Pages

Tampilkan postingan dengan label Spiritual. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Spiritual. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Mei 2014

Review Novel : Petir (Supernova #3), Dee



Judul : Petir
Penulis : Dee
Jumlah Halaman : x + 286 hlm.
Genre : Adult Fiction, Science Fiction, Spiritual
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2013
Harga : Rp. 216. 750 (harga satu paket di bukabuku.com)
ISBN : 978-602-8811-73-6
Rating di Goodreads : 3,75 stars of 390 reviews
One word about this book : Fun
Episode ketiga dari seri Supernova

Di episode kali ini, Supernova dinobatkan pada seorang perempuan biasa aja bernama Elektra. Elektra adalah anak seorang ahli elektronik bernama Wijaya yang biasa dipanggil Dedi, dan ia juga mempunyai seorang kakak bernama Watti. Tidak seperti kakaknya yang manis dan feminin seperti perempuan pada umumnya, Elektra malah terkesan urakan. Perbedaan kontras tersebut sering menciptakan adanya cekcok di antara kakak beradik tersebut meskipun tidak sampai terjadi pertengkaran yang menyebabkan hubungan mereka retak. Watti tetaplah menjadi kakak yang Elektra sayangi walaupun sepeninggal Dedi, Elektra dan Watti memilih hidup terpisah. Elektra menolak ajakan Watti dan suaminya untuk ikut ke Tembagapura.
Elektra, yang dengan gentle mengakui bahwa sebagai seorang Tionghoa, ia sama sekali tak dianugerahi bakat berdagang, mulai kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Titel sarjana yang disandangnya sama sekali tak membantu. Di tengah kebingungan itulah, tawaran kerja datang kepada Elektra. Tak tanggung-tanggung. Ia ditawari bekerja sebagai dosen di STIGAN. Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional. Awalnya, Etra menganggap itu hanyalah surat iseng, namun di suatu titik, akhirnya ia memilih untuk mencoba-coba mengirim lamaran ke tempat tersebut.
Aplikasi yang harus dikirim Etra sama sekali bukan hal yang lazim. Berbagai perlengkapan klenik harus ia kirimkan beserta CV dan semuanya harus diletakkan di kuburan. Berawal dari mencari perlengkapan klenik untuk aplikasi lamaran kerjanya, Etra bertemu dengan Ibu Sati, seorang yogini yang di kemudian hari membuat Etra memahami potensi yang tersimpan di dalam dirinya. Potensi listrik.
Masih tentang STIGAN, di kesempatan pertama saat Etra ingin meletakkan surat lamarannya di kuburan, tiba-tiba ia bertemu dengan temannya yang ingin mengambil jalan pintas. Etra pun membatalkan misinya karena takut ketahuan. Di kesempatan kedua, Etra justru meletakkan surat lamarannya di kuburan Kambing, kucing peliharaannya, yang terletak di belakang rumah pamannya. Let’s see then! Tawaran itu ternyata memang hanya ulah orang iseng dan saat Elektra ingin mengambil surat tersebut di kuburan Kambing, ternyata surat tersebut sudah ditemukan terlebih dahulu oleh pamannya. Etra malu bukan main apalagi Watti juga mengejeknya habis-habisan.
Etra melanjutkan hidupnya sebagai pengangguran. Simpanan uangnya yang sudah minimal semakin menipis akibat hobi barunya, chatting. Namun berkat itu pulalah, ia jadi kefikiran untuk menjadikan rumahnya warnet. Dibantu oleh Mpret, Kewoy, dan yang lainnya, cita-cita itupun akhirnya terwujud. Bahkan tempat gaul baru yang bernama ‘Elektra Pop’ itu tidak hanya menawarkan warnet, tetapi juga rental PS, Distro, dan warung makan.
Bisnis itu awalnya mengalir pesat. Namun percekcokan mulai terjadi saat Elektra menjelma menjadi sang penyembuh. Ya. Seperti ayahnya yang mampu berteman dengan listrik, Eletra pun mempunyai potensi tersebut di dalam tubuhnya. Itu pulalah yang membuat ia tampak begitu menikmati bercengkerama dengan petir di saat orang lain justru takut tersambar. Sayangnya, potensi tersebut cukup membuat Elektra ditakuti karena ia mampu membuat orang lain tersengat hanya dengan sentuhan. Namun dibantu dengan Bu Sati, Elektra mampu mengendalikan kemampuannya dan akhirnya justru bermanfaat bagi orang lain. Tetapi bakat ‘sang penyembuh’ Elektra membuat sudut rental PS di Elektra Pop tidak berjalan semestinya karena ruangan itu mulai dimanfaatkan untuk tempat pengobatan Elektra. Mpret menentang usul tersebut yang membuatnya akhirnya memilih untuk menghentikan usaha rental PS di Elektra Pop dan memindahkannya di tempat lain. Tersendatnya bisnis rental PS digunakan Mpret untuk menutupi alasannya yang sebenarnya bahwa pada dasarnya, ia hanya tidak ingin Etra kelelahan akibat menangani pasien yang bejibun. Apalagi menggunakan listrik sebagai pengobatan menguras energi yang tidak sedikit.
Dan suatu hari, Elektra kedatangan Bong dan Bodhi tak lama setelah ia dinobatkan sebagai Supernova.
***
Dibanding semua episode Supernova yang sudah diterbitkan (saya sudah baca semuanya cuma review-nya aja yang belum ditulis, hehehe), Petir adalah favorit saya. Selain ceritanya yang cenderung lebih mudah dimengerti, karakter Elektra yang polos terasa sangat menyenangkan. Sejak halaman awal keping Petir, senyum saya sudah terkembang karena jabaran yang menghibur tentang nama Elektra dan Watti yang kedua-duanya berhubungan dengan listrik.
Ya. Elektra tanpa Watti memang masih kaya humor, namun teras kurang lengkap. Kemunculan the funny duo itu selalu saya tunggu-tunggu. Bagian favorit saya adalah ketika Elektra membohongi Watti tentang ayat yang ternyata setelah dicek, tidak terdapat di dalam Alkitab. Bagian favorit kedua adalah saat Elektra merona malu setelah surat lamarannya untuk STIGAN ketahuan keluarga pamannya.
Tidak banyak yang bisa saya ceritakan soal Petir. Yang jelas, ini novel berisi yang kaya humor. Jika ingin pintar sekaligus terhibur, novel ini sangat saya rekomendasikan.
Bravo!

Rating
Cerita : 6,6 of 7
Cover : 6,5 of 7





Review Novel : Akar (Supernova #2), Dee



Judul : Akar
Penulis : Dee
Jumlah Halaman : x + 262 hlm.
Genre : Adult Fiction, Spiritual
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2014
Harga : Rp. 216.750 (harga satu paket di bukabuku.com)
ISBN : 978-602-8811-71-2
Rating di Goodreads : 3,68 of 427 reviews
One word about this book : Unimpressing
Episode kedua dari seri Supernova

Sebelumnya, maafkan diri ini kalau di review sebelumnya, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, tidak sempat menyinggung tentang Gio yang notabene adalah satu-satunya pria yang dicintai Diva dengan tulus. Keping pertama dari Akar sendiri mengisahkan tentang Gio yang tengah berada di Bolivia. Saat tengah merayakan Fiesta de La Cruz di Vallegrande, Gio mendapat telepon bahwa Diva hilang dalam sebuah ekspedisi di Amazon. Sampai sini, cerita di keping pertama berakhir.
Keping kedua adalah bagian utama dari episode Akar. Kali ini tokoh utamanya adalah seorang lelaki botak dengan keanehan yang terdapat di ubun-ubunnya yang selalu ia sembunyikan di balik balutan bandana. Bodhi, si tukang tato, yang kini menjadi bagian dari sebuah komunitas punk yang dipimpin oleh Bong. Kenapa kata kini mendapat penekanan? Yup! Karena alur dalam Akar bergulir mundur. Menceritakan bagaimana Bodhi sampai get stuck menjadi seniman tato dan bertemu dengan Bong.
Bodhi sendiri bisa dibilang adalah anak pungut yang ditemukan seorang biarawan bernama Guru Liong di depan Wiharanya dan ia lah yang mengurus Bodhi hingga menginjak usia dewasa. Bodhi sendiri adalah pribadi yang misterius. Ia kerap mengalami kejadian-kejadian ganjil seperti mampu melihat kuman dan merasakan apa yang ‘makhluk’ lain rasakan dan itu sangat membuatnya ketakutan. Guru Liong menduga hal tersebut disebabkan oleh karma berat di masa lalu Bodhi.
Di usia 18 tahun, Bodhi memutuskan untuk keluar dari wihara. Anehnya, Guru Liong bahkan sudah memimpikan perpisahan tersebut dan berpesan bahwa Bodhi harus pergi jauh dan tidak boleh pulang. Beliau juga mengatakan bahwa Budha lah yang akan menuntut Bodhi untuk menemukan kesejatiannya namun Guru Liong tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesejatian tersebut. Sebelum melepas Bodhi untuk terakhir kalinya, Guru Liong menyelipkan tasbih kayunya di tangan Bodhi.
Perjalanan spiritual Bodhi pun dimulai. Awalnya, ia mendarat di Medan, bekerja sebagai seorang cleaning service di sebuah penginapan kecil selama tiga bulan sampai akhirnya ia bertemu dengan Azmil yang memberinya upah tiket kapal PP ke Malaysia. Berbekal passport ilegal, Bodhi akhirnya menginjak negeri jiran. Di sana, ia bertemu dengan Tristan Sanders, seorang backpacker yang hendak menuju Thailand. Seperti terinsfeksi, Bodhi secara tiba-tiba memutuskan untuk menjadi backpacker seperti Tristan dan kawan-kawan.
Di Thailand, Bodhi bertemu dengan Kell. Seorang seniman tato berparas rupawan yang tak pernah khawatir akan biaya hidupnya karena berkat ketampanan yang ia punya, justru para wanita yang bersedia membobol brankas mereka demi membiayai hidup Kell. Selain mempunyai banyak ‘suami’ di seluruh dunia, Kell ternyata juga menyimpan sebuah seni prestisius di balik kemejanya. Sebuah tato yang terdiri atas 617 simbol berbeda. Ya. Secara kuantitas, tato itu memang hanya satu buah. Melingkar-lingkar di tubuh Kell dengan presisi yang mencengangkan, dan menurut pengakuan Kell, tato tersebut dirajahkan sekaligus entah oleh siapa saat Kell hilang di Mesir dulu sekali. Dan sejak saat itu, Kell seolah memiliki takdir baru yaitu merajah ulang 617 simbol yang ia punya ke badan orang lain. Jadi sebenarnya, profesinya sebagai seniman tato sama sekali bukan untuk mencari uang, namun kadang, justru ia yang harus membayar orang lain agar mau di tato. Tato itupun tidak bisa dirajahkan ke sembarang orang. Ia harus ditaburkan ke tanah yang tepat. Untuk itu pulalah ia datang ke Bangkok yang tak lain tak bukan untuk merajah tato yang 617 ke tubuh Bodhi.
Namun ternyata, tujuan Kell menemui Bodhi bukan hanya untuk mengukir simbol ke 617 di atas kulit lelaki plontos, tetapi juga untuk menjadikan Bodhi sebagai orang yang akan merajah simbol ke 618 di tubuhnya. Simbol terakhir.
