Judul :
Gelombang
Penulis : Dee
Lestari
Jumlah Halaman
: x + 482 hlm.
Genre : Fantasy, Philosophy,
Science Fiction, Adult Fiction
Penerbit : Bentang
Cover Designer
: Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2014
Harga : 59.250
(Beli di fb: Naufal Jasa Kurir)
ISBN : 979-602-291-057-2
Rating di
Goodreads : 3.8 stars of 495 reviews
First Sentence : Hutan dapat mengubah
seseorang dalam sekali sentuhan.
Final Sentence
: Sarvara.
Episode kelima
dari seri Supernova
Kali ini, orang
yang mengemban tugas sebagai supernova dengan kode Gelombang adalah Thomas Alfa
Edison. Alfa, yang di kampung halamannya dipanggil Ichon, memulai perjalanannya
di kampungnya sendiri, Desa Sianjur Mula-Mula tempat asal mula suku Batak berasal.
Dengan tingkat spiritual yang masih amat kental, penduduk desa percaya bahwa
ada leluhur-leluhur terdahulu, termasuk Raja Uti yang tinggal di Pusuk Buhit,
yang menjadi tempat mereka menggantungkan harapan. Suatu malam, upacara gondang
Raja Uti diadakan untuk meminta restu pada seorang lelaki yang ingin maju
ke DPR. Ichon yang sejak kecil selalu merobek langit dengan tangisannya ketika gondang
diadakan, untuk pertama kalinya akhirnya turut serta untuk menghadiri
upacara tersebut. Namun, di malam itu pulalah, titik awal perjalanannya
dimulai. Sesaat setelah roh Raja Uti merasuki Nai Gomgom, Ichon menyaksikan
sesosok makhluk hitam tak berwajah yang berdiri di pelataran rumah,
memerhatikannya. Makhluk itu adalah Si Jaga Portibi.
Setelah melihat
Si Jaga Portibi, hari-hari Ichon mulai berubah. Tiap malam, ia kerap dihantui
mimpi paling buruk yang pernah hadir dalam tidurnya. Untuk menangkal mimpi-mimpi
itu, Ompu Togu Urat, sang pamuhai (tetua sakti), memberikan Ichon dua
buah batu sebagai jimat. Ompu Togu Urat juga meminta Ichon untuk bersedia
menjadi muridnya karena ia mengatakan hanya orang terpilih yang dapat melihat
Si Jaga Portibi. Namun, suatu hari, Ichon juga dipinang seorang lelaki tua
untuk menjadi muridnya. Lelaki tua yang berasal dari Tao Silalahi itu bernama
Ompu Ronggur Panghutur. Yang tak diduga, ternyata Ompu Togu Urat dan Ompu
Ronggur mempunyai hubungan yang teramat dekat. Dan salah satu dari mereka
nyaris melenyapkan Ichon dari muka bumi sedang yang lainnya berhasil
menyelamatkan Ichon dan membuka penghalang yang ada di kedua batu di tangan
Ichon sehingga Ichon kembali dihantui mimpi buruk yang sekian lama tak
bertandang dalam tidurnya.
Peristiwa
percobaan pembunuhan terhadap Ichon di danau Toba membuat dua keputusan
akhirnya tercetus. Keputusan pertama datang dari keluarga Ichon untuk merantau
ke Jakarta sesegera mungkin. Keputusan kedua datang dari Ichon sendiri untuk
menjelma menjadi makhluk malam. Mimpi-mimpi buruk yang terus-terusan
mengganggunya membuat Ichon memutuskan untuk tidak lagi tidur di malam hari.
