Di awal-awal perkenalan, Gagasmedia masih belum punya lambang
penerbit huruf ‘g’ kayak sekarang. Buku-buku terbitannya pun punya kekhasan
sendiri yang pada waktu itu, maaf, belum bisa dikatakan sebuah ciri khas yang
dapat menarik mata untuk menikmatinya. Maaf kalau saya salah, tetapi dari yang
saya amati di perpustakaan, semua buku-buku terbitan Gagasmedia pada waktu itu
(sekitar tahun 2005 – 2006) berukuran 11x19 yang ketebalannya pun lumayan
tipis. Kalau di rak perpustakaan, tentu saja buku seukuran itu bakal
‘tenggelam’. Namun, dengan bangga saya mengakui bahwa buku-buku Gagasmedia
adalah buku pertama yang saya beli. Buku pertama yang menghuni rak buku saya.
Saya ingat betul, waktu di kota kecil saya baru muncul satu toko buku, tiap
pulang sekolah saya selalu membela-belakan diri untuk mampir kesana, meskipun
jaraknya lumayan jauh. Dan pada suatu ketika, saya berkesempatan untuk membawa pulang
satu ‘oleh-oleh’ buku yang berjudul ‘TUSUK JELANGKUNG’ dari penulis yang
kalau dilihat dari profil di halaman
belakang, sudah punya reputasi di jagad penulisan Indonesia. Sejak saat
itulah saya mulai kepincut dengan buku-buku Gagasmedia yang pada saat itu masih
rajin menelurkan novel adaptasi dari film (I miss that moment). Di suatu
waktu, saat sekolah saya sudah dekat dengan perpustakaan umum dan semua
novel-novel adaptasi film dari Gagasmedia di sana sudah habis saya lahap,
muncul lagi satu genre baru yang sayangnya tidak cukup berhasil menarik minat
saya. Song-lit. Bukan, bukan karena song-lit tidak bagus, hanya saja waktu itu teenlit
lagi menjamur di perpustakaan daerah saya yang update banget itu. Hehe...
Well, berhubung Gagasmedia di usianya yang ke-11 ini memberikan
kesempatan untuk menulis 11 buku-bukunya yang wajib dibaca, rasa-rasanya ini
momen yang tepat bagi saya untuk bernostalgia. So, here they are!
(Diurutkan sesuai ranking dengan 11 sebagai yang tertinggi).
1. Refrain - Winna Efendi
1.
Jauh, jauh
sebelum filmnya jadi perbincangan di kalangan Afganisme (saya Afganisme juga
soalnya J), kasak-kusuk mengenai novel Refrain sudah menyebar kemana-mana.
Saya yang waktu itu masih cupu karena baru pertama kali menjumpai toko buku
Gramedia (baru migrasi dari dunia antah berantah ke kota besar, hehehe)
akhirnya dibuat bingung dengan banyaknya pilihan buku-buku bercover manis dari
Gramedia. Termasuk di sana Refrain yang berkali-kali saya timbang untuk dibeli
atau tidak (waktu itu dilema antara Refrain atau Eclair). Namun dasar jodoh,
Refrain-lah yang berhasil dimasukkan ke dalam plastik. Well, kesan saya
terhadap buku itu sih bisa dibilang rada membingungkan. Ceritanya biasa saja,
sangat biasa malah. Tetapi saya merasa ada aura tertentu yang membuat buku tersebut
nagih untuk terus dibaca bahkan berulang-ulang kali dan memang sepantasnya
masuk rak bestseller, pun layak dimasukkan ke dalam 11 buku Gagasmedia
yang wajib dibaca.
2. Kotak
Musik Gita – Andanari Yogaswari
Ini non-fiksi,
tepatnya buku biografi dari Gita Gutawa. Sejak buku ini nongkrong di lemari
buku baru di perpustakaan, saya sudah teramat tertarik untuk membacanya.
Covernya manis, begitu berwarna, dan isinya pun juga demikian. Saya kagum
dengan layout-nya yang benar-benar mendeskripsikan keceriaan seperti
juga yang disiratkan di album kedua Gita Gutawa. So, apa yang spesial dari buku
ini? Jawabannya, banyak. Salah satunya adalah prestasi Gita Gutawa dan
bagaimana gaya belajar doi yang dikupas tuntas dalam buku ini. recommended
biography!
Pembaca mana
sih yang tidak mengenal Orizuka? Karya-karyanya yang manis sekaligus tragis
berhasil menarik ribuan orang—remaja pada khususnya—berbondong-bondong
mendaftar menjadi kutu buku. Ini saya saksikan sendiri dimana tiba-tiba semua
cewek yang ada di kelas saling berebut novel Orizuka padahal sebelumnya tak
pernah sekalipun mereka terlihat peduli dengan buku. Dan berkat virus Orizuka
tersebut, khususnya The Truth about Forever yang sukses membuat kelas haru biru
selama -beberapa hari, saya tak lagi menjadi kutu buku seorang diri di dalam
kelas. Hehe...
4. I
for You - Orizuka
Orizuka again!
Tetapi dibanding novel sebelumnya, I for You memiliki penceritaan dan
karakterisasi yang begitu kuat. Gramedia dan beberapa toko buku online sampai restock
beberapa kali. Pun novel ini menjadi trending topic di kalangan reviewers
yang pada saat itu saya hanya berperan sebagai blog visitor. Saya
sih yakin Orizuka—dan juga Winna Efendi—adalah aset terbesar yang dimiliki oleh
Gagasmedia. Cerita yang ciamik dibalut dengan cover dan sentuhan layout yang
mendukung tak akan pernah gagal memuaskan hati para pecinta buku di seluruh
Indonesia.
5. Fly to the Sky - Nina Ardianti & Momoe Rizal
Jujur saya,
saya tak pernah tertarik dengan proyek Gagas-duet. Cover-covernya memang amat
mengundang, namun menyadari bahwa cerita yang akan saya dapatkan tidak akan
begitu sempurna karena satu buku dibagi menjadi dua cerita, saya tak pernah
berminat untuk menyentuh buku-buku dari proyek ini. Apalagi masih banyak buku single
dari Gagas yang lebih menjanjikan. Namun, karena beberapa reviewers begitu
mengagung-agungkan buku duet dari Momoe Rizal dan Nina Ardianti ini, yang
ratingnya jauh meninggalkan dua novel duet pendahulunya, saya pun akhirnya
luluh juga untuk menikmati satu dari beberapa novel Gagas-duet yang saat itu
kalau tidak salah sudah sampai pada duet Valiant Budi. Dan hasilnya, wow
mencengangkan. Ini novel roman terbaik yang pernah diterbitkan Gagasmedia saya
rasa. Quote-quotenya pun top markotop terutama tentang Tweety dan
Sylvester. Tidak hanya saya yang berpendapat demikian, teman-teman pun
mengamini hal tersebut. Sampai saat ini, Fly to the Sky adalah novel yang
paling banyak dipinjam dari saya. Sampai sebel sendiri gara-gara jilidannya
sekarang terbelah akibat saking seringnya berpindah tangan.
6. Good Fight - Christian Simamora
Sebagai salah
satu editor di Gagasmedia (pada waktu itu), Bang Ino tentu juga merupakan figur
penting di Gagas. Buku-bukunya ‘beda’. Gaya bahasanya yang kece dan
kemampuannya membuat cerita mainstream menjadi out of the box membuat
novel-novelnya tidak sedikit dipuja-puji para pembaca. Tetapi dari semua
novelnya yang diterbitkan Gagas, Good Fight menurut saya adalah masterpiece.
Cerita Tere-Jet itu unik. Klise tetapi mampu dibawakan dengan lucu
sekaligus seksi. Pun, para pendukung cerita juga memberikan sumbangsih yang
layak diapresiasi. Rasa-rasanya, tanpa peran teman-teman Tere yang aneh bin
ajaib, cerita ini hanya akan berjalan datar. Sedatar novel Korea yang juga
mengangkat tema fashion magazine. Bukti lainnya kalau novel ini adalah
yang terbaik dari Bang Ino, tokoh Jet menjadi pemuncak dari semua J-boyfriend
yang sudah diterbitkan.
7. Orange -Windry Ramadhina
Masuk dalam long-list
Khatulistiwa Literary Award 2008 membuat novel ini tentu tidak bisa diremehkan
begitu saja. Saya sendiri takjub karena setahu saya novel-novel yang masuk
dalam nominasi Khatulistiwa Literary Award adalah tipe-tipe novel sastra kelas
berat. Dan ketika Orange yang notabene novel young adult biasa bisa
merebut hati para juri KLA, sudah jelas bahwa karya perdana Windry Ramadhina
ini pasti amatlah spesial dan layak menjadi salah satu dari 11 novel Gagasmedia
yang wajib dibaca. Dan khusus novel yang bertengger di nomor 7-11, saya
memberikannya predikat khusus sebagai 5 novel pamungkas Gagasmedia yang wajib
dibaca sebelum Anda mati.
8. Kambing Jantan - Raditya Dika
Fenomenal dan trendsetter!
Tanpa perlu berpanjang lebar, orang-orang pun sudah tahu kenapa Kambing
Jantan sampai masuk dalam list ini.
9. Test Pack - Ninit Yunita
Dilihat dari
ceritanya, novel ini memang cenderung memiliki template cerita yang
sudah sering diangkat baik di film, sinetron, FTV, atau novel lainnya. Plotnya
mudah ditebak, tetapi bukan itu yang menjadi keistimewaan novel ini. Test Pack
tampil jujur. Hubungan Rahmat dan Tata sebagai keluarga modern dikupas dengan
jujur apa adanya layaknya pasangan muda lain yang menantikan kehadiran
momongan. Dan, meskipun berjudul Test Pack, novel ini tidak vulgar. Pantas saja
jika Test Pack dilirik produser dan juga berakhir kesuksesan setelah diangkat
ke layar lebar. Materi yang bagus jika digarap oleh sutradara yang handal pasti
akan melahirkan karya yang tidak hanya dapat diterima tetapi juga disanjung.
10. Jomblo - Adhitya Mulya
Idem dengan
Kambing Jantan. Jomblo juga fenomenal, baik novel maupun filmnya. Saya rasa
sih, jomblo bisa dibilang anak emas yang pernah dilahirkan di Gagasmedia.
11. Jakarta Undercover - Moammar Emka
Come to the top
list, here is it, Jakarta
Undercover! Buku yang sempat saya baca sembunyi-sembunyi di perpustakaan ini
benar-benar mempunyai konten yang ‘wow’. Jelas saja ‘wow’ wong buku ini sempat
membuat geger dunia literasi Indonesia beberapa tahun silam. Jakarta Undercover
sendiri terdiri atas 3 buku: Sex and the City, Karnaval Malam, dan Forbidden
City yang ketiga-tiganya membahas tentang dunia terselubung di balik
kegemerlapan Jakarta. Oke, secara gamblang, buku ini berkisah tentang ‘dunia
seks’ di Jakarta. Tentang underground party, jasa-jasa penyedia
kepuasaan seksual terselubung yang faktanya didapat sang penulis melalui
observasi langsung. Bahkan, beberapa narasumber dalam buku ini adalah para
artis tanah air yang tentu saja namanya disamarkan. Hehe... Buku yang juga
sempat diangkat ke layar lebar ini (see, kayaknya semua buku terbaik dari
Gagasmedia selalu sempat mencicipi tangan dingin sutradara) bertutur secara
terang-terangan, lugas, dan dijamin akan membuat Anda ‘melek’. Saya anjurkan
untuk membacanya sendirian di tempat yang sepi agar lebih dapat meresapi dan
akhirnya tenggelam ke dalam petualangan Moammar Emka dalam menyusuri
seluk-beluk dunia XXX di Jakarta.
Kesebelas buku di atas adalah buku-buku terbaik dari yang terbaik versi
saya yang pernah diterbitkan Gagasmedia. Beberapa memang termasuk buku lama,
tetapi sudah menjadi rahasia umum kan kalau ‘barang-barang lawas’ biasanya
memiliki kesan yang lebih istimewa dibanding adik-adik angkatannya?
Last, selamat ulang Gagasmedia. Semoga tetap dapat menghadirkan
buku-buku menarik dengan balutan cover yang makin ciamik. Long live!
I believe in your taste, dan sekarang aku lg guling2 ngidam yg Orizuka sama Windry *sigh*
BalasHapusI should read them all :D except yg biografi *plak*