Pages

Jumat, 11 April 2014

Review Novel : The Last Song, Nicholas Sparks



Judul : The Last Song
Penulis : Nicholas Sparks
Jumlah Halaman : 413 hlm.
Genre : Young Adult Romance
Penerbit : Grand Central Publishing
Cover Designer : Hachette Book Group, Inc.
Tahun : 2010
Harga : Rp. 50.000 (www.book-centre.com)
One word about this book : tear-jerker

            Seventeen-year-old Veronica “Ronnie” Miller’s life was turned upside down when her parents divorced and her father moved to Wrightsville Beach, North Carolina. Three years later, she remains alienated from her parents, particularly her father ... until her mother decides it would be in everyone’s best interest if she and her brother spent the summer with him. Resentful and rebellious, Ronnie rejects her father’s attempts to reach out to her and threatens to return to New York before the summer’s end. But soon Ronnie meets Will, the last person she thought she’d ever be attracted to, and finds herself falling for him, opening herself up to the greatest happiness—and pain—that she has ever known.
            An unforgettable story of love in all its myriad forms—first love, love between parents and children—THE LAST SONG demonstrates, as only a Nicholas Sparks novel can, the many ways that love can break our hearts ... and heal them.
***
Due to my bad writing except academic field, I don’t want to try reviewing this novel in English but Bahasa. It feels more comfortable when I freely express my thought without being interrupted to open the dictionary and stuff. Ok, here it is!
Seringkali, perceraian berdampak buruk terhadap perkembangan pribadi anak, dan itu pula yang tengah terjadi pada Ronnie. Sejak kedua orangtuanya bercerai, Ronnie berubah menjadi pribadi yang judes dan suka seenaknya. Bersama sang adik, Jonah, Ronnie memilih tinggal dengan sang ibu, Kim, sampai suatu waktu ia harus menghabiskan masa liburan musim panasnya dengan sang ayah, Steve, yang tinggal seorang diri di sebuah bungalow pinjaman dari gereja di Wrightsville Beach, Carolina Utara. Ronnie yang sangat membenci sang ayah—dan juga permainan piano—seringkali memilih untuk berada di luar rumah.
Di suatu malam ketika ada festival di pantai, Ronnie bertemu dengan Will, pria yang menolongnya di insiden bola voli nyasar, namun alih-alih berterima kasih, Ronnie justru tidak memedulikan Will karena akibat cowok itu, baju Ronnie basah terkena tumpahan soda yang ia pegang. Tak lama setelah itu, ia bertemu dengan Blaze, gadis broken home yang menjalani kehidupan penuh kebebasan, dan dari gadis itu, Ronnie juga berkenalan dengan Marcus, Teddy dan Lance yang ternyata memiliki intrik dengan Will dan temannya, Scott.
Perkenalan Ronnie dengan Blaze dkk. membuat Ronnie semakin susah diatur. Berbanding terbalik dengan Jonah, sang adik, yang tampak sangat akrab dengan Steve, ayahnya. Meskipun Ronnie cenderung ‘liar’, Steve tidak serta merta sering mengomeli Ronnie, ia justru menunjukkan sikap sabar dan tak pernah sekalipun memarahi Ronnie. Meski pada awalnya sikap itu tidak mempan, namun setelah insiden di toko CD yang membuat Ronnie terlibat dengan pihak kepolisian, Ronnie pun akhirnya luluh dengan kebaikan dan kesabaran sang ayah yang alih-alih memarahi Ronnie, Steve justru menyuruh Ronnie untuk makan. Sejak saat itu, sikapnya pada Steve mulai melunak.
Di lain kesempatan, Ronnie kembali bertemu Will yang datang ke rumahnya sebagai sukarelawan akuarium yang dikirim untuk menandai sarang telur kura-kura di belakang rumah Ronnie. Will yang mencoba bersikap ramah justru mendapat tanggapan sarkas karena Ronnie masih marah dengan peristiwa di festival waktu itu. Namun, seiring waktu, hubungan Ronnie dan Will justru kian dekat sampai akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih.
Perkembangan hubungan Ronnie dan sang ayah benar-benar kian akrab. Tetapi, justru di saat Ronnie sudah dapat menerima kehadiran ayahnya, di saat itu pula ia harus menghadapi kenyataan pahit karena selain harus kembali ke New York, ada hal lain yang membuat Ronnie menyesali tiga tahun yang terbuang percuma karena kesalahfahaman pada ayahnya.
***
Cukup susah sebenarnya membuat ringkasan isi cerita novel ini karena selain ada beberapa poin cerita yang saling terkait, ada banyak pula beberapa bagian yang tidak akan bisa diungkapkan tanpa memuat spoiler. Tetapi bagi yang sudah akrab dengan novel Om Nico, unsur-unsur cerita di dalam novel ini pasti akan terasa familiar. Daerah pesisir, hubungan anak dan orang tua, surat, sudah pasti ada di dalam novel ini. Dan jika kamu mengira novel ini akan banyak membahas soal romansa hubungan Ronnie dan Will, kamu salah besar. Novel ini lebih menitikberatkan pada hubungan Ronnie dan sang ayah.
Membaca The Last Song tanpa membayangkan filmnya agak susah karena saya terus saja terbayang Miley Cyrus dan Liam Hemsworth. Dan menurut saya, meskipun banyak yang tidak sependapat, Ronnie itu Miley sekali. Miley beberapa tahun yang lalu tepatnya. Karena jika dibandingkan Miley sekarang, tentunya sangat ironis, karena transformasi karakter Ronnie dan Miley benar-benar berbanding terbalik. Ronnie yang awalnya gadis rebel, pembangkang, dan berbagai sifat buruk lainnya berubah menjadi gadis yang penyayang. Sementara, Miley yang awalnya gadis manis a la Hannah Montana bertransformasi menjadi sosok yang lebih liar.
Jika disuruh memilih karakter favorit di novel ini, Jonah adalah jawabannya. Adik Ronnie yang menyenangkan dan sedikit menyebalkan ini benar-benar dikembangkan dengan sangat baik. Kehadirannya selalu saja saya tunggu karena ialah pemicu tawa nomor wahid di novel ini. Namun, tak selamanya karakter Jonah memberikan refreshment saat membaca karena di beberapa bagian, sikapnya justru mengundang haru. Seperti ketika ia memberikan tabungannya kepada Ronnie untuk membeli gaun pesta, atau saat ia dengan berdarah-darah berkeras melanjutkan jendela yang selama ini ia kerjakan dengan sang ayah.
Jujur, pada awalnya saya memberikan rating 6,8 untuk novel ini karena saya fikir, tidak akan ada cerita Om Nico lainnya yang bisa menyamai sempurnanya Dear John. Tetapi setelah mengkhatamkan The Last Song, saya berubah fikiran. Cerita ini lebih dari indah. Memang bukan kisah cinta antar sepasang kekasih, tetapi kisah cinta antara anak dan ayah dan itu pula lah yang membuat novel ini benar-benar mengharukan. Terutama di 100 halaman terakhir, saya nyaris tak sanggup menahan airmata. Apalagi jika ada Jonah.
Bagi yang menyukai sad ending, The Last Song bisa menjadi pilihan yang tepat. Oh ya, saya masih bertanya-tanya, kenapa novel sebagus ini tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ya? Hmmm....
Favorit lines : “Look, let’s get one thingg straight. I don’t care if your dad is the Sultan of Brunie. You happened to be born into a priviliged family. What you do with that truth is completely up to you. I’m here because i want to be with you. But if I didn’t, all the money in the world wouldn’t have changed my feelings about you.”

Rating
Cerita : 7 of 7
Cover : 7 of 7



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik