Judul : The Guardian
Penulis : Nicholas Sparks
Penerjemah : Marina Suksmono
Jumlah Halaman : 584 hal.
Genre : Adult Romance, Suspense Romance
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cover Designer : Dina Chandra
Tahun : 2006
Harga : Rp. 35.000 (Beli di Facebook OL-Shop :
Raja Buku)
One word about this book : Psycho!
Tak lama setelah kematian suaminya, Julie mendapat kiriman anak anjing Great Dane—peninggalan terakhir dari Jim,
suaminya. Jim, yang menyadari hidupnya takkan lama lagi, membelikan Julie anak
anjing itu untuk menemaninya setelah ia tiada. Oleh Julie, anjing itu dinamai
Singer, dan anjing ini menjadi temannya yang setia dan protektif.
Empat
tahun kemudian Julie sudah siap membuka hatinya untuk pria lain. Tapi siapa?
Richard Franklin yang tampan, shopisticated, dan memperlakukannya seperti ratu?
Ataukah Mike Harris, teman baiknya yang sederhana?
Di
tengah kebimbangan menentukan pilihan, hidup Julie mendadak berubah menjadi
mimpi buruk ketika kecemburuan salah satu pria itu berkembang menjadi obsesi yang
membuatnya tak segan-segan menyingkirkan siapa pun yang menghalangi tujuannya.
Dan
Singer termasuk salah satu penghalangnya. Sebab Singer sejak semula telah
mengendus kegilaannya, dan Singer tak mau orang ini menyakiti Julie yang
disayanginya.
Kepergian
Jim—suaminya—sudah pasti membuat Julie Barenson dirundung duka yang amat dalam.
Jim yang dulu membawanya dari jalanan ke Swansboro dan menaikkan derajatnya
dari gelandangan menjadi seorang istri kini sudah berpulang, dan selain sehelai
surat perpisahan, Jim juga meninggalkan seekor anak anjing Great Dane sebagai
pelindung Julie saat ia sudah terkubur di bawah tanah. Anjing itupun dinamai
Singer, dan ialah yang membantu Julie melewati hari-hari tanpa Jim sampai
akhirnya Julie siap menerima pria lain untuk mengisi kekosongan hatinya.
Dari
beberapa pria yang pernah berkencan dengannya, Richard Franklin termasuk orang
yang berhasil menarik perhatian Julie, meskipun belakangan Julie tahu bahwa ia
tak seantusias itu untuk berhubungan dengan Richard. Fakta bahwa Richard adalah
sesosok pria tampan, atletis, dan mapan yang mampu mewujudkan kencan paling
memukau se-Swansboro sama sekali tak membuat Julie mampu menyerahkan hatinya
pada Richard, dan di suatu hari, Julie-pun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya
dengan Richard, di saat semua perempuan lain justru mengemis-ngemis cinta pada
pria sesempurna itu. Pun, keputusan Julie diamini Singer karena kehadiran
Richard entah kenapa selalu membuat Singer tak nyaman, seolah-olah anjing itu
tahu bahwa Richard bukan pria baik-baik.
Sebagai
gantinya, Julie justru memilih untuk berkencan dengan Mike—teman Jim yang
otomatis juga sudah menjadi temannya. Mike memang hanya seorang montir di
bengkel kakaknya dan jika dibandingkan dengan Richard—baik dari segi fisik maupun
finansial—Mike jelas kalah telak. Walau begitu, Julie merasa nyaman bersama
Mike dan Singer juga merasakan hal yang sama.
Tetapi,
belakangan hari, Richard kembali ke kehidupan Julie dalam bentuk teror. Julie
selalu merasa ada yang membuntutinya yang berawal dari kegelisahannya saat
berada di pemakaman untuk mengunjungi Jim. Kemudian, ia mulai mendapat
telepon-telepon misterius tanpa suara yang membuat Julie semakin resah. Pada
awalnya, setelah hubungannya berakhir dengan Julie, Richard sama sekali tak bersikap
frontal. Ia tetap pria baik hati, namun Julie yakin semua teror yang ia terima
merupakan ulah Richard. Setiap saat Julie merasa selalu dibuntuti dan membuat
hari-harinya memburuk dan tak lagi aman sampai akhirnya masalah itu masuk ke
kantor polisi setempat. Julie memang tidak bisa membuktikan bahwa teror yang
menderanya bersumber dari Richard, namun Jennifer Romanello—petugas polisi
perempuan yang menangani masalah Julie dapat merasakan apa yang menjadi
kekhawatiran Julie dan memercayai wanita itu.
Puncak
dari segala teror itu adalah ketika Andrea—rekan kerja Julie di salon—ditemukan
terluka parah karena kasus penganiayaan dan dugaan langsung terarah kepada
Richard yang sehari sebelumnya terlihat bersama Andrea. Dugaan itu sama sekali
tak salah karena setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan darah Andrea di rumah
Richard. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Richard berhasil kabur ketika
Jennifer dan Pete Gandy berusaha untuk menggeledah rumahnya. Di mulai dari
sana, penyelidikan tentang Richard mulai dilakukan. Tentang seorang pria yang
ternyata mempunyai masa lalu buruk, tentang seorang pria yang ternyata seorang
pelaku kriminal pintar dan ahli menyembunyikan identitas, tentang seorang pria
yang amat terobsesi kepada Julie karena ada kesamaan pada sesuatu di masa lalu.
Tentang seorang Richard yang akhirnya berhasil menemukan tempat persembunyian
Julie (setelah kasus penganiayaan Andrea, Julie kabur ke luar kota bersama Mike
untuk melindungi diri) dan mengambil salah satu yang berharga dari hidup Julie.
***
Pada
awalnya, saya sempat underestimate sama novel Om Nico satu ini karena
selain surat, hubungan anak dan orang tua, setting di kota pesisir, serta
deskripsi yang (kali ini cuma lumayan) panjang, karakteristik yang saya tangkap
dari The Guardian sama sekali bukan karakteristik yang terdapat pada
novel-novel Om Nico lainnya. Sebut saja perpindahan cerita yang terlalu singkat
(bahkan hanya beberapa baris saja sudah terdapat tanda ‘bintang’ yang
menandakan perpindahan cerita), sementara di novel-novel lainnya perpindahan
cerita baru terjadi setelah beberapa lembar kemudian. Saya bersyukur akan hal
itu karena saya jadi lebih sering bernafas setelah membaca deskripsi yang
lumayan panjang, namun itu sama sekali tak membuat kecepatan membaca saya meningkat.
Percaya tidak percaya, 250 halaman pertama ini saya baca dalam waktu kurang
lebih satu bulan. Paruh pertama novel ini memang banyak berkisah tentang
hubungan Julie dan Richard yang tidak bisa dibilang romantis karena tampaknya
Richard bertepuk sebelah tangan, which is terasa amat membosankan.
Untungnya ada kisah tentang Mike yang memendam cinta pada Julie, yang selalu
mendapat godaan dari sang kakak, Henry. Komentar-komentar Henry yang segar dan
lucu menjadi pemanis tersendiri di paruh awal cerita yang menurut saya toooooooo
boring. Saya nyaris saja meletakkan novel ini selama-lamanya tanpa pernah
menyelesaikannya, namun hasrat untuk mereview novel ini menjadi motivasi
saya untuk menandaskan novel ini sampai akhir.
Dan setelah saya sampai di paruh
kedua novel, tepatnya di 330 halaman terakhir, hasrat baca saya tiba-tiba
meningkat dan tanpa sadar, saya menemui lambang Gramedia di lembar akhir novel
dalam waktu kurang dari sehari. Greget ceritanya mulai dan benar-benar terasa
sampai saya nyaris bergadang agar cepat-cepat sampai ke ending. Cerita yang awalnya romance
biasa tiba-tiba berubah menjadi drama suspense yang kereeeen
banget saat digagas oleh Om Nico. Ya. Om Nico yang biasanya menulis drama
romantis dengan kata-kata puitis membuai, kini beralih menulis kisah
kriminalitas yang menurut saya, sangat berhasil. Emosi Julie yang frustasi
benar-benar tersampaikan dengan baik, pun ke-saiko-an (bahasa keren dari psycho, hehe) Richard juga membuat
gregetan.
Yang saya kagum adalah bagaimana Om
Nico menulis karakter-karakternya yang terasa amat hidup. Penggambaran karakter
Julie yang wanita biasa cenderung tanpa emosi, lalu bertranformasi menjadi
wanita yang amat frustasi sangat patut diacungi jempol. Saya merasakan sekali
bagaimana emosi Julie terdeliver, bahkan beberapa
kali membuat saya tersentuh. Lain lagi dengan Richard yang seperti psikopat
pada umumnya, merupakan pria sempurna dan baik hati pada awalnya, tetapi busuk
di dalam. Hebatnya, penggambaran sang antagonis yang kejahatannya disingkap
perlahan-lahan menjadi katalis untuk suspensi cerita di novel
ini. Klimaksnya tidak terburu-buru dan saya amat menikmati bagaimana
tindak-tanduk Richard beserta masa lalunya ditulis dengan indahnya. Dengan
bangga, saya menjadikan Richard sebagai tokoh terfavorit saya di novel ini.
Selain itu, seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, hubungan Mike dan
Henry juga menjadi bumbu humor di novel ini. Sementara karakter Mike
biasa-biasa saja. Oh ya, satu lagi, Singer. Saya takjub sekali bagaimana Om
Nico membuat pembaca menganggap Singer sebagai seekor ‘anjing’ tanpa perlu
menuliskan onomatopeia ‘guk...guk...guk’.
Seolah-olah Om Nico memahami sekali bagaimana perasaan seekor anjing.
Banyak sekali tampaknya kesan yang
ingin saya sampaikan mengenai novel yang amat luar biasa ini. Salut buat Om
Nico dengan eksperimen novel suspensenya yang totally success meskipun seperti
yang ia bilang, romance tetaplah menjadi
poin utama dari novel ini. Riset yang Om Nico lakukan seperti bagaimana
prosedur penyelidikan kepolisian saya rasa tidak mudah, namun penggarapannya tak
cacat. Om Nico sendiri berkata bahwa ia sampai harus delapan kali merevisi
novel ini karena cerita yang ia tuliskan memang bukan bidangnya. Btw, katanya
Safe Haven juga mengangkat sisi kriminalitas dari segi domestic abuse sementara novel ini mengangkat
kriminalitas dari sisi obsesi yang berlebihan, psikopat, juga child abuse.
Setelah berbagai keluarbiasaan novel
ini saya paparkan, bukan berarti novel ini tak memiliki kekurangan. Bukan dari
segi teknik penulisan, namun lebih ke pihak Gramedia yang membungkus novel ini
dengan sampul yang amaaaaaaat jelek. Konsep cat airnya sih dapet dan keren,
tapi kenapa harus membuat cover yang aneh seperti
itu? Huh! Untungnya sampul belakang berwarna jingga dengan motif jejak kaki
anjing bisa sedikit membayar kejelekan sampul depannya.
Oh ya, yang terakhir, meskipun tak
seperti novel Om Nico lainnya yang bertaburan quote-quote romantis nan indah,
ada satu kata-kata menarik yang saya capture dari novel ini.
Julie selalu
percaya ada dua tipe manusia, mereka yang memandang lewat kaca depan mobil dan
mereka yang melihat dari kaca spion. Sejak dulu Julie tergolong tipe yang
memandang lewat kaca depan mobil: harus berfokus ke masa depan, bukan masa
lalu.
Intinya,
novel ini recommended lah!
Rating
Cerita : 6,8 of 7.
Terjemahan : 6,5 of
7
Cover Terjemahan :
2,5 of 7
Cover Asli : 6 of 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar