Pages

Jumat, 11 April 2014

Review Novel : Divergent, Veronica Roth



Judul : Divergent
Penulis : Veronica Roth
Penerjemah : Anggun Prameswari
Jumlah Halaman : 540 hlm.
Genre : Young Adult Fantasy, Dystopian Fiction
Penerbit : Mizan Fantasi
Cover Designer : BLUEGarden
Tahun : 2012
Harga : 59.000 (Gramedia Veteran Banjarmasin)
One word about this book : breathtaking

            Sebuah dunia baru bangkit dari kehancuran. Usai perang nuklir yang memorak-morandakan dunia, Chicago membangun kembali kehidupan baru dengan prinsip experience is the best teacher. Berkaca pada masa lalu, kehidupan di sana pun dibagi atas 5 faksi, Amity (faksi pecinta damai), Candor (faksi orang-orang jujur), Abnegation (faksi yang lebih memedulikan kepentingan orang lain), Erudite (faksi pecinta ilmu pengetahuan), dan Dauntless (faksi para pemberani). Untuk menentukan faksi di mana setiap orang hidup dan tinggal, di usia 16 tahun, setiap anak akan mengikuti uji simulasi untuk mengetahui faksi apa yang cocok bagi mereka meskipun pilihan dari uji simulasi tidak mengikat karena setiap anak boleh memilih faksi sesuai kehendaknya sendiri.
            Beatrice Prior, seorang anak perempuan dari faksi Abnegation, ternyata harus menghadapi kendala saat ia mengikuti uji simulasi. Alih-alih satu, ada tiga faksi yang dominan terhadap Beatrice sehingga ia digolongkan sebagai Divergent. Menjadi Divergent amatlah berbahaya sehingga Beatrice harus menyembunyikan hasil simulasi tersebut dan istruktur simulasi Beatrice membantunya dengan memasukkan Abnegation sebagai hasil dari simulasi itu.
            Karena ada tiga faksi yang dominan terhadap Beatrice—Dauntless, Abnegation, dan Erudite—, ia memutuskan untuk bergabung dengan Dauntless meskipun berat rasanya meninggalkan orangtuanya di Abnegation. Kehidupan di Abnegation yang serba sederhana dan selalu berhasrat untuk mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri sendiri juga membuat kakak Beatrice, Caleb, memutuskan meninggalkan faksi tersebut dan memilih Erudite, di mana Erudite merupakan faksi yang sangat berkeinginan untuk meruntuhkan Abnegation.
            Selepas meninggalkan Abnegation, Beatrice tidak bisa langsung diterima di Dauntless karena ada tahap inisiasi yang mana juga diselenggarakan oleh faksi-faksi lainnya. Tahap inisiasi di Dauntless tidaklah mudah. Selain harus melompat masuk ke dalam kereta api yang tengah berjalan, mengalahkan rasa takut ketinggian dengan melompat dari kereta api ke atap gedung, kemudian dari atap gedung ke lubang yang menganga di lantai, inisiasi di Dauntless juga mengutamakan kekuatan fisik. Para peserta inisiasi ditempa dengan berbagai pertarungan yang akan membentuk mereka menjadi orang-orang yang pemberani. Dari 20 orang peserta inisiasi Dauntless, nyatanya hanya 10 orang yang akan diterima di faksi tersebut sementara sisanya akan menjadi factionless alias mereka yang tidak punya faksi dan hidup menggelandang. Sebuah strata sosial paling rendah dalam tatanan hidup dunia baru tersebut.
            Selama menjalani inisiasi di Dauntless, Beatrice mengubah namanya menjadi Tris dan ia pun menjelma menjadi sosok yang tangguh. Sayangnya, ketangguhan tersebut justru beresiko baginya karena rahasianya sebagai seorang Divergent bisa terbongkar. Dibantu oleh orang-orang yang mengetahui identitasnya tersebut, Tris mencoba mengontrol setiap kemampuannya di tiap inisiasi sehingga ia akan terlihat normal.
            Belakangan hari, setelah tahap inisiasi Dauntless selesai dilaksanakan, ternyata ada proyek besar yang tengah direncanakan oleh faksi tersebut yang dipelopori oleh salah satu faksi lain. Proyek untuk meluluhlantakkan Abnegation. Proyek yang melibatkan seluruh orang di Dauntless yang bekerja dalam keadaan tidak sadar.
***
            Awalnya sih saya sempat underestimate sama novel ini apalagi waktu pertama kali baca, bab 1-nya terasa kurang mengesankan. Kesalahannya sih bukan pada ceritanya, tetapi pada terjemahannya yang ternyata setelah saya intip versi Bahasa Inggrisnya, harusnya hasil alih bahasanya bisa lebih baik. Jadilah di bab-bab awal saya agak berleha-leha membaca novel ini. Namun, entah karena takdir atau apa, waktu pulang ke kampung halaman, novel ini malah ketinggalan di kamar kos. Dan waktu balik lagi ke Banjarmasin sebulan kemudian, saya memutuskan untuk membaca ulang novel ini dari awal. Dan voila, saya bahkan nyaris tak dapat meninggalkan novel ini barang sejam. Alhasil, kurang dari 24 jam, Divergent berhasil saya tamatkan. Bagi saya pribadi, tentu saja ini adalah rekor.
            Menilik dari rekor tersebut, rasanya tidak ada orang yang begitu berambisinya untuk menamatkan sebuah buku dalam waktu singkat karena buku tersebut ‘jelek’. Bagi saya pribadi, Divergent adalah sebuah mahakarya dari ide yang luar biasa inovatif tetapi sederhana. Kalau mengerti makna dari inovatif yang saya maksud, tentulah bagi saya Divergent sama sekali tidak ‘plagiat’ (secara halus) ide cerita dari The Hunger Games seperti yang selama ini banyak orang bilang. Apakah jika suatu buku mengangkat tema dystopia harus serta-merta dituduh menyontek The Hunger Games? Kalau begitu, The Hunger Games juga menyontek pendahulunya dong seperti novel 1984 karya George Orwell?
            Jujur, sebelumnya genre dystopian fiction sama sekali tak menarik bagi saya. Saya bukan penggemar futuristik baik dalam bentuk media apapun. Namun sejak menonton Wall-E, perlahan saya mulai membuka diri untuk memasukkan genre ini dalam bacaan saya. Dan Divergent berhasil membuat saya semakin jatuh cinta dengan genre ini.
            Dari segi karakter, saya suka Tris—of course. Khususnya ketika Tris masih memiliki naluri Abnegation-nya. I am a man who loves nice women, jadi bagi saya sisi manis dan baik hatinya Tris lebih menarik dibanding ketika ia bersikap tangguh, petarung ulung, dan sebagainya dan sebagainya. This is just personal preference, right? Selain itu, saya juga fans berat ibunya Tris dan sangat menyayangkan dia harus meninggal dengan cara yang tidak ‘elegan’ seperti itu. Seolah-olah, Mrs. Roth begitu ingin membunuh karakter ibu Tris tanpa mau bersusah payah mencari cara kematian yang berkesan.
            Then, seperti kebanyakan review Divergent yang saya baca, saya juga ingin memilih faksi dimana saya seharusnya berada. Dan..... setelah mengikuti tes simulasi, saya ternyata Divergent. Dua faksi yang mendominasi yaitu Erudite dan Abnegation. Saya harus menyembunyikan identitas!
            I am waiting for July (scholarship time. Yay!) to buy the sequels!

Rating
Cerita : 6,9 of 7
Terjemahan : 6,3 of 7
Cover Terjemahan : 6,8 of 7
Cover Asli : 6,8 of 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik