Pages

Kamis, 25 Desember 2014

Review Novel: Casablanca: Forget Me Not, Dahlian



Judul : Casablanca: Forget Me Not (STPC #8 Gagasmedia)
Penulis : Dahlian
Jumlah Halaman : viii + 336 hlm.
Genre : Adult Romance
Penerbit : GagasMedia
Cover Designer : Dwi Anisa Anindhika
Tahun : 2014 (Cet. 1)
Harga : 52.500 (fb: Tokobuku Sukabaca)
ISBN : 978-979-780-712-2
Rating di Goodreads : 3.13 stars of 110 ratings
First Sentence : Laz menaikkan kerah jaket sport-nya, berusaha melindungi tubuh dari sengatan udara malam.
Final Sentence : Hanya itu yang ia rasakan.


Namun, cinta datang seperti pencuri di malam hari. Masuk dan mencuri hatinya tanpa diduga apalagi dicegah. Hal. 192
Demi menenangkan diri sejenak dari persiapan pernikahannya yang tinggal beberapa bulan lagi, Vanda nekat seorang diri terbang ke Casablanca. Kota yang diketahuinya hanya dari sebuah film lawas yang ia sukai. Sejujurnya, menenangkan diri bukanlah kata yang tepat. Vanda merasa bimbang apakah ia harus tetap bersanding dengan Rommy di pelaminan atau mundur karena sebagian hatinya merasa tidak sepakat dengan kehendak keluarga Rommy yang menyuruhnya untuk menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan pekerjaannya. Vanda yakin, kepergiannya ke Casablanca akan memutus komunikasinya dengan Rommy untuk sementara waktu sebelum ia memantapkan pilihan.
            Pada kenyataannya, Vanda tidak mendapatkan apa yang ia kehendaki di Casablanca. Alih-alih ketenangan, ia justru diganggu oleh seorang pria Indonesia yang terus membuntutinya dan mencoba untuk mengakrabinya. Vanda memang mengakui kalau Laz, pria itu, punya tampang yang lumayan tampan dan juga aura charming yang memikat. Namun, bukan saatnya ia jatuh hati pada lelaki lain sementara rencana pernikahannya saja di ambang kegagalan. Belum lagi rasa penyesalan akan perbuatannya di masa lalu terus membayanginya. Ya, saat SMA, Vanda pernah melukai hati seorang cowok hanya demi keeksisannya di clique. Padahal, Vanda justru mencintai cowok tersebut, dan cinta itu tetap ia jaga sampai saat ini.
            Berkali-kali tak digubris Vanda, akhirnya Laz berhasil meluluhkan hati gadis itu dengan tindakan heroiknya. Membuat Vanda merasa nyaman di dekatnya adalah tujuan Laz untuk memikat Vanda. Dan selanjutnya, memantapkan keraguan Vanda atas kelangsungan upacara pernikahannya adalah hal berikutnya yang akan Laz lakukan pada gadis itu. Hingga akhirnya, rencana besar yang ia susun secara dadakan itu akan terlaksana. Dan pengorbanan luar biasa yang selama ini ia jalankan akan berbuah manis.
            Kenang-kenangan buat Vanda sudah terbungkus rapi dalam kertas kado.
***
            Jujur saja, pada awalnya Casablanca dibumbui dengan berbagai hal tidak logis, kebetulan-kebetulan yang terlalu dipaksakan, karakterisasi tokoh yang sangat jauh dari kata loveable, dan plot yang menjemukan. Bagaimana tidak, Laz yang baru pertama kali bertemu dengan Vanda di lobi hotel di Casablanca tiba-tiba bersikap seolah-olah psikopat yang terus membuntuti Vanda kemana-mana. Bisa dibilang obsesi Laz terhadap Vanda amat berlebihan. Respon Vanda yang teramat antipati juga terasa kurang wajar apalagi ia tahu Laz juga berasal dari Indonesia. Tahu sendiri kan bertemu bangsa setanah air di negeri orang sudah seperti bertemu sepupu saja. Nah, ini Vanda dengan alasan kalau Laz tetaplah orang asing baginya malah segitu menghindarnya dari Laz seolah-olah cowok itu terjangkit penyakit menular yang amat menjijikkan. Sikap Vanda ini mulai bisa dimaklumi ketika tingkat obsesif Laz padanya semakin meningkat. Sampai disini, saya menganggap bahwa Casablanca akan jadi kandidat kuat trash book tahun ini.
            Di luar cerita yang menjengkelkan tersebut, saya juga kurang suka gaya tulisan Dahlian di novel ini terutama ketika ia seringkali menekankan bahwa Laz itu seksi bla, bla, bla. Saya sih tidak masalah dengan penonjolan hal tersebut hanya saja deskripsi tersebut selalu sering diulang sehingga malah membuat jenuh. Apalagi jika bahasa yang digunakan tidak variatif. Selain itu, tanpa bermaksud menyinggung SARA, saya juga tidak respek dengan ketidakkonsistenan Dahlian dalam menggambarkan perspektif Vanda dan Laz terhadap agama. Saya sih nggak mempermasalahkan apa agama Vanda dan Laz. Ok, di beberapa kesempatan, Vanda dan Laz rasanya tak pernah sekalipun meminum sesuatu yang tidak mengandung alkohol, dalam pandangan saya Vanda dan Laz mungkin bukan muslim. Okelah saya nggak masalah sama sekali apalagi waktu mereka berkunjung ke Masjid Hasan 2 dan ketika adzan berkumandang, mereka malah menjauh dari masjid ditambah lagi sempat terfikir di benak Laz untuk mengecup bibir Vanda di tempat tersebut, itu semakin menguatkan bahwa mereka berdua bukan muslim. Nah, yang jadi masalah adalah ketika Laz menyarankan Vanda untuk sholat istikharah untuk memantapkan keputusannya. See? Vanda dan Laz yang nggak pernah absen mengkonsumsi minuman beralkohol (termasuk ketika Laz mengucapkan saran tersebut) dan kabur waktu sholat 5 waktu tiba, tiba-tiba langsung membawa-bawa sholat sunnah yang notabene hanya diketahui sebagian orang yang cukup mendalami masalah agama. Sekali lagi, saya nggak mempermasalahkan bagaimana tingkat religius Vanda dan Laz tetapi sama sekali susah ditarik benang merah antara pandangan kedua tokoh terhadap agama yang mereka anut (yang dilihat dari sikap mereka yang telah saya sebutkan sebelumnya) dengan ketika Laz mengungkit-ungkit masalah shalat istikharah.
            Kembali lagi ke dugaan saya bahwa Casablanca akan jadi kandidat terkuat trash book tahun ini, ternyata praduga tersebut salah besar. Ada alasan kuat kenapa Dahlian membuat cerita yang tampak tidak logis tersebut di awal yang ternyata merupakan bagian dari twist. Dengan hal itu, maka saya nobatkan bahwa Casablanca ternyata tidak seburuk yang saya dan sebagian besar para reviewers anggap. Tidak terlalu istimewa sih, pun ending-nya juga terkesan terburu-buru sekali, namun bisalah dijadikan bacaan pengisi waktu luang.
            Oh ya, membaca buku ini, saya sama sekali tidak merasakan deskripsi setting yang diangkat. Jauh di bawah ekspektasi sih mengingat Dahlian merupakan penulis yang sudah banyak menghasilkan karya-karya yang bagus.
“Semua orang punya ketakutan saat akan menghadapi perubahan besar dalam hidup. Kecemasan pada sanggup atau tidaknya kita menjalani, itu soal biasa. Tapi, membayangkan kita akan menjalani hidup bersama orang yang kita cintai, biasanya membuat kita bisa melawan ketakutan itu.” Hal. 182


Rating
Cerita     : 5 of 7
Cover  : 6,5 of 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik