Penulis : James
Dashner
Penerjemah :
Yunita Candra
Jumlah Halaman
: 532 hlm.
Genre : Young
Adult Fantasy, Dystopian Fiction
Penerbit :
Mizan Fantasi
Cover Designer
: Tyo
Tahun : 2011
Harga : 25.000
(Obral Mizan Banjarmasin)
ISBN : 978-433-655-7
Rating di
Goodreads : 4,01 stars of 2,3004 reviews
First Sentence : anak laki-laki itu memulai
kehidupan barunya, diselimuti kegelapan yang dingin dan udara yang pengap serta
berdebu
Final Sentence
: Sampai bertemu besok
Apa jadinya jika kau ditempatkan di sebuah
ruang misterius raksasa dengan monster-monster yang mengincar dan juga ingatan
yang dihapus? Ya, itulah yang dialami sekelompok anak laki-laki belasan tahun
yang entah bagaimana dapat berada di sebuah maze—ruang berbentuk
labirin—yang dinding-dindingnya berubah setiap hari tanpa berbekal memori
apapun tentang siapa mereka dan bagaimana kehidupan mereka sebelum berada di
sana kecuali sebuah nama. Setiap sebulan sekali, akan ada tambahan anak baru di
sana yang dikirim melalui Kotak. Dan hari itu, Thomas adalah pendatang teranyar
dalam tempat yang mereka sebut Glade.Glade sendiri adalah bagian teraman dari maze
yang digunakan kelompok anak laki-laki tersebut sebagai tempat hidup,
bercocok tanam, dan lain sebagainya karena setiap malam menjelang, akan ada
dinding-dinding baja yang bergeser menutup. Melindungi Glade dan penghuninya
dari Griever—makhluk-makhluk buas penghuni maze yang sering keluar di
malam hari.
Seperti yang lainnya, Thomas pun datang dalam
keadaan linglung dan frustasi. Memorinya telah dihapus kecuali ingatan tentang
namanya. Dan sebagai anak bawang, Thomas harus segera beradaptasi dengan
lingkungan Glade yang terbiasa menyumpah dengan kata-kata kasar juga menjalani
kehidupan yang keras agar bisa survive selama menunggu para Pelari
menemukan jalan keluar dari tempat itu.
Sejak kehadiran Thomas di tempat itu,
keganjilan-keganjilan mulai terjadi di Glade. Kotak yang biasanya datang
sebulan sekali dengan tambahan satu anak baru, kini justru datang 2 minggu
setelah Thomas dikirim dan anehnya lagi, anak baru itu adalah perempuan yang
membawa pesan bahwa ia adalah yang terakhir. Setelah itu, anak perempuan
tersebut tertidur selama berhari-hari.
Keanehan lainnya adalah ketika Minho—pengawas
Pelari—menemukan adalah Griever yang mati, dan saat ia menyelidiki makhluk buas
tersebut bersama dengan Alby—ketua kelompok di Glade tersebut—Griever itu malah
terbangun dan melukai Alby. Kondisi Minho dan Alby yang tidak memungkinkan
mereka untuk mencapai Glade sebelum dinding baja tertutup membuat Thomas nekat
menyusul mereka ke maze (yang berarti ia telah melanggar peraturan
paling utama di Glade, tidak boleh memasuki maze di malam hari karena
dipastikan orang tersebut tak akan selamat oleh Griever). Dan seperti yang sudah-sudah,
Griever-Griever pun mulai bermunculan. Mencoba menyerang Minho, Alby, dan
Thomas. Minho meminta Thomas berlari memencar, namun rasa peduli Thomas pada
Alby yang sekarat membuatnya justru menggantung Alby di dinding baja Glade lalu
mengecoh Griever untuk mengejarnya. Aksi Thomas berkelit dari Griever
memunculkan ide Minho untuk mengelabui Griever-Griever tersebut. Ia mencoba
memancing Griver agar berlari ke arahnya dan Thomas yang berdiri di tepi
tebing. Dan ketika Griever itu menerjang mereka, baik Minho maupun Thomas akan
menyingkir sehingga Griever itu akan jatuh ke tebing. Ide mereka memang
berhasil, tetapi Griever itu tidak jatuh. Ia malah seperti tersedot masuk ke
suatu tempat, dan sejak saat itu, mereka tahu bahwa tebing tersebut memiliki lubang
tersembunyi tempat para Griever berasal.
Seperti biasa, semua yang telah diserang
Griever akan menjalani perawatan medis berupa penginjeksian Serum. Serum
tersebut akan membuat pasien mengalami fase Perubahan di mana ia akan menemukan
kilasan-kilasan memori masa lampau di benaknya. Dan seperti yang pernah dialami
Ben dan Gally, Alby juga mendapatkan penglihatan yang sama bahwa Thomas hadir
di dalam kilasan memori mereka sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab
terhadap keberadaan mereka di Glade.
Buntut dari selamatnya Minho, Thomas, dan Alby
setelah bertahan di maze semalaman adalah merebaknya berita tentang aksi
ksatria Thomas yang menyelamatkan Alby juga menghadapi Griever. Meskipun Thomas
melanggar aturan dan membuatnya harus ditahan selama 1 hari, namun ia juga
direkomendasikan oleh Minho sebagai Pelari. Sebuah jabatan paling krusial di
Glade karena merekalah yang bertugas untuk menemukan jalan keluar dari labirin maze
yang berkelok-kelok dan selalu berubah-ubah. Jalan keluar yang selama dua
tahun belum pernah ditemukan. Namun, baru beberapa hari menjadi Pelari,
lagi-lagi keanehan terjadi di Glade bersamaan dengan sadarnya perempuan
pendatang baru yang bernama Teresa itu. Dinding baja yang selama ini melindungi
Glade dari Griever sepanjang malam tak mau lagi menutup. Pun, persediaan bekal
makanan yang biasanya dikirim rutin juga tiba-tiba dihentikan. Buntutnya,
setiap malam, satu anak menghilang dibawa oleh Griever yang kini mampu menembus
Glade bahkan Wisma tempat para penghuni Glade saat itu bertahan.
Untungnya, kehadiran Teresa yang seolah
memiliki hubungan di masa lalu dengan Thomas akibat ikatan batin mereka yang
teramat kuat, membuat sedikit pencerahan bagi para Pelari. Berbekal peta yang
selama ini dibuat para Pelari untuk menandai rute yang mereka lewati setiap
hari selama 2 tahun ini, mereka pun dapat menemukan pola dari
perubahan-perubahan yang dialami maze. Dan ketika kunci untuk keluar
dari ruang tertutup itu semakin jelas, mereka pun harus memutuskan pilihan yang
paling berat. Menghadapi Griever untuk mencapai pintu menuju kebebasan mereka,
sekaligus menghukum Para Kreator—pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
depresi yang mereka alami setiap hari di dalam maze.
***
Tak
ada kata lain yang bisa menggambarkan buku ini selain menegangkan. Sejak awal,
pembaca sudah diajak dalam ketegangan nan seru yang dialami sekelompok remaja
di dalam Glade. Di bagian awal, memang porsi penceritaan tentang rasa ingin
tahu Thomas mengenai dirinya, Glade, maze, dan seisinya mendominasi.
Namun hal itu tidak berlangsung lama karena para penghuni Glade sendiri juga
tidak menerangkan pada Thomas tentang pertanyaan-pertanyaannya.
Dan
memasuki halaman seratusan, konflik mulai bermunculan. The Maze Runner tidak
bertele-tele dalam membeberkan keseruan yang terjadi. Alur yang cepat namun
runtut membuat saya selalu ingin membalik dan membalik halaman demi halaman
demi memenuhi rasa penasaran yang membuncah. Dan saya rasa, keputusan penulis
untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Thomas tentang Glade dan maze di
awal-awal bab sangat tepat karena pembaca justru diberi tahu jawaban-jawaban
tersebut melalui pengalaman yang Thomas alami langsung saat tur maupun saat ia
berjuang di maze.
Mengenai
karakterisasi, entah mengapa karakter Thomas mengingatkan saya pada Harry
Potter. Sosok yang awalnya pendiam cenderung penurut serta setia kawan namun
memiliki sisi pembangkang, dan di kemudian hari, bermetamorfosis menjadi sosok
yang tangguh. Secara latar belakang karakter pun mereka sebenarnya tidak
terlalu berbeda. Ada ikatan yang terjalin antara protagonis utama dengan
antagonis utama dalam cerita. Sayangnya, deskripsi tentang penampilan fisik
Thomas tidak terlalu diumbar sehingga agak sulit untuk membayangkan bagaimana
rupanya.
Secara
umum, karakter yang terdapat di TMR sebenarnya beragam.Alby—sang
pemimpin—adalah sosok yang ambisius cenderung selalu merasa benar dan berkuasa
atas segala-galanya. Newt—partner Alby yang bisa juga dibilang sebagai wakil,
mempunyai sifat yang berkebalikan dengan Alby dan tampaknya, ia satu-satunya
manusia di Glade yang masih menyisakan sisi-sisi humanis, ramah, tegas namun
tidak kaku, dan peduli. Newt is my favorite character in here. Hehhe...
Yang lainnya adalah Minho. Satu-satunya orang Asia di kelompok yang menjadi
pengawas para Pelari. Minho bisa dibilang adalah hero nomor 2 yang melengkapi
sosok Thomas di TMR. Sikapnya tegas namun berhati baik. Buktinya, tanpa tedeng
aling-aling, ia lah yang merekomendasikan Thomas untuk menggantikannya menjadi
pengawas Pelari bahkan saat bocah itu belum mengetahui secara jelas seluk-beluk
Glade. Dua karakter terakhir yang berperan cukup penting di TMR adalah Gally
dan Chuck. Gally adalah antagonis. Tidak perlu dibeberkan bagaimana karakternya
karena dimana-mana, antagonis adalah sosok yang kejam. Sementara Chuck, orang
terdekat Thomas, adalah bocah jahil, banyak bicara, namun menyenangkan. Chuck
pulalah yang membuat Thomas berkeras untuk menjadi Pelari dan membebaskan
mereka semua dari maze. Kedekatan Thomas dan Chuck akan mengingatkan
kita pada interaksi batin yang dialami Katniss dan Rue. Dan, ya, Chuck pun
akan membuat rasa haru kita membuncah di detik-detik terakhir episode TMR.
Oh
ya, tak ketinggalan, Teresa. Satu-satunya perempuan di Glade ini adalah sosok
yang cerdas dan pemberani. Tokoh cantik kita inilah yang membuat TMR sedikit
dibercaki aroma romantisme remaja meskipun atmosfer cinta-cintaanya hanya
sekedar bumbu dan amat minim. Lebih minim dari Divergent dan The Hunger Games. But
overall, saya justru suka dengan porsinya yang tidak terlalu banyak begini
karena keseruan TMR terasa amat berantakan jika ditingkahi dengan cerita
cinta-cintaan remaja.
Original Cover |
Well,
mengenai perasaan saya pribadi, saya sebenarnya agak menyesal karena sempat
menomorbuncitkan buku ini dari antrian bacaan. Dari sinopsis di cover belakang,
premis yang diusung TMR memang amat menjanjikan namun beberapa bulan terakhir, mood
saya untuk membaca kisah fantasi benar-benar hilang total. Dan saya
benar-benar tidak menyangka jika passion saya terhadap bacaan-bacaan
bertema fantasi—yang belakangan ini ditambah pula dengan embel-embel
distopia—akan kembali berkobar saat membaca TMR. Jujur saja, niat saya membaca
TMR pada dasarnya hanya ingin menyusutkan antrian bacaan. Saya bahkan hanya
menargetkan seratus halaman sehari untuk TMR sehingga cerita sudah bisa rampung
dalam waktu 5 hari. Eh ternyata, saya malah ketagihan sama buku ini dan
menyelesaikan dalam kurun 2 hari. Masih agak lama sih dibanding Divergent yang
waktu itu saya selesaikan kurang dari 24 jam. Tapi wajar sih mengingat waktu
saya baca Divergent kan nggak ada kesibukan apa-apa sementara saya baru bisa
baca TMR saat malam hari setelah tarawih sampai shubuh nanti.
Terakhir,
jika ingin mencari bacaan fantasi-distopia yang minim percintaan (sepertinya
banyak ditulis oleh pengarang wanita), The Maze Runner adalah pilihan yang amat
tepat. Apalagi ternyata, misteri dan ketegangan masih belum berakhir walaupun
Anda sudah menjajal halaman terakhir. Dua sekuel berikutnya akan menjadi
perpanjangan cerita dari TMR yang pasti akan mengungkap alasan mereka
ditempatkan oleh Para Kreator di dalam maze dan juga mengenai apa yang
tengah terjadi pada dunia luar.
FYI,
filmnya akan segera rilis dan menambah daftar panjang film franchise fantasi
yang diangkat dari novel laris dengan sasaran young adult.
Rating
Cerita : 7 of 7
Terjemahan : 6,8 of
7
Cover Terjemahan :
6 of 7
Cover Asli : 6,5 of
7