Sebagai gantinya, ia mengisi waktu bergadang tersebut dengan belajar. Dan waktu
istirahatnya ia ganti di siang hari barang sejam dua jam. Berkat kecerdasannya
dan peluang yang ada, Ichon mencoba peruntungan dengan ikut pamannya merantau
ke Amerika, tepatnya Hoboken. Didorong oleh motivasi untuk keluar dari
lingkungan keras Hoboken dan ingin segera menghasilkan uang untuk kesejahteraan
keluarganya di Indonesia, Ichon, whose nickname now is Alfa, belajar
mati-matian agar dapat beasiswa di salah satu universitas terkemuka. Dan
harapan tersebut itu pun terwujud meski Alfa harus dihantui oleh perasaan cemas
akibat statusnya yang sebagai pendatang ilegal di Amerika.
Namun, nasib
baik terus-terusan menghampiri Alfa. Tawaran kerja di Wall Streets membuatnya
menjadi tajir dalam waktu dekat dan Green Card, penanda kelegalan statusnya
sebagai penduduk Amerika, pun dalam genggaman. Walau begitu, Alfa tidak
semata-mata bahagia dengan kehidupannya yang serba berkecukupan. Apalagi ketika
suatu saat, kedua kawan seapartemennya menghadiahinya tiket make out di bawah sebuah organisasi eksklusif. Sebuah
lembaga pelacuran khusus kalangan atas. Tanpa disangka, Alfa yang biasanya
kebal dengan godaan wanita, kini jatuh ke pelukan wanita yang dipilihkan
untuknya malam itu. Ishtar. Seorang wanita yang akhirnya membuatnya mabuk dalam
indahnya bercinta sekaligus membuatnya jatuh tertidur selama 6 jam setelah
belasan tahun menjadi makhluk pengidap insomnia akut. Mimpi buruk-pun kembali
menghampiri Alfa. Mimpi yang membuatnya amat depresi. Akibat mimpi itu, Alfa
akhirnya bertemu dr. Nicky Evans, wanita muda cenderung kekanakan yang
mengenalkannya dengan sebuah pusat penanganan orang-orang yang mengalami
gangguan tidur, termasuk mimpi-mimpi buruk. Sebuah treatment-pun dijalani
Alfa untuk mengetahui penyebab mimpi misterius yang berulang-ulang tersebut.
Ditambah lagi, Si Jaga Portibi dan Ishtar juga hadir di dalam mimpi tersebut. Treatment yang dijalani Alfa-pun mengungkapkan bahwa Alfa cenderung menyakiti
dirinya sendiri saat bermimpi dan itulah yang membuatnya merasa nyaris mati
akibat mimpi tersebut. Penanganan Alfa jatuh ke tangan dr. Colin yang
mengajarkannya cara untuk mengontrol mimpi. Perlahan, mimpi misterius itupun
mulai terbongkar maksudnya tetapi ada satu yang Alfa tidak pahami. Ketika ia mencoba
untuk memasuki sebuah bangunan di dalam mimpinya, Alfa diperingatkan bahwa ia
belum cukup mempunyai sthirata untuk dapat bertahan di Asko. Istilah sthirata yang ditemui Alfa saat membaca buku Dr. Kalden Sakya. Hanya untuk
mengetahui maksud dari istilah tersebut, Alfa rela terbang jauh ke Tibet untuk
menemui Dr. Kalden.
Bersama Nicky, Alfa pun berangkat ke Tibet. Menemukan Dr. Kalden yang
meskipun merupakan tokoh yang cukup terkenal ternyata tidak mudah. Tetapi,
sebuah peristiwa pencopetan membawa Alfa ke Dr. Kalden yang ternyata sudah
direncanakan. Melalui Dr. Kalden-lah Alfa tahu bahwa ia merupakan sebuah agen
misi tertentu yang disebut Peretas. Sebagai peretas, Alfa tidak sendiri karena
ada kelima temannya yang lain yang juga harus ia temukan. Dr. Kalden juga
mengemukan konsep Infiltran sebagai pelindung Peretas dalam melaksanakan
misinya dan juga Sarvara sebagai sosok villain yang bertugas untuk membasmi
keberadaan Peretas di muka bumi. Melalui Dr. Kalden pula akhirnya Alfa dapat
menembus Asko dan mengetahui hal-hal yang selama ini terselubung meskipun misi
yang harus diembannya bersama kelima Peretas lainnya masih samar-samar.
