Pages

Jumat, 25 Juli 2014

Review Novel : The Maze Runner, James Dashner



Judul : The Maze Runner
Penulis : James Dashner
Penerjemah : Yunita Candra
Jumlah Halaman : 532 hlm.
Genre : Young Adult Fantasy, Dystopian Fiction
Penerbit : Mizan Fantasi
Cover Designer : Tyo
Tahun : 2011
Harga : 25.000 (Obral Mizan Banjarmasin)
ISBN : 978-433-655-7
Rating di Goodreads : 4,01 stars of 2,3004 reviews
First Sentence : anak laki-laki itu memulai kehidupan barunya, diselimuti kegelapan yang dingin dan udara yang pengap serta berdebu
Final Sentence : Sampai bertemu besok

Apa jadinya jika kau ditempatkan di sebuah ruang misterius raksasa dengan monster-monster yang mengincar dan juga ingatan yang dihapus? Ya, itulah yang dialami sekelompok anak laki-laki belasan tahun yang entah bagaimana dapat berada di sebuah maze—ruang berbentuk labirin—yang dinding-dindingnya berubah setiap hari tanpa berbekal memori apapun tentang siapa mereka dan bagaimana kehidupan mereka sebelum berada di sana kecuali sebuah nama. Setiap sebulan sekali, akan ada tambahan anak baru di sana yang dikirim melalui Kotak. Dan hari itu, Thomas adalah pendatang teranyar dalam tempat yang mereka sebut Glade.Glade sendiri adalah bagian teraman dari maze yang digunakan kelompok anak laki-laki tersebut sebagai tempat hidup, bercocok tanam, dan lain sebagainya karena setiap malam menjelang, akan ada dinding-dinding baja yang bergeser menutup. Melindungi Glade dan penghuninya dari Griever—makhluk-makhluk buas penghuni maze yang sering keluar di malam hari.
Seperti yang lainnya, Thomas pun datang dalam keadaan linglung dan frustasi. Memorinya telah dihapus kecuali ingatan tentang namanya. Dan sebagai anak bawang, Thomas harus segera beradaptasi dengan lingkungan Glade yang terbiasa menyumpah dengan kata-kata kasar juga menjalani kehidupan yang keras agar bisa survive selama menunggu para Pelari menemukan jalan keluar dari tempat itu.
Sejak kehadiran Thomas di tempat itu, keganjilan-keganjilan mulai terjadi di Glade. Kotak yang biasanya datang sebulan sekali dengan tambahan satu anak baru, kini justru datang 2 minggu setelah Thomas dikirim dan anehnya lagi, anak baru itu adalah perempuan yang membawa pesan bahwa ia adalah yang terakhir. Setelah itu, anak perempuan tersebut tertidur selama berhari-hari.
Keanehan lainnya adalah ketika Minho—pengawas Pelari—menemukan adalah Griever yang mati, dan saat ia menyelidiki makhluk buas tersebut bersama dengan Alby—ketua kelompok di Glade tersebut—Griever itu malah terbangun dan melukai Alby. Kondisi Minho dan Alby yang tidak memungkinkan mereka untuk mencapai Glade sebelum dinding baja tertutup membuat Thomas nekat menyusul mereka ke maze (yang berarti ia telah melanggar peraturan paling utama di Glade, tidak boleh memasuki maze di malam hari karena dipastikan orang tersebut tak akan selamat oleh Griever). Dan seperti yang sudah-sudah, Griever-Griever pun mulai bermunculan. Mencoba menyerang Minho, Alby, dan Thomas. Minho meminta Thomas berlari memencar, namun rasa peduli Thomas pada Alby yang sekarat membuatnya justru menggantung Alby di dinding baja Glade lalu mengecoh Griever untuk mengejarnya. Aksi Thomas berkelit dari Griever memunculkan ide Minho untuk mengelabui Griever-Griever tersebut. Ia mencoba memancing Griver agar berlari ke arahnya dan Thomas yang berdiri di tepi tebing. Dan ketika Griever itu menerjang mereka, baik Minho maupun Thomas akan menyingkir sehingga Griever itu akan jatuh ke tebing. Ide mereka memang berhasil, tetapi Griever itu tidak jatuh. Ia malah seperti tersedot masuk ke suatu tempat, dan sejak saat itu, mereka tahu bahwa tebing tersebut memiliki lubang tersembunyi tempat para Griever berasal.
