Pages

Minggu, 27 April 2014

Review Novel : Murder List, Julie Garwood



Judul : Murder List (Petaka dari Masa Lalu)
Penulis : Julie Garwood
Penerjemah : Endang Sulistyowati
Jumlah Halaman : 448 hm.
Genre : Adult Romance, Romance-Suspense
Penerbit : Dastan Books
Cover Designer : dayu_maulizart@yahoo.com
Tahun : 2012
Harga : 15.000 (fb : Sale Novel Kolpri)
ISBN : 978-602-247-057-1
Rating di Goodreads : 4 stars – 8,001 votes
One word about this book : Warm
Buku ke 4 dari seri Buchanan-Renard

            Selalu ada celah bagi kejahatan untuk menghampiri seseorang, bahkan jika kita merasa adalah orang terbaik sedunia yang sama sekali tak punya musuh. Sialnya, kejahatan itu kini tengah menimpa Regan Madison. Seorang wanita dengan reputasi dan sifat yang amat baik, orang kaya-raya nan dermawan, serta dibalut penampilan fisik yang menarik. Regan yakin ia tidak punya musuh, kecuali mungkin seorang pengaju proposal sumbangan yang amat menyebalkan, Peter Morris, yang permintaan sumbangannya tidak diluluskan oleh perusahaan Regan karena kasus penyelewengan dana sumbangan.
            Hari-hari Regan yang penuh teror dimulai dari keterlibatannya menyelidiki Dr. Lawrence Shields bersama dua orang sahabatnya, Shopie dan Cordie, yang dianggap Shopie sebagai penipu ulung dan pemeras harta wanita-wanita kaya-raya dan kesepian. Regan diminta oleh Shopie untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut kepada pihak kepolisian (yang sebelumnya juga pernah ditanyakan oleh Cordie), khususnya kepada Detektif Sweeney. Tetapi, sikap Detektif Sweeney yang terkesan menelantarkan kasus tersebut membuat Regan muak.
Di lain kesempatan, untuk melancarkan penyelidikan tersebut, Regan, Shopie dan Cordie memutuskan untuk mengikuti seminar motivasi yang diadakan Dr. Shields. Dalam salah satu agenda seminar tersebut, para peserta seminar diminta untuk menuliskan daftar orang-orang yang mereka inginkan untuk lenyap dari muka bumi, atau dengan kata lain, daftar orang-orang yang diinginkan untuk mati.
            Beberapa hari setelah itu, Regan syok ketika ia menerima email berupa foto mayat Detektif Sweeney yang dipastikan merupakan korban pembunuhan. Yang sangat membingungkan, email tersebut berasal dari Henry, asisten pribadi kepercayaan Regan, dan dikirim dari ponsel Regan. Sejak saat itu, Regan mulai terlibat dengan aparat kepolisian. Sang kakak, Aiden, meminta beberapa aparat untuk menjaga hotel tempat Regan tinggal, dan tidak melepaskan pengawasan mereka sedikitpun dari adiknya. Sementara pihak kepolisian sendiri mengirimkan seorang detektif muda, Alec Buchanan, sebagai pengawal pribadi Regan. Situasi bertambah rumit ketika Regan kembali mendapatkan foto mayat melalui fax-nya dengan subject, Daftar Pembunuhanmu. Regan memang sadar bahwa dua orang yang dibunuh tersebut ada pada daftar orang yang ia inginkan untuk mati yang ia tulis saat di seminar Dr. Shields waktu itu. Dan ia juga teringat bahwa sepulang dari acara yang diadakan Dr. Shields, Regan dikejar seorang lelaki misterius dan isi tasnya sempat tumpah saat itu. Kemungkinan besar, orang itulah yang memakai telepon Regan untuk mengirimkan email dan juga yang menemukan daftar pembunuhan Regan.
            Terlepas dari situasi sulit yang tengah menimpa Regan, ia juga dihadapkan pada perasaannya yang mulai menggelora sejak dekat dengan Alec. Nyaris 24 jam dari keseluruhan waktunya ia habiskan dengan Alec di sisinya. Dan nyatanya, tidak hanya Regan yang memendam perasaan tertarik tersebut, tetapi Alec juga demikian. Namun, Alec mencoba membuang jauh perasaannya karena ia khawatir Regan akan terluka sebab tak lama lagi, ia akan resmi keluar dari kepolisian dan pindah ke negara bagian lain. Ia takut jika cintanya pada Regan terlanjur menyeruak, akan berat bagi Regan—dan juga baginya—untuk menerima perpisahan ‘tak sementara’ yang sebentar lagi akan ia jalani.
            Kembali ke nuansa suspens, kasus bertambah pelik ketika ditemukan seorang mayat wanita mirip Regan yang disembunyikan di arena jogging universitas. Di hari wanita itu dibunuh, Regan memang berencana untuk jogging di sana, namun ia batalkan sehubungan dengan dibangunnya arena jogging dalam ruangan di kantornya. Pihak kepolisian-pun menarik kesimpulan bahwa pembunuh tersebut sebenarnya mengincar Regan, dan wanita itu adalah korban salah bunuh. Ditambah lagi dengan datangnya fax bahwa daftar korban pembunuhan selanjutnya ternyata adalah Regan sendiri. Namun tak lama berselang, pihak kepolisian mulai menemukan titik terang kasus ketika Regan mendapat telepon dari Peter Morris bahwa laki-laki itulah yang tengah bermain perkara dengannya. Hal itu diperkuat dengan temuan barang-barang yang dipakai untuk membunuh wanita yang mirip Regan di loteng rumah Peter. Tak lama setelah telepon itu diakhiri, Peter-pun berhasil diringkus.
            Walau kasus tersebut bisa dibilang sudah berakhir, namun Alec masih curiga bahwa sebenarnya bukan Peter-lah pelaku pembunuhan dan teror tersebut. Dan benar saja, saat mengikuti marathon, ketika Regan memutuskan untuk memotong jalan melalui area sunyi, ia diburu oleh pembunuh yang sesungguhnya. Dan motif pembunuhan tersebut ternyata tidak berhubungan langsung dengan Regan, tetapi dengan orang terdekat Regan.
***
            Saya suka thriller atau suspense story, dalam bentuk karya apapun. Tetapi jika thriller atau suspense tersebut dicampur dengan romance, hal itu mutlak akan mengurangi ketertarikan saya terhadap karya tersebut. Lain halnya jika saya sudah tidak punya bacaan lain dan pilihan terakhir di rak buku hanya novel bergenre suspense-romance, maka mau tak mau saya akan membaca buku tersebut cause reading is my ecstasy. (note: kartu perpustakaan belum diperpanjang dan rental buku cukup jauh). 
            Namun di luar dugaan, secara keseluruhan saya amat menikmati bacaan ini. Bab awal sudah fascinating. Membuka cerita dengan penjabaran masa kanak-kanak memang paling tepat untuk menarik minat pembaca, terkecuali jika mereka anti anak kecil. :p. Bab-bab awal-pun ditulis dengan amat menarik. Belum apa-apa, saya sudah dibuat penasaran dengan telepon Cordie yang mengatakan pada Regan bahwa ada sesuatu yang ingin Shopie katakan padanya. Cordie sudah tahu hal tersebut, tetapi Regan harus mendengar berita tersebut langsung dari mulut Shopie. Sialnya, pertemuan Regan dengan kedua sahabatnya tersebut berada di lembar yang cukup jauh dari halaman dimana Cordie menelepon Regan. To be honest, saya benar-benar ingin melompati beberapa lembar sekaligus karena kadung penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Shopie tersebut, meskipun setelah saya tahu ‘sesuatu’ itu, saya sedikit kecewa. Bukan sesuatu yang mengejutkan ternyata. Hahaha....
            Sebagai penggemar misteri, bab-bab yang membahas tentang teror yang menimpa Regan tentu saja menjadi favorit saya. Dan sayangnya, persentase atmosfer suspense di dalam novel ini saya rasa sangat kurang. Saya nyaris menelantarkan buku ini karena di paruh kedua buku alur cerita benar-benar membosankan. Genre yang diangkat di paruh kedua bisa dibilang ‘gantung’. Bukan suspense dan bukan pula romance yang kental. Tidak ada pula konflik-konflik yang menggigit. Dan setelah bertahan, ternyata nuasa menegangkannya baru dibeber kembali di bab nyaris ending. Saya sih kecewa dengan proporsi yang menurut saya tidak seimbang ini, namun syukurnya gaya menulis Julie Garwood, yang juga dibantu dengan terjemahan yang rapi dari Mbak Endang, membuat novel ini tetap gurih dinikmati.
            Dari segi karakter, Regan adalah karakter perempuan terbaik dari semua novel yang pernah saya baca tahun 2014 ini. Rendah hati, dermawan, feminim, kuat dengan caranya sendiri, tidak agresif, dan memikat tanpa harus memakai busana yang terbuka. Meskipun nampaknya banyak orang yang mengidolakan perempuan berkarakter seperti Katniss Everdeen di The Hunger Games yang tangguh, namun saya justru tidak terlalu tertarik dengan karakter seperti itu. Saya lebih menyukai perempuan berkarakter lembut (layaknya perempuan) namun sekaligus kuat tanpa harus pintar berkelahi. Oke, ini memang sudah memasuki ranah subjektifitas. Hehe... Selain Regan, saya juga menyukai karakter Aiden, seorang kakak yang terlalu protektif pada adiknya, namun saya rasa kekhawatirannya memang beralasan. Hal itu justru membuat novel ini mengusung keakraban di antara anggota keluarga, di mana sejauh yang saya tahu, hal itu sulit ditemui di tengah keluarga konglomerat di jaman modern ini. Kebanyakan cenderung individualis. Oh ya, jalinan pertemanan Regan dengan Cordie dan Shopie juga ditulis dengan sangat menyenangkan. Interaksi antar mereka selalu saja tunggu-tunggu.
            Mengenai Alec, sebagai hero di dalam novel ini, saya tidak ingin terlalu berkomentar. Karakternya biasa saja. Tipikal hero atau tokoh utama pria di novel-novel terbitan Dastan lainnya.
            Last, kini saya faham mengapa Dastan melabeli novel ini dengan fiction-romance dibanding suspense-romance.

Rating
Cerita : 6,5 of 7
Terjemahan : 6,5 of 7
Cover Asli : 5 of 7
Cover Terjemahan : 6 of 7
           
           
           
           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik