Pages

Tampilkan postingan dengan label Suspense Romance. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Suspense Romance. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Mei 2014

Review Novel : Safe Haven (Suaka Cinta), Nicholas Sparks



Judul : Safe Haven (Suaka Cinta)
Penulis : Nicholas Sparks
Penerjemah : Rosemary Kesauly
Jumlah Halaman : 480 hm.
Genre : Adult-Romance, Romance-Suspense
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cover Designer : Eduard Iwan Mangopang
Tahun : 2014
Harga : 63.750 (BukaBuku)
ISBN : 978-602-03-0369-7
Rating di Goodreads : 4.14 average rating of 10,575 votes.
One word about this book : Saiko (Bahasa keren dari psycho. Hehehe)
Buku kedua Om Nico dengan genre suspense






......cinta kadang-kadang melampaui semua kemustahilan.....

            Mencari tempat berlindung yang aman, akhirnya Katie menjatuhkan pilihannya pada sebuah kota kecil di Carolina Utara, Southport. Meski sempat dua hari kelaparan, Katie bersyukur karena penderitaan tersebut telah berakhir sehubungan dengan diterimanya ia di sebuah kedai sebagai pelayan. Ia juga menyewa sebuah pondok berburu yang meski terpencil, tetapi ia masih mempunyai tetangga yang menyewa pondok yang sama di sebelah tempat tinggalnya. Katie memang terkesan menutup diri. Kepindahannya ke Southport tidak lain dalam rangka untuk memulai kehidupan baru, seperti ia bilang pada Jo, tetangganya dan tentu saja untuk mengubur masa lalu kelam yang terus membayanginya.
            Selain Jo, ternyata niat Katie untuk mengasingkan diri dari pergaulan tidak terlalu berhasil. Seorang pemilik toko tempat Katie biasa berbelanja ternyata memiliki kesan tersendiri terhadapnya, terutama ketika Katie ikut andil menyelamatkan anaknya yang nyaris saja mati tenggelam. Lelaki itu, Alex, seorang single parent dari seorang putra dan seorang putri, yang baru bangkit semenjak ditinggal istrinya menghadap Tuhan. Pendekatan Alex terhadap Katie memang tidak akan berjalan mulus jika tanpa andil Josh dan Kristen—kedua anaknya—yang terlebih dulu dengan Katie.
Original Version
            Sifat keibuan Katie terhadap Josh dan Kristen semakin membuat Alex silau akan pesona kepribadian—dan tentu saja penampilan—Katie. Wanita itu memang misterius, jarang berbicara, dan menyimpan ketakutan di dalam dirinya. Dan pengalaman Alex yang pernah bekerja di CID—sebuah lembaga yang menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga—membuat Alex yakin ada sesuatu yang kelam yang berhubungan dengan masa lalu. Namun Alex tidak mengurangi kadar ketertarikannya sedikit pun terhadap Katie. Bahkan saat wanita itu akhirnya menceritakan dengan jujur apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalunya dan kenapa ia sampai tiba di Southport. Sejak pengakuan tersebut pula, Katie dan Alex akhirnya resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
            Di tengah hubungan mereka yang sedang berbunga, dan di saat Katie mulai berani untuk membuka dirinya, bencana masa lalu Katie ternyata hadir kembali. Kevin, suami Katie yang posesif dan sakit mental, berhasil mengendus jejak Katie berkat tetangganya yang selama ini selalu ia hindari dan ia anggap jahat. Kevin-pun mulai menyusun rencana untuk membuat Erin—nama Katie yang sebenarnya—kembali ke pelukannya. Namun, nafsu pemburunya terlanjur menguasai dan menyebabkan ia nyaris membuat Katie dan kedua anak Alex meregang nyawa. Kevin, yang sudah kerasukan iblis, melenceng dari niat semula. Alih-alih mengajak Katie pulang ke Boston, justru ingin menyarangkan pelurunya di tubuh Katie. Sementara Alex terkapar karena serangan Kevin, Katie berjuang untuk mempertahankan harga diri-sekaligus nyawa—yang selama ini tak dianggap berarti oleh suaminya sendiri.
***
            Jujur, buku ini sudah lama saya, terutama karena cover-nya yang menurut saya terkece di antara novel-novel Om Nico lainnya. Dan kebetulan April kemarin, saya mendapat rejeki dengan memenangkan salah satu giveaway hop dalam rangka ulang tahun BBI (nanti saya akan memposting kabar gembira satu ini. hehehe...). Absolutely, novel-novel Om Nico menjadi prioritas pertama saya untuk menghabiskan voucher buku sebesar 300 ribu rupiah itu. Dan setelah mengacak-acak situs Periplus dan nyaris memutuskan untuk membeli Safe Haven dan The Best of Me, saya malah bimbang karena harga kedua novel tersebut sudah mencapai 300 ribu. Nggak asyik banget kan 300 ribu Cuma dapat dua buku? Hehehe... Akhirnya saya mundur teratur dari Periplus dan memilih untuk menjelajahi BukaBuku dan BukuKita. Siapa tahu ada stok novel Om Nico versi terjemahan yang belum saya punya. Dan alih-alih menemukan stok novel lama Om Nico, Safe Haven, yang bertajuk Suaka Cinta dalam versi Bahasa Indonesianya, justru nongkrong di posisi nomor 1 dan baru terbit besok. Nggak nunggu waktu lama, saya langsung menghubungi Kak Luna (ravenclawnote.blogspot.com) sebagai penyedia dana pembelian novel-novel tersebut (saya juga pesan paket lengkap Supernova Dewi Lestari).
            Penantian kehadiran novel-novel tersebut-pun tiba hari selasa lalu. Momen yang amat tidak tepat sih, mengingat saya dikejar deadline pengumpulan proposal penelitian dan mid-term test Translation II yang sama-sama jatuh pada hari rabu. It means, besoknya. Namun dengan otak yang tiba-tiba super encer, saya berhasil juga menyelesaikan proposal penelitian, lalu baca-baca buku teori Translation II sebentar, dan kemudian langsung tenggelam dalam Safe Haven yang malam itu hanya mampu saya baca sampai halaman seratus sekian.
            Safe Haven sendiri merupakan novel kedua Om Nico yang mengangkat genre romance-suspense setelah sebelumnya ia juga menulis The Guardian yang saya puja-puja itu. Namun berbeda dengan The Guardian yang mengangkat sisi kriminal berupa teror dan penyelidikan membingungkan ala detektif, Safe Haven justru memiliki kadar kriminalitas yang tidak terlalu luas, namun ketegangan yang dihasilkan tidak bisa dibilang kecil. Tema domestic abuse yang diangkat membuat saya benar-benar miris. Beberapa kali saya mengutuk perbuatan Kevin yang menyiksa Katie dengan semena-mena.
            Dari segi karakter, Nicholas Sparks tetap mempercayakan karakternya pada tokoh-tokoh fiksi yang tidak terlalu mencolok, I mean, orang biasa. Katie sebagai perempuan misterius dengan ketakutan yang masih mengikutinya benar-benar memukau. Sekilas ia memang kelihatan lemah, namun ia justru lebih kuat dari yang saya duga. Siapa yang menyelamatkan Josh dan Kristen dari bencana yang diciptakan tangan dingin Kevin? Siapa yang bergulat melawan Kevin bahkan ketika lelaki itu punya senjata? Lupakan masa lalu Katie ketika ia menjadi istri yang selalu menurut dengan Kevin, bergeming ketika dianiaya, berpura-pura memaafkan ketika Kevin mengaku menyesal, serta merintih bernafsu ketika Kevin menindihnya di ranjang. Katie justru mengumpulkan kekuatan. Katie menggunakan kecerdasannya untuk kabur dengan rencana yang matang.
            Bagaimana dengan Alex? Ia tipe pria biasa. Duda beranak dua yang baik, pengertian, tidak lebih. Menurut saya, karakternya di sini memang penting sebagai pemicu Katie untuk bangkit dari zona kelam masa lalunya, tetapi perannya sendiri tidak terlalu mencolok. Saya justru lebih menyukai anak-anaknya yang polos dan pintar. Meski harus diakui, gambaran asmara Katie dan Alex dibangun dengan sangat pas. Tidak berlebihan dengan romantis di sana-sini.
            Tokoh sentral kedua justru jatuh pada Kevin yang digambarkan Om Nico dengan sangat mengesankan. Jauh melebihi Richard sebagai villain di The Guardian. Om Nico benar-benar berhasil menggambarkan karakter Kevin sebagai seorang suami yang ringan tangan sekaligus teramat mencintai isterinya. Berkali-kali Om Nico mengguratkan karakter Kevin dengan paragraf antitesis. Di satu sisi ia menuliskan fikiran Kevin yang menyesal karena telah melukai fisik dan hati isterinya, namun di sisi lain Kevin justru melakukan penyangkalan karena ia berbuat begitu juga karena ulah isterinya. Paragraf antitesis seperti itu bertaburan di paruh kedua buku, namun dengan redaksi yang berbeda, paragra-paragraf itu justru tidak terkesan membosankan, bahkan malah semakin membuat emosi pembaca meningkat karena terus mendapat suntikan sugesti bahwa Kevin itu seorang psycho. Saya dapat membayangkan betapa tidak mudahnya menulis karakter dengan dua kepribadian seperti itu namun tetap mampu menarik simpati pembaca hingga akhir buku.
            Berbeda dengan The Guardian yang sempat membuat saya mengantuk di seratus atau dua ratus halaman pertama, Safe Haven benar-benar membuat saya jatuh cinta sejak halaman pertama. Hubungan Katie dengan Jo, Katie dengan Alex, Josh, dan Kristen, serta Alex dengan kedua anaknya benar-benar menyenangkan untuk dinikmati. Dan ketika masa lalu Katie terkuak, lalu Kevin akhirnya berhasil menemukan jejak Katie, emosi saya benar-benar dipacu karena Kevin itu benar-benar jahat. Saya ingin cerita ini diperlambat supaya Kevin tidak akan segera bertemu dengan Katie namun sayangnya cerita justru berjalan cepat. Ironi sekali dengan The Guardian yang berjalan amat lambat namun saya cerita justru menginginkan cerita itu cepat menemui akhir.
Thailand Version
            Sayangnya, novel Safe Haven versi Indonesia ini tetap memiliki cela. Catat, versi Indonesia! Sorry to Mbak Rosemary, terjemahan novel ini membuat kenikmatan membaca berkurang. Jujur deh! Ini bukan teenlit, dan rasanya sangat tidak cocok jika kata man atau guy diterjemahkan sebagai cowok alih-alih lelaki atau pria. Pun juga cakep dan banget. Selain teenlit, rasanya novel terjemahan manapun pilihan katanya selalu memakai kata baku, atau semi baku yang dicetak italic. Sejak halaman pertama saya sudah mengerutkan kening dengan terjemahan cobain deh ikan pari kami yang di novel aslinya berbunyi try just for our Halibut. Dan satu lagi yang benar-benar membuat geleng-geleng kepala, ‘KAPOLDA’. Wew, apa tidak ada diksi yang lebih baik dari itu? Saya belum sempat mengecek kata aslinya di novel versi Inggris sih, tetapi KAPOLDA itu benar-benar mistranslation yang ekstrim. Apa tidak bisa diganti dengan kantor pusat kepolisian daerah setempat dan semacamnya dibanding KAPOLDA yang benar-benar membuat setting seolah pindah ke Indonesia?!! Namun untungnya, paragraf deskripsi masih tertata dengan baik, hanya kalimat-kalimat dialog saya yang begitu terlihat begitu ‘unik’ di sebuah novel terjemahan dewasa. Dengan kasus ini, saya berjanji akan membaca ulang Safe Haven versi Bahasa Inggris jika saya sudah menyelesaikan semua novel Om Nico. Saya percaya tiap kata yang digoreskan Om Nico mengandung keindahan, namun keindahan tersebut tidak mampu ditransfer dengan baik ke novel versi Bahasa Indonesia ini. Ceritanya sih tetap memikat, tetapi tulisannya masih perlu revisi.
            Oh ya, selain dari segi terjemahan, saya juga mau protes soal sampulnya. Saya tidak bilang sampulnya jelek, hanya saja kurang mengena dengan cerita. Saya tahu salju sempat disinggung dalam novel ini, namun itu tidak mewakili. Bagi saya, sepeda adalah benda yang sangat pantas untuk ditampilkan di sampul, dan karena itu pulalah saya jadi begitu mengagumi sampul asli novel ini. Namun dibanding edisi-edisi lainnya, sampul Bahasa Indonesia ini merupakan sampul terbaik Safe Haven nomor tiga setelah sampul versi aslinya dan versi Thailand.
            Sebelum terlupa, novel ini juga menyimpan twist ending yang cukup horor. Namun tenang saja, karena ia tak akan membuat kamu susah tidur malam harinya.
            What an awesome book!


Rating
Cerita     : 6,9 of 7
Terjemahan      : 5,6 of 7
Cover Asli       : 7 0f 7
Cover Terjemahan       : 6,2 of 7
           


Minggu, 27 April 2014

Review Novel : Murder List, Julie Garwood



Judul : Murder List (Petaka dari Masa Lalu)
Penulis : Julie Garwood
Penerjemah : Endang Sulistyowati
Jumlah Halaman : 448 hm.
Genre : Adult Romance, Romance-Suspense
Penerbit : Dastan Books
Cover Designer : dayu_maulizart@yahoo.com
Tahun : 2012
Harga : 15.000 (fb : Sale Novel Kolpri)
ISBN : 978-602-247-057-1
Rating di Goodreads : 4 stars – 8,001 votes
One word about this book : Warm
Buku ke 4 dari seri Buchanan-Renard

            Selalu ada celah bagi kejahatan untuk menghampiri seseorang, bahkan jika kita merasa adalah orang terbaik sedunia yang sama sekali tak punya musuh. Sialnya, kejahatan itu kini tengah menimpa Regan Madison. Seorang wanita dengan reputasi dan sifat yang amat baik, orang kaya-raya nan dermawan, serta dibalut penampilan fisik yang menarik. Regan yakin ia tidak punya musuh, kecuali mungkin seorang pengaju proposal sumbangan yang amat menyebalkan, Peter Morris, yang permintaan sumbangannya tidak diluluskan oleh perusahaan Regan karena kasus penyelewengan dana sumbangan.
            Hari-hari Regan yang penuh teror dimulai dari keterlibatannya menyelidiki Dr. Lawrence Shields bersama dua orang sahabatnya, Shopie dan Cordie, yang dianggap Shopie sebagai penipu ulung dan pemeras harta wanita-wanita kaya-raya dan kesepian. Regan diminta oleh Shopie untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut kepada pihak kepolisian (yang sebelumnya juga pernah ditanyakan oleh Cordie), khususnya kepada Detektif Sweeney. Tetapi, sikap Detektif Sweeney yang terkesan menelantarkan kasus tersebut membuat Regan muak.
Di lain kesempatan, untuk melancarkan penyelidikan tersebut, Regan, Shopie dan Cordie memutuskan untuk mengikuti seminar motivasi yang diadakan Dr. Shields. Dalam salah satu agenda seminar tersebut, para peserta seminar diminta untuk menuliskan daftar orang-orang yang mereka inginkan untuk lenyap dari muka bumi, atau dengan kata lain, daftar orang-orang yang diinginkan untuk mati.
            Beberapa hari setelah itu, Regan syok ketika ia menerima email berupa foto mayat Detektif Sweeney yang dipastikan merupakan korban pembunuhan. Yang sangat membingungkan, email tersebut berasal dari Henry, asisten pribadi kepercayaan Regan, dan dikirim dari ponsel Regan. Sejak saat itu, Regan mulai terlibat dengan aparat kepolisian. Sang kakak, Aiden, meminta beberapa aparat untuk menjaga hotel tempat Regan tinggal, dan tidak melepaskan pengawasan mereka sedikitpun dari adiknya. Sementara pihak kepolisian sendiri mengirimkan seorang detektif muda, Alec Buchanan, sebagai pengawal pribadi Regan. Situasi bertambah rumit ketika Regan kembali mendapatkan foto mayat melalui fax-nya dengan subject, Daftar Pembunuhanmu. Regan memang sadar bahwa dua orang yang dibunuh tersebut ada pada daftar orang yang ia inginkan untuk mati yang ia tulis saat di seminar Dr. Shields waktu itu. Dan ia juga teringat bahwa sepulang dari acara yang diadakan Dr. Shields, Regan dikejar seorang lelaki misterius dan isi tasnya sempat tumpah saat itu. Kemungkinan besar, orang itulah yang memakai telepon Regan untuk mengirimkan email dan juga yang menemukan daftar pembunuhan Regan.
            Terlepas dari situasi sulit yang tengah menimpa Regan, ia juga dihadapkan pada perasaannya yang mulai menggelora sejak dekat dengan Alec. Nyaris 24 jam dari keseluruhan waktunya ia habiskan dengan Alec di sisinya. Dan nyatanya, tidak hanya Regan yang memendam perasaan tertarik tersebut, tetapi Alec juga demikian. Namun, Alec mencoba membuang jauh perasaannya karena ia khawatir Regan akan terluka sebab tak lama lagi, ia akan resmi keluar dari kepolisian dan pindah ke negara bagian lain. Ia takut jika cintanya pada Regan terlanjur menyeruak, akan berat bagi Regan—dan juga baginya—untuk menerima perpisahan ‘tak sementara’ yang sebentar lagi akan ia jalani.
            Kembali ke nuansa suspens, kasus bertambah pelik ketika ditemukan seorang mayat wanita mirip Regan yang disembunyikan di arena jogging universitas. Di hari wanita itu dibunuh, Regan memang berencana untuk jogging di sana, namun ia batalkan sehubungan dengan dibangunnya arena jogging dalam ruangan di kantornya. Pihak kepolisian-pun menarik kesimpulan bahwa pembunuh tersebut sebenarnya mengincar Regan, dan wanita itu adalah korban salah bunuh. Ditambah lagi dengan datangnya fax bahwa daftar korban pembunuhan selanjutnya ternyata adalah Regan sendiri. Namun tak lama berselang, pihak kepolisian mulai menemukan titik terang kasus ketika Regan mendapat telepon dari Peter Morris bahwa laki-laki itulah yang tengah bermain perkara dengannya. Hal itu diperkuat dengan temuan barang-barang yang dipakai untuk membunuh wanita yang mirip Regan di loteng rumah Peter. Tak lama setelah telepon itu diakhiri, Peter-pun berhasil diringkus.
            Walau kasus tersebut bisa dibilang sudah berakhir, namun Alec masih curiga bahwa sebenarnya bukan Peter-lah pelaku pembunuhan dan teror tersebut. Dan benar saja, saat mengikuti marathon, ketika Regan memutuskan untuk memotong jalan melalui area sunyi, ia diburu oleh pembunuh yang sesungguhnya. Dan motif pembunuhan tersebut ternyata tidak berhubungan langsung dengan Regan, tetapi dengan orang terdekat Regan.
***
            Saya suka thriller atau suspense story, dalam bentuk karya apapun. Tetapi jika thriller atau suspense tersebut dicampur dengan romance, hal itu mutlak akan mengurangi ketertarikan saya terhadap karya tersebut. Lain halnya jika saya sudah tidak punya bacaan lain dan pilihan terakhir di rak buku hanya novel bergenre suspense-romance, maka mau tak mau saya akan membaca buku tersebut cause reading is my ecstasy. (note: kartu perpustakaan belum diperpanjang dan rental buku cukup jauh). 
            Namun di luar dugaan, secara keseluruhan saya amat menikmati bacaan ini. Bab awal sudah fascinating. Membuka cerita dengan penjabaran masa kanak-kanak memang paling tepat untuk menarik minat pembaca, terkecuali jika mereka anti anak kecil. :p. Bab-bab awal-pun ditulis dengan amat menarik. Belum apa-apa, saya sudah dibuat penasaran dengan telepon Cordie yang mengatakan pada Regan bahwa ada sesuatu yang ingin Shopie katakan padanya. Cordie sudah tahu hal tersebut, tetapi Regan harus mendengar berita tersebut langsung dari mulut Shopie. Sialnya, pertemuan Regan dengan kedua sahabatnya tersebut berada di lembar yang cukup jauh dari halaman dimana Cordie menelepon Regan. To be honest, saya benar-benar ingin melompati beberapa lembar sekaligus karena kadung penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Shopie tersebut, meskipun setelah saya tahu ‘sesuatu’ itu, saya sedikit kecewa. Bukan sesuatu yang mengejutkan ternyata. Hahaha....
            Sebagai penggemar misteri, bab-bab yang membahas tentang teror yang menimpa Regan tentu saja menjadi favorit saya. Dan sayangnya, persentase atmosfer suspense di dalam novel ini saya rasa sangat kurang. Saya nyaris menelantarkan buku ini karena di paruh kedua buku alur cerita benar-benar membosankan. Genre yang diangkat di paruh kedua bisa dibilang ‘gantung’. Bukan suspense dan bukan pula romance yang kental. Tidak ada pula konflik-konflik yang menggigit. Dan setelah bertahan, ternyata nuasa menegangkannya baru dibeber kembali di bab nyaris ending. Saya sih kecewa dengan proporsi yang menurut saya tidak seimbang ini, namun syukurnya gaya menulis Julie Garwood, yang juga dibantu dengan terjemahan yang rapi dari Mbak Endang, membuat novel ini tetap gurih dinikmati.
            Dari segi karakter, Regan adalah karakter perempuan terbaik dari semua novel yang pernah saya baca tahun 2014 ini. Rendah hati, dermawan, feminim, kuat dengan caranya sendiri, tidak agresif, dan memikat tanpa harus memakai busana yang terbuka. Meskipun nampaknya banyak orang yang mengidolakan perempuan berkarakter seperti Katniss Everdeen di The Hunger Games yang tangguh, namun saya justru tidak terlalu tertarik dengan karakter seperti itu. Saya lebih menyukai perempuan berkarakter lembut (layaknya perempuan) namun sekaligus kuat tanpa harus pintar berkelahi. Oke, ini memang sudah memasuki ranah subjektifitas. Hehe... Selain Regan, saya juga menyukai karakter Aiden, seorang kakak yang terlalu protektif pada adiknya, namun saya rasa kekhawatirannya memang beralasan. Hal itu justru membuat novel ini mengusung keakraban di antara anggota keluarga, di mana sejauh yang saya tahu, hal itu sulit ditemui di tengah keluarga konglomerat di jaman modern ini. Kebanyakan cenderung individualis. Oh ya, jalinan pertemanan Regan dengan Cordie dan Shopie juga ditulis dengan sangat menyenangkan. Interaksi antar mereka selalu saja tunggu-tunggu.
            Mengenai Alec, sebagai hero di dalam novel ini, saya tidak ingin terlalu berkomentar. Karakternya biasa saja. Tipikal hero atau tokoh utama pria di novel-novel terbitan Dastan lainnya.
            Last, kini saya faham mengapa Dastan melabeli novel ini dengan fiction-romance dibanding suspense-romance.

Rating
Cerita : 6,5 of 7
Terjemahan : 6,5 of 7
Cover Asli : 5 of 7
Cover Terjemahan : 6 of 7
           
           
           
           




 
Images by Freepik