***
Meskipun jeda antara Partikel dan
Gelombang berselang dua tahun, namun saya tidak merasakan penantian yang cukup
lama untuk menunggu kehadiran buku kelima dari serial fenomenal ini. Gimana enggak,
saya saja baru menamatkan Partikel beberapa bulan yang lalu. Hehehe... Yah,
walau begitu, ada cukup banyak bagian-bagian dari Partikel yang sudah hilang
dari ingatan. Tetapi, saya bisa katakan bahwa sebenarnya gambaran besar cerita
antara Partikel dan Gelombang itu sejalan. Juga karakterisasi tokoh utamanya
yang bisa dibilang jenius di bidangnya masing-masing.
Novel dibuka dengan kisah Gio yang
masih berkutat dengan pencarian Diva yang hilang di Amazon. Kali ini, Gio
mendapat secuil petunjuk tentang keberadaan empat batu terbungkus belacu yang
dijejalkan seseorang ke tangannya di Vallegrande. Ok, sejujurnya, mengenai
empat batu ini saya benar-benar tidak ingat ada di buku berapa.
Selanjutnya, kisah bergulir tentang
pengalaman-pengalaman buruk Alfa yang ia temui dalam mimpi. Sama seperti Zarah
di Partikel, Alfa juga memulai petualangan di sebuah kampung terpencil, dalam
kasus ini di desa Sianjur Mula-Mula. Jika Partikel memberikan rasa goosebump melalui Bukit Jambul dan portal yang ada di sana,
Gelombang menularkan mistisme upacara gondang dan sukses membuat saya
ketar-ketir. Apalagi teman sekos saya yang notabene berasal dari suku Dayak
juga pernah menceritakan upacara serupa di desanya yang hampir-hampir mirip gondang. Dengan musik-musik pengiring yang sangat efektif
menebarkan perasaan traumatik. Ditambah lagi kehadiran Si Jaga Portibi yang
jika dibaca dari deskripsinya, saya sih biasa saja. Namun entah kenapa namanya
yang membuat saya cukup merinding.
Setelah keluar dari desa, ‘tempat transisi’
Alfa berikutnya adalah Jakarta dan jika dibandingkan dengan Partikel, Zarah
juga sempat singgah ke Tanjung Puting yang akhirnya membawa nasibnya ke
Amerika. Well, lagi-lagi, Amerika menjadi setting tempat tokoh utama menghabiskan sebagian besar
kehidupannya. Dan akhirnya, petualangan benar-benar mencapai klimaks ketika
Alfa berangkat ke Tibet (dan Zarah terbang ke Glastonbury). Sampai disini,
Partikel dan Gelombang bisa dibilang identik. Maka dari itulah banyak pembaca
yang membanding-bandingkan Partikel dan Gelombang sehingga setelah diganjar
dengan mahakarya di Partikel, Gelombang terasa kurang memenuhi ekspektasi.
Tetapi, saya agak kurang sependapat.
Walau saya akui Partikel lebih menarik dari segi ilmu pengetahuan yang
disisipkan, namun saya teramat menyukai Gelombang dengan story development-nya yang semakin kesini, semakin mendekati
fantasi. Lagipula, Gelombang mempunyai tokoh yang lebih loveable ketimbang Partikel. Memang sih, Zarah dan Alfa
sama-sama jenius, namun Alfa terasa lebih humanis, sementara Zarah cenderung
skeptis. Saya senang Alfa tidak melupakan budayanya sendiri which is budaya Indonesia dan juga ia masih peduli pada
keluarganya di Jakarta. Sementara Zarah, ya... tahulah bagaimana.
Speaking of theme, tema besar yang
diangkat di Gelombang adalah tentang mimpi. Sayangnya, saya tidak terlalu paham
dengan penjelasan mimpi yang dijabarkan oleh dr. Colin. Saya hanya menangkap
beberapa hal seperti cara untuk mengontrol mimpi dengan menentukan sesuatu yang
dekat dengan kita sebagai jangkar *Inception alert*. Yang jelas, tidak terlalu
banyak perihal seluk-beluk yang dibahas dari sudut pandang ilmiah karena
selebihnya hanya membahas tentang dunia di dalam mimpi Alfa yang menjadi
petunjuk pertama mengenai makna Supernova (walaupun sampai selesai baca buku
ini, saya masih nggak ngeh sedikitpun apa sih informasi yang sengaja dilupakan
kemudian dicoba untuk diingat kembali oleh keenam orang terpilih ini?).
Keminimalisan pengetahuan yang disisipkan ini yang membuat saya, dan mungkin
juga beberapa pembaca di luar sana, merasa Gelombang tidak se-wah pendahulunya.
Oh ya, masih ingat Ishtar kan? Tokoh
di buku kedua, Akar, ini akan membuat Alfa melakukan perjalanan lagi untuk
menemui Bodhi di Indonesia. Dilihat dari ending-nya, tampaknya buku
selanjutnya akan menceritakan tentang perjalanan Alfa kembali namun saya sangsi
kalau Dee mengangkat tokoh yang sama. Oh ya, ada pula tokoh yang dikira sudah
meninggal di buku sebelumnya ternyata hidup kembali di buku ini. Semakin
membuat rasa penasaran naik ke ubun-ubun. Namun jika boleh memberikan pendapat,
saya ikhlas menunggu Intelegensia Embun Pagi (yang digadang-gadang sebagai buku
pamungkas seri ini) dalam rentang waktu yang cukup lebar dari Gelombang karena
belajar dari pengalaman, buku yang ditulis dalam waktu lama ternyata lebih
berisi dan matang.
Oh ya, Gelombang juga merupakan seri
yang mempunyai benang merah terhadap novel-novel sebelumnya. Gelombang sempat
berinteraksi dengan Ishtar dan Kell yang muncul di Akar (padahal kan Kell sudah
mati?????), sempat berkomunikasi dengan Bintang Jatuh, melihat bayangan Gio
(nggak yakin juga sih?), Elektra, Zarah, dan Bodhi saat Alfa tenggelam di Danau
Toba, dan juga berniat untuk menemui Bodhi di Indonesia.
Sayangnya, Gelombang terasa
membosankan di pertengahan terutama ketika Alfa berada di Hokoben dan New York.
Bagian favorit tentu saja ketika Alfa masih berada di Sianjur Mula-Mula dan
Tibet. Atmosfer pedesaan terasa menenangkan bahkan jika hanya digambarkan di
dalam buku.
Seperti yang sudah saya singgung
sebelumnya, saya memang sudah teramat tidak sabar membaca Intelegensia Embun
Pagi namun saya memilih untuk menunggu lama (kalau bisa lebih dari dua tahun)
agar episode terakhir ini benar-benar klimaks.
NB: Sepertinya
Supernova akan didominasi untuk Tibetan.
Rating
Cerita : 6,8 of 7
Cover : 7 of 7
Saya hanya sharing tentang website ini.. Semoga anda berkenan.
BalasHapusObat Nyeri Otot , Obat Benjolan Di Ketiak , Pengobatan Vertigo , Obat Sesak Nafas , Obat Ambeien , Cara Pesan Obat , Obat TBC Kelenjar , Obat Kanker Lambung , Obat Ginjal , Ace Maxs , Pengobatan Kanker , Obat Serangan Jantung , Obat Kanker Serviks , Obat Kista , Obat Penyakit Akut , Obat Obatan Tradisional , Obat Obatan , Obat Asam Urat
blognya sangat bagus
BalasHapuscasing sosis