Judul : The Exorcist
Penulis : William Peter Blatty
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno
Jumlah Halaman : 448 hlm.
Genre : Horror
Penerbit : Serambi
Cover Designer : Eri[X]
Tahun : 2013
Harga : (pinjam di perpusda)
ISBN : 978-979-024-401-6
Rating di Goodreads : 4.1 stars of 93,507
reviews
First
Sentence : Kilau matahari memeras butir-butir keringat dari kening lelaki tua
itu, tapi dia menangkupkan sepasang tangannya pada gelas teh manis panas seakan
mencari kehangatan.
Final Sentence : Saat melupakan,
mereka berupaya mengingat.
***
Untuk pertama kalinya, saya nggak menaruh sinopsis di review novel
yang saya tulis karena saya anggap premis cerita ini sangat sederhana. Bagi
pecinta film horor, tentu tidak asing dengan The Exorcist yang sejauh ini masih
menempati peringkat pertama film horor paling mengerikan yang pernah
diproduksi, sekaligus juga film horor pertama yang berhasil meraih piala Oscar.
Kabarnya, banyak penonton yang histeris saat menonton film ini sampai-sampai
ada yang pingsan di bioskop.
The Exorcist sendiri berkisah tentang seorang gadis kecil bernama
Regan yang kerasukan sesosok iblis bernama Pazuzu. Plot The Exorcist sendiri
hanya berkutat di sekitar usaha Chris McNeil untuk menyembuhkan anaknya yang
kian hari kian parah sampai akhirnya ia disarankan untuk meminta bantuan pastor
agar melakukan prosesi eksorsisme atau pengusiran roh jahat kepada anaknya.
Nah, bagi yang pernah nonton film horor fenomenal The Conjuring tentu
tahu kalau eksorsisme tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada izin dari
Vatikan untuk melaksanakan proses tersebut, dan Vatikan pun tidak mau
mengeluarkan izin tanpa bukti kuat karena eksorsisme adalah proses yang sangat
beresiko.
Di awal-awal kerasukan, porsi cerita lebih banyak berinteraksi
dengan dunia psikologi dimana Regan menjalani serangkaian treatment medis. Di
bagian ini, akan ada banyak sekali istilah-istilah medis yang berhubungan
dengan psikologi yang berusaha menjelaskan fenomena-fenomena aneh yang dialami
Regan. Sehingga, di luar kehororannya, buku ini bisa dibilang adalah buku yang
cerdas. Amat cerdas malah karena semua gejala-gejala psikologi dijelaskan
dengan gamblang. Tidak ada gejala kesurupan Regan yang tidak bisa dimentahkan
dengan teori psikologi sehingga saya berpendapat bahwa penulis buku ini adalah
seorang pakar psikologi, psikoanalisis, psikiater, kalau bukan begitu, berarti
ia adalah periset yang amat sangat luar biasa.
Nah, setelah menjalani serangkaian treatment secara medis, dan
kondisi Regan tidak dapat tertangani, Chris pun mendapat rekomendasi untuk menemui
pastor agar dapat melakukan ritual eksorsis. Chris-pun dipertemukan dengan
Pastor Karras yang ternyata sangat sulit untuk diyakinkan bahwa
keanehan-keanehan yang dialami Regan tidak ada hubungannya sama sekali dengan
dunia medis. Tetapi, Pastor Karras yang juga seorang master jurusan psikologi,
skeptis bahwa hal-hal klenik masih ada di zaman sekarang. Ia berpendapat bahwa
dulu orang melakukan ritual eksorsisme karena mereka belum mengenal ilmu jiwa.
Berkat kekeraskepalaan Pastor Karras, ritual eksorsisme yang
menjadi bintang utama novel ini tidak kunjung terlaksana padahal cerita sudah
berjalan di setengah buku lebih. Kalau bagi orang awam, perubahan tingkah laku
yang aneh seperti ketawa-ketawa sendiri, teriak-teriak, atau menangis tiba-tiba
pasti sudah bisa didefinisikan sebagai kesurupan dan berbagai tindakan seperti
memanggil orang pintar, dikepret pakai dedaunan, disembur pakai air, dan
lain-lain pasti langsung dilakukan. Tetapi bagi intelek seperti Pastor Karras,
bahkan fenomena-fenomena di luar nalar seperti tempat tidur yang
bergoyang-goyang bahkan sampai melayang, kemampuan melontar-lontarkan diri,
menggerakkan benda dari jauh tanpa menyentuh [psikokinesis], mengetahui kisah
hidup seseorang atau apa yang tersembunyi tanpa melalui panca indra [Extra
Sensory Perception/telepati], perubahan raut wajah, mengeluarkan berbagai macam
bau secara bawah sadar, bercerocos dengan bahasa yang jauh dari usianya secara
bawah sadar, perubahan gaya bicara, perubahan suara, meliuk-liukkan tubuh,
berbicara dengan bahasa yang sama sekali tidak pernah dipelajari, memiliki
kekuatan luar biasa, bahkan yang sangat mustahil, menonjolkan huruf-huruf di
kulit tubuh lalu menghilangkannya kembali (dermatografia) bisa dijelaskan
secara ilmiah, terutama dalam kontek ilmu psikologi sehingga Pastor Karras
selalu berfikiran bahwa kejadian-kejadian ganjil tersebut bukanlah bukti
otentik untuk pelaksanaan eksorsis.
