Judul : Murder List (Petaka dari Masa Lalu)
Penulis : Julie Garwood
Penerjemah : Endang Sulistyowati
Jumlah Halaman : 448 hm.
Genre : Adult Romance, Romance-Suspense
Penerbit : Dastan Books
Cover Designer : dayu_maulizart@yahoo.com
Tahun : 2012
Harga : 15.000 (fb : Sale Novel Kolpri)
ISBN : 978-602-247-057-1
Rating di Goodreads : 4 stars – 8,001 votes
One word about this book : Warm
Buku ke 4 dari seri Buchanan-Renard
Selalu
ada celah bagi kejahatan untuk menghampiri seseorang, bahkan jika kita merasa
adalah orang terbaik sedunia yang sama sekali tak punya musuh. Sialnya,
kejahatan itu kini tengah menimpa Regan Madison. Seorang wanita dengan reputasi
dan sifat yang amat baik, orang kaya-raya nan dermawan, serta dibalut
penampilan fisik yang menarik. Regan yakin ia tidak punya musuh, kecuali
mungkin seorang pengaju proposal sumbangan yang amat menyebalkan, Peter Morris,
yang permintaan sumbangannya tidak diluluskan oleh perusahaan Regan karena
kasus penyelewengan dana sumbangan.
Hari-hari
Regan yang penuh teror dimulai dari keterlibatannya menyelidiki Dr. Lawrence
Shields bersama dua orang sahabatnya, Shopie dan Cordie, yang dianggap Shopie
sebagai penipu ulung dan pemeras harta wanita-wanita kaya-raya dan kesepian.
Regan diminta oleh Shopie untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut kepada
pihak kepolisian (yang sebelumnya juga pernah ditanyakan oleh Cordie),
khususnya kepada Detektif Sweeney. Tetapi, sikap Detektif Sweeney yang terkesan
menelantarkan kasus tersebut membuat Regan muak.
Di lain kesempatan, untuk melancarkan penyelidikan tersebut, Regan, Shopie
dan Cordie memutuskan untuk mengikuti seminar motivasi yang diadakan Dr.
Shields. Dalam salah satu agenda seminar tersebut, para peserta seminar diminta
untuk menuliskan daftar orang-orang yang mereka inginkan untuk lenyap dari muka
bumi, atau dengan kata lain, daftar orang-orang yang diinginkan untuk mati.
Beberapa
hari setelah itu, Regan syok ketika ia menerima email berupa foto mayat
Detektif Sweeney yang dipastikan merupakan korban pembunuhan. Yang sangat
membingungkan, email tersebut berasal dari Henry, asisten pribadi kepercayaan
Regan, dan dikirim dari ponsel Regan. Sejak saat itu, Regan mulai terlibat
dengan aparat kepolisian. Sang kakak, Aiden, meminta beberapa aparat untuk
menjaga hotel tempat Regan tinggal, dan tidak melepaskan pengawasan mereka
sedikitpun dari adiknya. Sementara pihak kepolisian sendiri mengirimkan seorang
detektif muda, Alec Buchanan, sebagai pengawal pribadi Regan. Situasi bertambah
rumit ketika Regan kembali mendapatkan foto mayat melalui fax-nya dengan
subject, Daftar Pembunuhanmu. Regan memang sadar bahwa dua orang yang dibunuh
tersebut ada pada daftar orang yang ia inginkan untuk mati yang ia tulis saat
di seminar Dr. Shields waktu itu. Dan ia juga teringat bahwa sepulang dari
acara yang diadakan Dr. Shields, Regan dikejar seorang lelaki misterius dan isi
tasnya sempat tumpah saat itu. Kemungkinan besar, orang itulah yang memakai
telepon Regan untuk mengirimkan email dan juga yang menemukan daftar pembunuhan
Regan.
Terlepas
dari situasi sulit yang tengah menimpa Regan, ia juga dihadapkan pada
perasaannya yang mulai menggelora sejak dekat dengan Alec. Nyaris 24 jam dari
keseluruhan waktunya ia habiskan dengan Alec di sisinya. Dan nyatanya, tidak
hanya Regan yang memendam perasaan tertarik tersebut, tetapi Alec juga
demikian. Namun, Alec mencoba membuang jauh perasaannya karena ia khawatir
Regan akan terluka sebab tak lama lagi, ia akan resmi keluar dari kepolisian
dan pindah ke negara bagian lain. Ia takut jika cintanya pada Regan terlanjur
menyeruak, akan berat bagi Regan—dan juga baginya—untuk menerima perpisahan
‘tak sementara’ yang sebentar lagi akan ia jalani.
Kembali
ke nuansa suspens, kasus bertambah pelik ketika ditemukan seorang mayat wanita
mirip Regan yang disembunyikan di arena jogging universitas. Di hari wanita itu
dibunuh, Regan memang berencana untuk jogging di sana, namun ia batalkan
sehubungan dengan dibangunnya arena jogging dalam ruangan di kantornya.
Pihak kepolisian-pun menarik kesimpulan bahwa pembunuh tersebut sebenarnya
mengincar Regan, dan wanita itu adalah korban salah bunuh. Ditambah lagi dengan
datangnya fax bahwa daftar korban pembunuhan selanjutnya ternyata adalah Regan
sendiri. Namun tak lama berselang, pihak kepolisian mulai menemukan titik
terang kasus ketika Regan mendapat telepon dari Peter Morris bahwa laki-laki
itulah yang tengah bermain perkara dengannya. Hal itu diperkuat dengan temuan
barang-barang yang dipakai untuk membunuh wanita yang mirip Regan di loteng
rumah Peter. Tak lama setelah telepon itu diakhiri, Peter-pun berhasil
diringkus.
Walau
kasus tersebut bisa dibilang sudah berakhir, namun Alec masih curiga bahwa
sebenarnya bukan Peter-lah pelaku pembunuhan dan teror tersebut. Dan benar
saja, saat mengikuti marathon, ketika Regan memutuskan untuk memotong jalan
melalui area sunyi, ia diburu oleh pembunuh yang sesungguhnya. Dan motif
pembunuhan tersebut ternyata tidak berhubungan langsung dengan Regan, tetapi
dengan orang terdekat Regan.
***
Saya
suka thriller atau suspense story, dalam bentuk karya apapun.
Tetapi jika thriller atau suspense tersebut dicampur dengan romance,
hal itu mutlak akan mengurangi ketertarikan saya terhadap karya tersebut. Lain
halnya jika saya sudah tidak punya bacaan lain dan pilihan terakhir di rak buku
hanya novel bergenre suspense-romance, maka mau tak mau saya akan
membaca buku tersebut cause reading is my ecstasy. (note: kartu
perpustakaan belum diperpanjang dan rental buku cukup jauh).
Namun
di luar dugaan, secara keseluruhan saya amat menikmati bacaan ini. Bab awal
sudah fascinating. Membuka cerita dengan penjabaran masa kanak-kanak
memang paling tepat untuk menarik minat pembaca, terkecuali jika mereka anti
anak kecil. :p. Bab-bab awal-pun ditulis dengan amat menarik. Belum apa-apa,
saya sudah dibuat penasaran dengan telepon Cordie yang mengatakan pada Regan
bahwa ada sesuatu yang ingin Shopie katakan padanya. Cordie sudah tahu hal
tersebut, tetapi Regan harus mendengar berita tersebut langsung dari mulut
Shopie. Sialnya, pertemuan Regan dengan kedua sahabatnya tersebut berada di
lembar yang cukup jauh dari halaman dimana Cordie menelepon Regan. To be
honest, saya benar-benar ingin melompati beberapa lembar sekaligus karena
kadung penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Shopie tersebut, meskipun
setelah saya tahu ‘sesuatu’ itu, saya sedikit kecewa. Bukan sesuatu yang
mengejutkan ternyata. Hahaha....
Sebagai
penggemar misteri, bab-bab yang membahas tentang teror yang menimpa Regan tentu
saja menjadi favorit saya. Dan sayangnya, persentase atmosfer suspense di dalam novel ini saya rasa sangat kurang.
Saya nyaris menelantarkan buku ini karena di paruh kedua buku alur cerita
benar-benar membosankan. Genre yang diangkat di paruh kedua bisa dibilang
‘gantung’. Bukan suspense dan bukan pula romance yang kental. Tidak
ada pula konflik-konflik yang menggigit. Dan setelah bertahan, ternyata nuasa
menegangkannya baru dibeber kembali di bab nyaris ending. Saya sih kecewa
dengan proporsi yang menurut saya tidak seimbang ini, namun syukurnya gaya
menulis Julie Garwood, yang juga dibantu dengan terjemahan yang rapi dari Mbak
Endang, membuat novel ini tetap gurih dinikmati.
Dari segi karakter, Regan adalah
karakter perempuan terbaik dari semua novel yang pernah saya baca tahun 2014
ini. Rendah hati, dermawan, feminim, kuat dengan caranya sendiri, tidak
agresif, dan memikat tanpa harus memakai busana yang terbuka. Meskipun
nampaknya banyak orang yang mengidolakan perempuan berkarakter seperti Katniss
Everdeen di The Hunger Games yang tangguh, namun saya justru tidak terlalu
tertarik dengan karakter seperti itu. Saya lebih menyukai perempuan berkarakter
lembut (layaknya perempuan) namun sekaligus kuat tanpa harus pintar berkelahi.
Oke, ini memang sudah memasuki ranah subjektifitas. Hehe... Selain Regan, saya
juga menyukai karakter Aiden, seorang kakak yang terlalu protektif pada
adiknya, namun saya rasa kekhawatirannya memang beralasan. Hal itu justru
membuat novel ini mengusung keakraban di antara anggota keluarga, di mana
sejauh yang saya tahu, hal itu sulit ditemui di tengah keluarga konglomerat di
jaman modern ini. Kebanyakan cenderung individualis. Oh ya, jalinan pertemanan
Regan dengan Cordie dan Shopie juga ditulis dengan sangat menyenangkan.
Interaksi antar mereka selalu saja tunggu-tunggu.
Mengenai Alec, sebagai hero di dalam
novel ini, saya tidak ingin terlalu berkomentar. Karakternya biasa saja. Tipikal
hero atau tokoh utama pria di novel-novel terbitan Dastan lainnya.
Last, kini saya faham
mengapa Dastan melabeli novel ini dengan fiction-romance dibanding suspense-romance.
Rating
Cerita : 6,5 of 7
Terjemahan : 6,5 of
7
Cover Asli : 5 of 7
Cover Terjemahan :
6 of 7