Penulis : Ollie
Jumlah Halaman : x+194 hlm.
Genre : Domestic Romance, Adult Romance
Penerbit : Gagasmedia
Cover Designer : Dwi Anissa Anindhika
Tahun : 2009
Harga : Rp. 32.000
ISBN : 978-979-780-381-0
Rating di Goodreads : 3,2 stars of 23 reviews
One word about this book : Simple
Dominasi isteri dalam rumah tangga memang
biasanya menjadi kemelut tersendiri dalam kehidupan domestic tersebut. Dan
hal itu tengah terjadi dalam kehidupan rumah tangga Lena dan Eric.
Lena, sebagai editor-in-chief sebuah
majalah fashion ternama menuntut kehidupan yang mewah dan serba glamor.
Berbanding terbalik dengan suaminya, Eric, yang hanya seorang guru TIK di
sebuah SMA. Lena sendiri tidak pernah mempermasalahkan bagaimana cara agar gaya
hidupnya yang serba lux itu dapat terpenuhi. Ia punya uang yang lebih
dari cukup untuk membeli tas, sepatu, atau baju-baju branded, bahkan
untuk membayar segala tagihan rumah. Dan ia sama sekali tak keberatan soal itu.
Ia tak keberatan jika suaminya dianggap ‘numpang hidup’ karena penghasilannya
yang lebih besar dari Eric. Yang menjadi permasalahan adalah profesi Eric yang
tampak jomplang dengan karir Lena.
Sebagai seorang yang berkantong tebal, Lena
merasa malu ketika mengetahui bahwa Eric memilih kamar kelas III saat ia
kecelakaan. Ditambah lagi saat itu Lena juga didampingi dua teman kantornya
saat mengunjungi Eric di rumah sakit. Melihat jurang yang menganga tersebut,
Mala—salah satu kawan Lena—merekomendasikan Lena untuk menyuruh Eric alih
profesi karena karir Lena bisa saja jadi korban.
Lena sendiri sebenarnya sudah beberapa kali
menawarkan pada Eric agar bekerja di perusahaan besar, namun Eric tidak
menghiraukan permintaan isterinya. Ia fikir, guru adalah pekerjaan mulia. Ia
nyaman dengan rutinitasnya menghadapi murid-murid dan berbagi ilmu dengan
mereka. Namun suatu waktu, Eric akhirnya mau juga menuruti permintaan isterinya
untuk mengikuti wawancara kerja di sebuah perusahaan bergengsi. Sayangnya,
karena mengurus rapat guru, Eric terlambat menghadiri wawancara tersebut dan
sang empunya perusahaan amat tidak berkenan dengan hal itu.
Lena malu besar setelah mendengar hal
tersebut. Ia marah dan mendiamkan Eric beberapa hari. Usaha Eric untuk berdamai
dengan isterinya terus saja gagal. Bahkan ketika ia menerima kabar gembira
karena ia mendapat pelatihan IT gratis di Belanda, Lena justru memojokkan Eric
dengan berkata bahwa ilmu yang akan Eric dapatkan dari pelatihan itu sama
sekali tak berguna kalau ujung-ujungnya hanya untuk jadi guru. Gantian, Eric
yang marah besar sampai-sampai ia memutuskan untuk minggat dari rumah dan
memilih untuk menyewa kos dengan uang yang serba pas-pasan.
Perpisahan tersebut akhirnya membuat
masing-masing dari mereka merenungi kehidupan yang telah mereka jalani.
Perbedaan yang telah mereka pilih. Dan keputusan apakah mereka akan melanjutkan
rumah tangga dengan titik temu yang remang-remang, berpisah karena ego
masing-masing, atau mengalah untuk memenangkan salah satu pihak.
***
Satu-satunya
alasan saya memilih novel ini saat mengunjungi perpustakaan daerah adalah
karena judulnya yang benar-benar meneriakkan bahwa novel ini bergenre domestic
romance. Genre yang selama ini sangat ingin saya arungi tetapi tak pernah
tersentuh. Sebagai penjelajah, saya tidak ingin stuk di genre tertentu
saja meskipun tetap saya punya jenis-jenis cerita tersendiri yang difavoritkan.
Sejak
awal, novel ini sudah membawa pembaca ke dalam intrik yang dihadapi pasangan
suami isteri beda ‘kasta’. Okelah, mungkin kata ‘kasta’ terlalu esktrim, but
you know what I mean. Seperti yang dibilang sendiri oleh penulisnya di kata
pengantar, novel ini ia tulis memang berdasarkan realita di masyarakat yang
mempersepsikan bahwa rumah tangga yang terdiri atas isteri yang berpenghasilan
lebih tinggi dari suaminya akan sulit mencapai tingkatan sakinah, mawaddah,
wa rahmah. Dan itulah yang terjadi dalam novel ini. Isteri yang tampak
lebih superior menuntut sang suami agar memilih pekerjaan yang bisa
dibandingkan dengannya. Bukan karena masalah gaji yang lebih kecil, tetapi
semata-mata karena gengsi. Lena gengsi jika klien-klien atau pelanggan
majalahnya tahu bahwa pimpinan sebuah majalah fashion ternama justru
bersuamikan seorang guru.
Secara
keseluruhan, novel tipis ini memang tidak bertele-tele dalam menyampaikan
konflik. Dan klimaks serta penyelesaiannya pun berjalan natural. Hanya saja,
gaya menulis Ollie terlalu sederhana. Seolah-olah tulisannya hanya seperti
jurnal pribadi yang minim diksi-diksi canggih atau taro lah pilihan kata
yang tampak lebih puitis. Oleh karena itu, jangan pula berharap ada quote-quote
menarik yang bisa dikutip seperti novel Gagasmedia kebanyakan. Mungkin hal
ini juga tak terlepas dari status The Alpha Wife sebagai novel
Gagasmedia angkatan tengah alias satu angkatan sama Test Pack, Baby Proposal,
yang ditandai dengan pemakaian kertas yang putih dan licin itu (nggak tahu
namanya) dan cerita serta pilihan diksi yang sederhana.
dunia
profesi yang diangkat Ollie juga sebenarnya cukup menjanjikan untuk membuat
cerita ini berjalan lebih menarik dan berisi. Namun lagi-lagi, sayangnya
penjabaran tentang kesibukan para staf majalah fashion seolah hanya
numpang lewat. ‘Good Fight’nya Christian Simamora saya rasa lebih berhasil
untuk mengangkat kehidupan di balik layar sebuah fashion magazine.
Dan
di balik semua kesederhaan yang terdapat di dalam novel ini, syukurnya The
Alpha Wife dibungkus dengan sampul yang amat cantik. Minimalis namun
berkesan. Oh ya, saya juga lebih sreg sama judul yang disampul ‘Alpha Wife’ dibanding
‘The Alpha Wife’ yang entah kenapa terdengar seperti novel paranormal
romance. Hehe...
Kesimpulannya,
novel ini memang tidak bisa dibilang ‘wow’ tetapi juga tidak bisa disebut
mengecewakan. It’s still worth it to read! Trust me!
Rating
Cerita : 5,5
Cover : 6,2