Namun, pada akhirnya, Pastor Karras mau juga melakukan eksorsis,
itupun bukan karena ia akhirnya percaya bahwa Regan kesurupan, tapi atas dasar
bahwa Regan bisa sembuh dengan sugesti. Sebelumnya, Pastor Karras pernah
mengatakan pada Regan bahwa ia punya air suci dan ketika Pastor Karras
mencipratkan air tersebut pada Regan, Regan langsung berteriak kepanasan. Hal
itupun semakin memperkuat dugaan Pastor Karras bahwa Regan tidak kerasukan,
namun ia menciptakan kerasukan itu sendiri berdasarkan autosugestinya setelah
membaca buku tentang kerasukan, karena faktanya, air yang dicipratkan Pastor
Karras pada waktu itu bukanlah air suci. Justru karena Regan telah mendapatkan
informasi bahwa air tersebut adalah air suci, dan orang yang kerasukan akan
kepanasan jika terkena air suci, ia pun langsung melakukan reaksi serupa
berdasarkan autosugestinya. Jadi, jika Regan telah mendapatkan informasi dari
buku bahwa air suci dapat membuat orang yang kerasukan menjerit terbakar dan
ritual eksorsis dapat menyembuhkan, maka Pastor Karras berniat menghadirkan
eksorsis untuk memancing sugesti Regan agar ia bisa menyembuhkan dirinya
sendiri.
Apakah Regan akan sembuh atau tidak, sebaiknya cari tahu sendiri
saja ya. Hehehe...
Original Cover |
Nah, mengenai tingkah-tingkah Regan saat kerasukan, itu terlalu
mengerikan dan menjijikkan untuk diceritakan, bahkan beberapa cenderung
melecehkan agama sehingga novel ini juga sempat jadi kontroversi. Yang jelas, novel
ini penuh bahasa-bahasa cabul ekstrim yang tentu tidak bisa saya paparkan
disini. Meskipun ini cuma cerita, tetapi saya rasa penulis teramat sangat
berani untuk menuliskan kata-kata tersebut tanpa sensor sedikitpun. Tetapi,
kalau seandainya adegan-adegan menjijikkan, vulgar, juga kata-kata kotor
tersebut tidak dituliskan, novel ini tentu tidak akan mendapat predikat sebagai
novel horor abadi, dan juga tidak membuat deskripsi tentang keadaan mengerikan
tersebut terasa amat nyata. Jujur saja, di beberapa cerita, saya mengernyitkan
hidung seolah-olah bisa mencium betapa busuknya bau kamar Regan saat itu.
Satu hal yang tidak saya suka dari novel ini adalah karena
munculnya tokoh detektif bernama Mr. Kinderman yang amat menjengkelkan. Saya
kurang bisa menggambarkan secara detail bagaimana semenjengkelkannya karakter
Mr. Kinderman ini, yang jelas bicaranya selalu panjang lebar tapi tidak pernah
jelas. Andai saja saya tidak cinta mati dan itu berarti tidak akan melewatkan
sehuruf-pun novel ini, saya ingin sekali melewati bagian-bagian yang di
dalamnya terdapat Mr. Kinderman.
Sebagai penutup, saya masih belum mengerti kenapa Regan bisa
kesurupan. Di awal novel dikisahkan bahwa seorang pastor sekaligus arkeolog
bernama Merrin tengah melakukan penggalian di Irak dan menemukan patung iblis
Pazuzu. Secara selintas, kita pasti akan menduga-duga bahwa patung iblis Pazuzu
inilah yang membuat Regan kesurupan, namun, Merrin tidak pernah berinteraksi dengan
keluarga McNeil kecuali ketika ia diminta untuk melakukan ritual eksorsis untuk
Regan. Itu berarti bahwa Regan sudah mengalami kesurupan. Hal ini masih menjadi
misteri hingga kini.
Bagi pecinta bacaan horor, The Exorcist saya anggap sebagai bacaan
wajib.
RATING
Cerita : 6,9 of 7 (minus karena hadirnya tokoh Mr.
Kinderman)
Terjemahan
: 7 of 7
Cover
Asli : 7 of 7
Cover
Terjemahan : 7 of 7