Pages

Selasa, 12 Agustus 2014

Review Novel : It must be Love, Orina Fazrina



Judul : It must be Love
Penulis : Orina Fazrina
Jumlah Halaman : 152 hlm.
Genre : Young Adult Romance
Penerbit : Media Pressindo
Cover Designer : Mahar Mega
Tahun : 2013
Harga : 25.000 (beli langsung sama penulisnya)
ISBN : 978-979-911-211-8
Rating di Goodreads : 3.62 stars of 8 ratings
First Sentence : Pagi-pagi sekali Hyun Ae sudah sibuk di dapur.
Final Sentence : Hyun Ae dan Hyun Joong hanya tertawa mendengarnya.


“Jika berat untukmu menerimaku sebagai seorang idola, aku rela membuang semuanya asal kau mau bersamaku...”
            Tawaran bekerja selama enam bulan di Korea tentu tak membuat Imah berfikir dua kali untuk menerimanya. Sebagai K-popers sejati, negeri ginseng tersebut adalah hal yang amat diimpikannya apalagi fikirnya jika di sana ia bisa bertemu dengan idolanya, Yoon Ho—salah seorang anggota boyband AN. Voices. Namun dengan akal sehatnya yang masih berfungsi dengan baik, ia juga mengerti bahwa bertemu dengan idola butuh sebuah mukjizat besar. Jauh lebih sulit daripada menemukan teman SD yang sudah bertahun-tahun tidak ditemui. Itu pulalah yang membuat Imah—yang bernama Korea Hyun Ae—anteng-anteng saja ketika ia bertanya alamat pada seseorang yang amat mirip dengan idola nomor 2-nya, Hyun Joong—leader Shining Stars. Fikirnya, tidak mungkin ia bisa bertemu dengan Hyun Joong di hari pertamanya menginjakkan kaki di tanah Korea. Ia tidak seberuntung itu.
            Berawal dari tanya alamat tersebut, hubungan Hyun Ae dan Hyun Joong ternyata berlanjut. Hyun Joong yang mengaku bernama Ji Young mulai merasakan kenyamanan ketika berada di dekat Hyun Ae. Ia mengajak gadis itu pelesir keliling Seoul, memberikannya oleh-oleh ketika ia pulang tour di Jepang, dan yang paling berkesan, tentu saja tiket VVIP konser AN. Voices. yang amat digilai Hyun Ae tersebut meskipun Hyun Joong sendiri merasakan cemburu tak beralasan akibat dirinya dinomorduakan oleh Hyun Ae.
            Setelah sekian lama menyembunyikan identitasnya dari Hyun Ae, berkat desakan (baca: rekomendasi) dari member Shining Stars yang lain, Hyun Joong pun memutuskan untuk memberitahu Hyun Ae siapa ia sebenarnya. Hyun Joong pun memutuskan untuk mengajak Hyun Ae ke apartemennya, dan betapa terkejutnya Hyun Ae ketika satu-persatu, orang yang ia kira mirip bahkan bernama sama dengan members Shining Stars bermunculan. Dan setelah dijelaskan, barulah ia mengerti bahwa apa yang ia anggap mirip, ternyata adalah sosok asli dari para personil boyband yang digandrunginya tersebut.
            Dan berkat kebohongan itu, Hyun Ae memutuskan untuk menghindar dari Hyun Joong di saat hati pria itu sudah tertaut erat untuknya.
***
            Another Korean based-theme novel dari Orina Fazrina. Jujur sih, kalau novel ini saya baca 3 tahun yang lalu (yang mana novel ini pun belum terbit kali, hehe) mungkin saya akan lebih menikmatinya ketimbang sekarang. Pourqui? Karena 3 tahun lalu saya masih antusias dengan K-pop dan tetek bengeknya, but now, saya udah jengah dengan hype yang tiada habisnya ini (but I still fall in love with IU and T-Ara. Hehehe). Oke, mungkin ini personal preference jadi jangan diambil hati kalau nggak fit the bill dengan diri masing-masing. Kekekek... Speaking of my opinion, bagi saya pribadi, novel ini bagus karena walaupun bertema K-pop, novel ini tidak mengurangi keantusiasan saya sedikitpun dalam melahapnya. Well, Aku, Kamu, Kita yang menjadi novel perdana Orina memang masih menempati urutan pertama dari penulis yang bersangkutan di hati saya, tetapi saya akui novel ini jauuuuuuuuh lebih baik dari Cinta dalam Hati yang juga masih bernuasa Korea.
            It must be Love sendiri disajikan dengan sudut pandang orang pertama dari sisi Hyun Ae dan Hyun Joong. Di awal-awal, pengulangan dialog cukup mengganggu dan membuat saya lebih memilih skip this part. Syukurnya konsep seperti ini tidak keterusan, kalau tidak, saya yakin novel yang lumayan tipis ini sebenarnya memiliki manuskrip yang lebih tipis lagi. Hehehe...
            Untuk premis, saya rasa tidak ada masalah meskipun tidak ada konflik yang cukup berarti di novel ini. Mungkin karena terlalu tipis, ideologi editor, atau apa, saya sih kurang tahu. Yang jelas, hitting point yang seharusnya terjadi ketika Hyun Joong membongkar identitasnya terasa datar-datar saja. Pun ketika Jae Joong memaki-maki Hyun Ae yang menurut saya dialog terkeren sepanjang novel ini, ternyata resolusinya tidak nendang sama sekali. Padahal saya rasa, konflik Hyun Ae dan Jae Joong bisa jadi amat menarik jika lebih dikembangkan. Tetapi kalau saya boleh tebak, mungkin konflik utama yang ingin disajikan penulis adalah saat kepergian Hyun Ae dari Korea, dan saya rasa, it’s nice climax. Sayangnya, lagi-lagi, resolusi yang disajikan tidak terlalu memuaskan. Bagus sih, tapi nggak masuk logika saja kalau tiba-tiba orang-entah-siapa bisa cuap-cuap pakai pengeras suara operator di bandara untuk menyatakan cinta. Dan yang anehnya, kenapa di halaman 138 dikatakan bahwa petugas membiarkan saja Hyun Joong memakai pengeras suara karena ia tahu bahwa Hyun Joong seorang idol, padahal di halaman sebelumnya, Hyun Joong mengatakan “Dengan dandanan yang berbeda jauh dari sosokku yang asli, warga sekitar tak akan mengenali siapa aku.”
            Mengenai Korea sendiri, tidak ada deskripsi yang terlalu detail. Sah-sah aja sih mengingat novel ini misinya pure untuk menyampaikan romansa cinta yang terjadi antara Hyun Ae dan Hyun Joong, hanya saja kebetulan latarnya di Korea mengingat Hyun Joong adalah anggota K-boyband. Beda kalau serial STPC yang menyinggung lokasi tetapi cuma seupil, baru deh saya maki-maki. Hehehe...
            Well, nama boyband-nya bagus. Korea banget lah! Kendati demikian (ciah), ada satu nama yang cukup mengganggu saya dalam menikmati bacaan ini. Nama salah satu personil Shining Stars yang bikin saya bergidik. Hiiii.... suddenly I had a goosebump when I found Baby Jon in my reading. Cuma nickname memang, tetapi, ah, ‘Baby Baby’ itu ibarat semut dalam segelas susu. Tidak mempengaruhi cita rasa minuman sih, pun kalau terminum juga tidak najis, tetapi agak gimanaaaaaa gitu. Duh, kalau cewek yang punya nama ‘Baby’ saja saya bilang soooooooooooo effin’ childish, apalagi cowok. Saya tak bisa berkata-kata.
            Secara keseluruhan, novel ini cukup bisa membalikkan persepsi negatif saya terhadap novel-novel berbau Korea baik buatan lokal, interlokal, atau internasional. Tetapi kalau disuruh memilih, mungkin ini adalah novel K-pop terakhir yang saya baca dalam beberapa bulan ke depan.
            Kesimpulan, cerita Ok, penulisan Ok, sampul Ok banget (hehehe), Baby Jon nggak ok. Sorry ya, author!
           
Rating
Cerita  : 6 of 7
Cover  : 6 of 7
           
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik