naufal Jasa Kurir)
ISBN : 979-602-291-057-2
Rating di Goodreads :  3.8 stars of  495 reviews
First Sentence : Hutan dapat mengubah seseorang dalam sekali sentuhan.
Final Sentence : Sarvara.
Episode kelima dari seri Supernova

Kali ini, orang yang mengemban tugas sebagai supernova dengan kode Gelombang adalah Thomas Alfa Edison. Alfa, yang di kampung halamannya dipanggil Ichon, memulai perjalanannya di kampungnya sendiri, Desa Sianjur Mula-Mula tempat asal mula suku Batak berasal. Dengan tingkat spiritual yang masih amat kental, penduduk desa percaya bahwa ada leluhur-leluhur terdahulu, termasuk Raja Uti yang tinggal di Pusuk Buhit, yang menjadi tempat mereka menggantungkan harapan. Suatu malam, upacara gondang Raja Uti diadakan untuk meminta restu pada seorang lelaki yang ingin maju ke DPR. Ichon yang sejak kecil selalu merobek langit dengan tangisannya ketika gondang diadakan, untuk pertama kalinya akhirnya turut serta untuk menghadiri upacara tersebut. Namun, di malam itu pulalah, titik awal perjalanannya dimulai. Sesaat setelah roh Raja Uti merasuki Nai Gomgom, Ichon menyaksikan sesosok makhluk hitam tak berwajah yang berdiri di pelataran rumah, memerhatikannya. Makhluk itu adalah Si Jaga Portibi.
Setelah melihat Si Jaga Portibi, hari-hari Ichon mulai berubah. Tiap malam, ia kerap dihantui mimpi paling buruk yang pernah hadir dalam tidurnya. Untuk menangkal mimpi-mimpi itu, Ompu Togu Urat, sang pamuhai (tetua sakti), memberikan Ichon dua buah batu sebagai jimat. Ompu Togu Urat juga meminta Ichon untuk bersedia menjadi muridnya karena ia mengatakan hanya orang terpilih yang dapat melihat Si Jaga Portibi. Namun, suatu hari, Ichon juga dipinang seorang lelaki tua untuk menjadi muridnya. Lelaki tua yang berasal dari Tao Silalahi itu bernama Ompu Ronggur Panghutur. Yang tak diduga, ternyata Ompu Togu Urat dan Ompu Ronggur mempunyai hubungan yang teramat dekat. Dan salah satu dari mereka nyaris melenyapkan Ichon dari muka bumi sedang yang lainnya berhasil menyelamatkan Ichon dan membuka penghalang yang ada di kedua batu di tangan Ichon sehingga Ichon kembali dihantui mimpi buruk yang sekian lama tak bertandang dalam tidurnya.
Peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Ichon di danau Toba membuat dua keputusan akhirnya tercetus. Keputusan pertama datang dari keluarga Ichon untuk merantau ke Jakarta sesegera mungkin. Keputusan kedua datang dari Ichon sendiri untuk menjelma menjadi makhluk malam. Mimpi-mimpi buruk yang terus-terusan mengganggunya membuat Ichon memutuskan untuk tidak lagi tidur di malam hari. Sebagai gantinya, ia mengisi waktu bergadang tersebut dengan belajar. Dan waktu istirahatnya ia ganti di siang hari barang sejam dua jam. Berkat kecerdasannya dan peluang yang ada, Ichon mencoba peruntungan dengan ikut pamannya merantau ke Amerika, tepatnya Hoboken. Didorong oleh motivasi untuk keluar dari lingkungan keras Hoboken dan ingin segera menghasilkan uang untuk kesejahteraan keluarganya di Indonesia, Ichon, whose nickname now is Alfa, belajar mati-matian agar dapat beasiswa di salah satu universitas terkemuka. Dan harapan tersebut itu pun terwujud meski Alfa harus dihantui oleh perasaan cemas akibat statusnya yang sebagai pendatang ilegal di Amerika.
Namun, nasib baik terus-terusan menghampiri Alfa. Tawaran kerja di Wall Streets membuatnya menjadi tajir dalam waktu dekat dan Green Card, penanda kelegalan statusnya sebagai penduduk Amerika, pun dalam genggaman. Walau begitu, Alfa tidak semata-mata bahagia dengan kehidupannya yang serba berkecukupan. Apalagi ketika suatu saat, kedua kawan seapartemennya menghadiahinya tiket make out di bawah sebuah organisasi eksklusif. Sebuah lembaga pelacuran khusus kalangan atas. Tanpa disangka, Alfa yang biasanya kebal dengan godaan wanita, kini jatuh ke pelukan wanita yang dipilihkan untuknya malam itu. Ishtar. Seorang wanita yang akhirnya membuatnya mabuk dalam indahnya bercinta sekaligus membuatnya jatuh tertidur selama 6 jam setelah belasan tahun menjadi makhluk pengidap insomnia akut. Mimpi buruk-pun kembali menghampiri Alfa. Mimpi yang membuatnya amat depresi. Akibat mimpi itu, Alfa akhirnya bertemu dr. Nicky Evans, wanita muda cenderung kekanakan yang mengenalkannya dengan sebuah pusat penanganan orang-orang yang mengalami gangguan tidur, termasuk mimpi-mimpi buruk. Sebuah treatment-pun dijalani Alfa untuk mengetahui penyebab mimpi misterius yang berulang-ulang tersebut. Ditambah lagi, Si Jaga Portibi dan Ishtar juga hadir di dalam mimpi tersebut. Treatment yang dijalani Alfa-pun mengungkapkan bahwa Alfa cenderung menyakiti dirinya sendiri saat bermimpi dan itulah yang membuatnya merasa nyaris mati akibat mimpi tersebut. Penanganan Alfa jatuh ke tangan dr. Colin yang mengajarkannya cara untuk mengontrol mimpi. Perlahan, mimpi misterius itupun mulai terbongkar maksudnya tetapi ada satu yang Alfa tidak pahami. Ketika ia mencoba untuk memasuki sebuah bangunan di dalam mimpinya, Alfa diperingatkan bahwa ia belum cukup mempunyai sthirata untuk dapat bertahan di Asko. Istilah sthirata yang ditemui Alfa saat membaca buku Dr. Kalden Sakya. Hanya untuk mengetahui maksud dari istilah tersebut, Alfa rela terbang jauh ke Tibet untuk menemui Dr. Kalden.
Bersama Nicky, Alfa pun berangkat ke Tibet. Menemukan Dr. Kalden yang meskipun merupakan tokoh yang cukup terkenal ternyata tidak mudah. Tetapi, sebuah peristiwa pencopetan membawa Alfa ke Dr. Kalden yang ternyata sudah direncanakan. Melalui Dr. Kalden-lah Alfa tahu bahwa ia merupakan sebuah agen misi tertentu yang disebut Peretas. Sebagai peretas, Alfa tidak sendiri karena ada kelima temannya yang lain yang juga harus ia temukan. Dr. Kalden juga mengemukan konsep Infiltran sebagai pelindung Peretas dalam melaksanakan misinya dan juga Sarvara sebagai sosok villain yang bertugas untuk membasmi keberadaan Peretas di muka bumi. Melalui Dr. Kalden pula akhirnya Alfa dapat menembus Asko dan mengetahui hal-hal yang selama ini terselubung meskipun misi yang harus diembannya bersama kelima Peretas lainnya masih samar-samar.
***
            Meskipun jeda antara Partikel dan Gelombang berselang dua tahun, namun saya tidak merasakan penantian yang cukup lama untuk menunggu kehadiran buku kelima dari serial fenomenal ini. Gimana enggak, saya saja baru menamatkan Partikel beberapa bulan yang lalu. Hehehe... Yah, walau begitu, ada cukup banyak bagian-bagian dari Partikel yang sudah hilang dari ingatan. Tetapi, saya bisa katakan bahwa sebenarnya gambaran besar cerita antara Partikel dan Gelombang itu sejalan. Juga karakterisasi tokoh utamanya yang bisa dibilang jenius di bidangnya masing-masing.
            Novel dibuka dengan kisah Gio yang masih berkutat dengan pencarian Diva yang hilang di Amazon. Kali ini, Gio mendapat secuil petunjuk tentang keberadaan empat batu terbungkus belacu yang dijejalkan seseorang ke tangannya di Vallegrande. Ok, sejujurnya, mengenai empat batu ini saya benar-benar tidak ingat ada di buku berapa.
            Selanjutnya, kisah bergulir tentang pengalaman-pengalaman buruk Alfa yang ia temui dalam mimpi. Sama seperti Zarah di Partikel, Alfa juga memulai petualangan di sebuah kampung terpencil, dalam kasus ini di desa Sianjur Mula-Mula. Jika Partikel memberikan rasa goosebump melalui Bukit Jambul dan portal yang ada di sana, Gelombang menularkan mistisme upacara gondang dan sukses membuat saya ketar-ketir. Apalagi teman sekos saya yang notabene berasal dari suku Dayak juga pernah menceritakan upacara serupa di desanya yang hampir-hampir mirip gondang. Dengan musik-musik pengiring yang sangat efektif menebarkan perasaan traumatik. Ditambah lagi kehadiran Si Jaga Portibi yang jika dibaca dari deskripsinya, saya sih biasa saja. Namun entah kenapa namanya yang membuat saya cukup merinding.
            Setelah keluar dari desa, ‘tempat transisi’ Alfa berikutnya adalah Jakarta dan jika dibandingkan dengan Partikel, Zarah juga sempat singgah ke Tanjung Puting yang akhirnya membawa nasibnya ke Amerika. Well, lagi-lagi, Amerika menjadi setting tempat tokoh utama menghabiskan sebagian besar kehidupannya. Dan akhirnya, petualangan benar-benar mencapai klimaks ketika Alfa berangkat ke Tibet (dan Zarah terbang ke Glastonbury). Sampai disini, Partikel dan Gelombang bisa dibilang identik. Maka dari itulah banyak pembaca yang membanding-bandingkan Partikel dan Gelombang sehingga setelah diganjar dengan mahakarya di Partikel, Gelombang terasa kurang memenuhi ekspektasi.
            Tetapi, saya agak kurang sependapat. Walau saya akui Partikel lebih menarik dari segi ilmu pengetahuan yang disisipkan, namun saya teramat menyukai Gelombang dengan story development-nya yang semakin kesini, semakin mendekati fantasi. Lagipula, Gelombang mempunyai tokoh yang lebih loveable ketimbang Partikel. Memang sih, Zarah dan Alfa sama-sama jenius, namun Alfa terasa lebih humanis, sementara Zarah cenderung skeptis. Saya senang Alfa tidak melupakan budayanya sendiri which is budaya Indonesia dan juga ia masih peduli pada keluarganya di Jakarta. Sementara Zarah, ya... tahulah bagaimana.
            Speaking of theme, tema besar yang diangkat di Gelombang adalah tentang mimpi. Sayangnya, saya tidak terlalu paham dengan penjelasan mimpi yang dijabarkan oleh dr. Colin. Saya hanya menangkap beberapa hal seperti cara untuk mengontrol mimpi dengan menentukan sesuatu yang dekat dengan kita sebagai jangkar *Inception alert*. Yang jelas, tidak terlalu banyak perihal seluk-beluk yang dibahas dari sudut pandang ilmiah karena selebihnya hanya membahas tentang dunia di dalam mimpi Alfa yang menjadi petunjuk pertama mengenai makna Supernova (walaupun sampai selesai baca buku ini, saya masih nggak ngeh sedikitpun apa sih informasi yang sengaja dilupakan kemudian dicoba untuk diingat kembali oleh keenam orang terpilih ini?). Keminimalisan pengetahuan yang disisipkan ini yang membuat saya, dan mungkin juga beberapa pembaca di luar sana, merasa Gelombang tidak se-wah pendahulunya.
            Oh ya, masih ingat Ishtar kan? Tokoh di buku kedua, Akar, ini akan membuat Alfa melakukan perjalanan lagi untuk menemui Bodhi di Indonesia. Dilihat dari ending-nya, tampaknya buku selanjutnya akan menceritakan tentang perjalanan Alfa kembali namun saya sangsi kalau Dee mengangkat tokoh yang sama. Oh ya, ada pula tokoh yang dikira sudah meninggal di buku sebelumnya ternyata hidup kembali di buku ini. Semakin membuat rasa penasaran naik ke ubun-ubun. Namun jika boleh memberikan pendapat, saya ikhlas menunggu Intelegensia Embun Pagi (yang digadang-gadang sebagai buku pamungkas seri ini) dalam rentang waktu yang cukup lebar dari Gelombang karena belajar dari pengalaman, buku yang ditulis dalam waktu lama ternyata lebih berisi dan matang.
            Oh ya, Gelombang juga merupakan seri yang mempunyai benang merah terhadap novel-novel sebelumnya. Gelombang sempat berinteraksi dengan Ishtar dan Kell yang muncul di Akar (padahal kan Kell sudah mati?????), sempat berkomunikasi dengan Bintang Jatuh, melihat bayangan Gio (nggak yakin juga sih?), Elektra, Zarah, dan Bodhi saat Alfa tenggelam di Danau Toba, dan juga berniat untuk menemui Bodhi di Indonesia.
            Sayangnya, Gelombang terasa membosankan di pertengahan terutama ketika Alfa berada di Hokoben dan New York. Bagian favorit tentu saja ketika Alfa masih berada di Sianjur Mula-Mula dan Tibet. Atmosfer pedesaan terasa menenangkan bahkan jika hanya digambarkan di dalam buku.
            Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, saya memang sudah teramat tidak sabar membaca Intelegensia Embun Pagi namun saya memilih untuk menunggu lama (kalau bisa lebih dari dua tahun) agar episode terakhir ini benar-benar klimaks.

NB: Sepertinya Supernova akan didominasi untuk Tibetan.

Rating
Cerita : 6,8 of 7
Cover : 7 of 7



Senin, 26 Mei 2014

Review Novel : Partikel (Supernova #4), Dee

Judul : Partikel
Penulis : Dee
Jumlah Halaman : viii + 500 hlm.
Genre : Adult Fiction, Science Fiction
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2012
Harga : Rp. 216. 750 (harga satu paket di bukabuku.com)
ISBN : 978-602-8811-74-3
Rating di Goodreads : 4,04 stars of 361 reviews
One word about this book : Brilliant
Episode keempat dari seri Supernova


Zarah terlahir di sebuah keluarga sederhana yang taat beragama dan dihormati. Ibunya adalah anak seorang pemuka agama sekaligus pemuka masyarakat yang biasa dipanggil Abah, pun ayahnya juga merupakan anak angkat dari Abah. Namun, atmosfer relijius yang melingkupi keluarga Zarah menipis sejak Ayah dan ibunya memutuskan untuk menentang Abah dengan menikah dan akhirnya pindah rumah. Ibu Zarah memang masih mewarisi sifat-sifat kedua orang tuanya, tetapi ayah Zarah, Firas, justru melunturkan nilai-nilai spiritual bimbingan Abah dengan kelakuannya yang makin hari makin aneh.
Firas adalah seorang dosen yang begitu tertarik dengan ilmu Mikologi (cabang biologi yang mempelajari tentang jamur). Sejak Zarah memasuki usia sekolah, Firas yang notabene seorang pelaku pendidikan malah tidak mengijinkan anaknya untuk mengecup bangku pendidikan formal. Ia justru yang turun tangan langsung mengajar Zarah yang pendidikannya tak jauh-jauh soal ilmu biologi dan alam. Keputusan Firas yang aneh tersebut mendapat banyak tentangan namun ia sama sekali tak goyah. Bahkan semakin hari, kelakuannya bertambah aneh. Ia sering cuti mengajar sampai akhirnya benar-benar resign sebagai dosen. Hartanya pun sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai pada puncaknya, ia menghilang selama beberapa hari. Beberapa orang menduga bahwa Firas pergi ke Bukit Jambul, tempat yang dipercayai warga kampung sebagai bukit angker.
Sampai saat isterinya hamil, Firas baru muncul di rumah. Kemunculan Firas itu pun membawa praduga baru bahwa Firas membawa kesialan karena anak yang baru saja dilahirkan isterinya menderita keanehan, sampai akhirnya meninggal di usia yang belum genap satu hari. Sikap ibu Zarah ke Firas pun semakin dingin. Puncaknya, Firas kembali lenyap dan kali ini, tak pernah kembali.
Zarah, yang sangat mencintai dan membela ayahnya, mulai melakukan pencarian untuk menemukan sang guru. Di tempat kerja ayahnya, ia menemukan jurnal yang berisi tentang penelitian Firas mengenai hal-hal absurd seperti pengalamannya di Bukit Jambul, bertemu dengan makhluk belum teridentifikasi (saya fikir sih alien), juga mengenai enteogen. Sayangnya, jurnal ilmiah tersebut dianggap sesat oleh sang ibu apalagi Zarah saat itu mulai meragukan adanya Tuhan dan benda itupun berakhir menjadi abu. Sejak saat itu, percekcokan antara Zarah dan ibunya tak terelakkan. Zarah memutuskan untuk keluar dari rumah.
Perjalanan Zarah untuk menemukan sang ayah benar-benar dimulai saat ia mendapat kiriman misterius yang berisi kamera. Berkat kamera itu dan kemampuan fotografi Zarah yang terbentuk secara alami, ia berhasil memenangi salah satu lomba fotografi dan mendapat hadiah perjalanan ke Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Sesampainya di sana, Zarah justru memutuskan untuk mengabdi di taman nasional tersebut sebagai pengasuh orang utan.
Di Tanjung Puting, Zarah dipertemukan dengan Bu Inga yang juga mempertemukan dengan Paul, seorang wildlife fotographer yang menawari Zarah untuk mengembangkan bakat fotografinya ke arah yang lebih profesional. Zarah setuju dan keputusan itu membawanya sampai ke London.
Di London, Zarah mengalami cinta pertamanya yang ternyata main belakang dengan sahabat Zarah yang pernah satu sekolah dengannya selama di Indonesia. Selain itu, ia juga menemukan petunjuk tentang siapa pengirim misterius yang menghadiahinya kamera waktu itu sampai akhirnya Zarah kembali melakukan perjalanan sampai ke Glastonbury. Di sanalah ia menemukan titik terang mengenai ayahnya dan sedikit pencerahan mengenai jurnal ilmiah yang ia temukan di kamar kerja ayahnya.
***
Setelah hiatus selama 8 tahun, akhirnya Supernova kembali dengan episode terbarunya, Partikel. Di buku kali ini, tokoh sentralnya adalah seorang perempuan bernama Zarah. Zarah adalah tipe wanita independen, pintar, skeptis terhadap hal-hal yang menyangkut spiritual, dan sangat mengagung-agungkan alam. Sebenarnya Zarah adalah tipe tokoh wanita yang cerdas dan kuat yang potensial untuk disukai. Tetapi sikap skeptisnya tentang hal-hal yang menyangkut ketuhanan agak kurang bisa dinikmati dan cenderung membuat pembaca Indonesia—yang notabene adalah penduduk berkeyakinan pada Tuhan—kurang suka dengan gambaran karakternya.
Partikel sendiri adalah novel yang cukup tebal namun sangat padat. Alurnya amat berkembang, digambarkan oleh setting-nya yang mengambil beberapa lokasi. Bisa dibilang, Indonesia, tepatnya kampung Batu Luhur adalah lokasi tempat Zarah menerima input-input yang ikut berperan dalam pembentukan karakternya oleh sang ayah, Firas. Tanjung Puting adalah transisi. Persinggahan Zarah menuju London sebagai kota keduanya yang cukup mendominasi isi novel. Dan jangan lupakan Glastonbury, tempat di mana Zarah kembali berkutat dengan pengetahuan-pengetahuan misterius seperti alien, circle crop, dan enteogen yang berkaitan erat dengan penelitian ayahnya.
Dari segi ilmu pengetahuan yang disisipkan, Partikel bisa disamakan dengan Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh bahkan lebih kaya dan penyampaiannya pun lebih ramah, mudah dimengerti, juga menarik. Sangat menarik malah karena setelah membaca novel ini, saya langsung berhasrat untuk menggali lebih dalam tentang fungi, crop circle, dan enteogen. Ya, khususnya enteogen yang benar-benar baru saja dengar namun begitu mengundang rasa penasaran.
Dari segi gaya penulisan, Partikel bisa disamakan dengan Perahu Kertas. Meskipun temanya tergolong berat, nyatanya style novel ini terasa ngepop sekali. Tidak terlalu banyak istilah maupun diksi-diksi sulit yang ditemui dan gaya ngepop itu pun diperkuat dengan adanya unsur percintaan, backstabbing, dan inwardly feeling yang sayangnya terasa sangat klise, pun penggarapannya tidak terlalu memikat unlike dilema cinta segitiga Ferre, Rana, dan Arwin.
Walau begitu, novel ini saya nobatkan sebagai seri terbaik kedua episode Supernova setelah Petir. Saya acungi JEMPOL untuk sisipan pengetahuan yang membuat saya terbengong-bengong dan berdecak ‘GILA’. Tetapi tidak untuk informasi tentang penyakit harlequin blah blah blah yang membuat saya penasaran untuk segera googling lalu akhirnya melihat gambar yang lumayan menimbulkan efek trauma sekaligus kasihan tersebut.
ZONA CERAMAH: “Hai manusia, janganlah kalian berbuat incest karena resiko terhadap bayi sangat tidak menyenangkan!”
Berharap episode Supernova selanjutnya mampu menggeser Petir di posisi puncak dari daftar favorit saya terhadap seri novel ini!

Rating
Cerita : 6,5 of 7
Cover : 6,5 of 7
 
Images by Freepik