“617 tato saya ini belum genap. Saya butuh satu lagi. Dan, kamulah orangnya, orang ke-617, yang lalu menjadikan saya ke-618. Kita saling memberi satu untuk jadi genap. Jadi coba pahami, kamu adalah kemerdekaan saya,” ................... “Tugas saya menabur. Tugasmu berakar. You are the Last One. Dan, kamulah perajah tato ke-618 di tubuh saya.”
Kell pun mengajari Bodhi seni menato. Di saat Bodhi sudah mahir menguasai seni tersebut, ia justru harus berpisah dengan Kell. Perpisahan itu membuat Bodhi kembali melanjutkan perjalanan tanpa arahnya yang ia lanjutkan ke Laos, kemudian kembali ke Thailand, lalu akhirnya berakhir di Kamboja saat ia kembali bertemu dengan Kell di sebuah regu penjinak ranjau. Dan di sanalah akhirnya Bodhi mengguratkan simbol ke-618 di tubuh Kell saat pria itu setengah jalan menuju akhirat. Simbol Om.
***
Pertama-tama, saya ingin mengatakan bahwa sebenarnya saya agak kesulitan mengklasifikasikan novel ini ke dalam genre apa. Dibilang novel spiritual, iya. Travelling, iya juga. Tetapi kalau disebut novel perjalanan spiritual, nampaknya kurang pas karena novel ini akan jauh dari gambaran 99 Cahaya di Langit Eropa.
Well, episode kedua Supernova ini sebenarnya tidak terlalu istimewa. Dibanding predensornya, saya masih lebih jatuh hati dengan Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh meskipun Akar sudah menyingkirkan jauh-jauh taburan kosa kata ilmiah di dalam novel. Ya, Akar memang lebih ramah untuk dibaca dan dipahami meskipun jujur saya masih tidak terlalu memahami isi ceritanya bahkan sampai review ini ditulis. Saya sama sekali nggak make sense hubungan antara pencarian spiritual dengan tato. Dan apa pula maksud 618 tato yang dipunyai oleh Kell? Pertemuan Kell dan Bodhi juga tidak menghasilkan perkembangan cerita yang signifikan selain misi merajah tato ke-618 di tubuh Kell. Apakah tujuan Akar hanya untuk tato-tato tersebut?
Tema perjalanan yang diangkat saya akui menarik. Meskipun minus deskripsi tempat-tempat wisata seperti yang biasanya disisipkan secara gamblang dalam novel perjalanan lainnya, namun gambaran Dee tentang lokasi-lokasi yang ia angkat berhasil membuat saya ingin menginjakkan kaki di tanah Thailand, Laos, dan Kamboja. Pilihan lokasi yang tidak mainstream memang tapi itulah sisi menariknya. Dan jangan pula dibayangkan bahwa dengan mengangkat perjalanan ke Thailand, Laos, dan Kamboja, Dee akan membawa kita menyusuri tourism area yang terdapat di sana. Siap-siap kecewa kalau begitu karena Dee hanya mengajak kita untuk menyusuri hutan. Ya. Hutan. Hutan yang di dalam fikiran saya justru terkesan eksotis dan mistis dibanding tempat-tempat wisata yang lazim dikunjungi kalau lagi backpacking. Lagian, memangnya sumthin’ different apa yang cukup menarik untuk dikunjungi di Laos dan Kamboja?
Mengenai Bodhi dan Kell, yang menjadi tokoh di novel ini, saya sedikit menyimpan tanda tanya mengenai hubungan mereka. Entah mengapa, saya rasa chemistry yang terjalin antara Bodhi dan Kell melebihi sebagai sepasang teman. Mereka tampak lebih intim dibanding Dimas dan Reuben yang notabene adalah sepasang kekasih. Apalagi di detik-detik terakhir perpisahan Bodhi dan Kell, atmosfer dugaan saya tersebut kian menguat. Entahlah!
Namun, di balik uninterested­-nya saya terhadap novel ini, Khmer Merah ternyata mampu menarik perhatian saya untuk mencari tahu lebih jauh tentang rezim tersebut. Dan satu lagi, episode pertama novel ini yang berkisah tentang Gio dan Diva justru menurut saya lebih potensial untuk dikembangkan menjadi lanjutan Supernova dibanding Bodhi, keganjilan, dan perjalanannya.
Dan untuk menghubungkannya dengan episode sebelumnya, menjelang ending, Bodhi mendapat pemberitahuan misterius yang intinya berisi ‘Selamat menjadi: S’. S yang pastinya untuk SUPERNOVA.
Kesimpulannya, Akar tidak terlalu impressing buat saya. Namun, saya masih tetap penasaran apa yang dimaksud dengan Supernova. Apakah tetap cyber avatar seperti yang terdapat di novel pertama?
Let’s wait and see!


Rating
Cerita : 5 of 7.
Cover: 6,8 of 7


 
Images by Freepik