Seperti biasa, semua yang telah diserang Griever akan menjalani perawatan medis berupa penginjeksian Serum. Serum tersebut akan membuat pasien mengalami fase Perubahan di mana ia akan menemukan kilasan-kilasan memori masa lampau di benaknya. Dan seperti yang pernah dialami Ben dan Gally, Alby juga mendapatkan penglihatan yang sama bahwa Thomas hadir di dalam kilasan memori mereka sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap keberadaan mereka di Glade.
Buntut dari selamatnya Minho, Thomas, dan Alby setelah bertahan di maze semalaman adalah merebaknya berita tentang aksi ksatria Thomas yang menyelamatkan Alby juga menghadapi Griever. Meskipun Thomas melanggar aturan dan membuatnya harus ditahan selama 1 hari, namun ia juga direkomendasikan oleh Minho sebagai Pelari. Sebuah jabatan paling krusial di Glade karena merekalah yang bertugas untuk menemukan jalan keluar dari labirin maze yang berkelok-kelok dan selalu berubah-ubah. Jalan keluar yang selama dua tahun belum pernah ditemukan. Namun, baru beberapa hari menjadi Pelari, lagi-lagi keanehan terjadi di Glade bersamaan dengan sadarnya perempuan pendatang baru yang bernama Teresa itu. Dinding baja yang selama ini melindungi Glade dari Griever sepanjang malam tak mau lagi menutup. Pun, persediaan bekal makanan yang biasanya dikirim rutin juga tiba-tiba dihentikan. Buntutnya, setiap malam, satu anak menghilang dibawa oleh Griever yang kini mampu menembus Glade bahkan Wisma tempat para penghuni Glade saat itu bertahan.
Untungnya, kehadiran Teresa yang seolah memiliki hubungan di masa lalu dengan Thomas akibat ikatan batin mereka yang teramat kuat, membuat sedikit pencerahan bagi para Pelari. Berbekal peta yang selama ini dibuat para Pelari untuk menandai rute yang mereka lewati setiap hari selama 2 tahun ini, mereka pun dapat menemukan pola dari perubahan-perubahan yang dialami maze. Dan ketika kunci untuk keluar dari ruang tertutup itu semakin jelas, mereka pun harus memutuskan pilihan yang paling berat. Menghadapi Griever untuk mencapai pintu menuju kebebasan mereka, sekaligus menghukum Para Kreator—pihak-pihak yang bertanggung jawab atas depresi yang mereka alami setiap hari di dalam maze.
***
            Tak ada kata lain yang bisa menggambarkan buku ini selain menegangkan. Sejak awal, pembaca sudah diajak dalam ketegangan nan seru yang dialami sekelompok remaja di dalam Glade. Di bagian awal, memang porsi penceritaan tentang rasa ingin tahu Thomas mengenai dirinya, Glade, maze, dan seisinya mendominasi. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena para penghuni Glade sendiri juga tidak menerangkan pada Thomas tentang pertanyaan-pertanyaannya.
            Dan memasuki halaman seratusan, konflik mulai bermunculan. The Maze Runner tidak bertele-tele dalam membeberkan keseruan yang terjadi. Alur yang cepat namun runtut membuat saya selalu ingin membalik dan membalik halaman demi halaman demi memenuhi rasa penasaran yang membuncah. Dan saya rasa, keputusan penulis untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Thomas tentang Glade dan maze di awal-awal bab sangat tepat karena pembaca justru diberi tahu jawaban-jawaban tersebut melalui pengalaman yang Thomas alami langsung saat tur maupun saat ia berjuang di maze.
            Mengenai karakterisasi, entah mengapa karakter Thomas mengingatkan saya pada Harry Potter. Sosok yang awalnya pendiam cenderung penurut serta setia kawan namun memiliki sisi pembangkang, dan di kemudian hari, bermetamorfosis menjadi sosok yang tangguh. Secara latar belakang karakter pun mereka sebenarnya tidak terlalu berbeda. Ada ikatan yang terjalin antara protagonis utama dengan antagonis utama dalam cerita. Sayangnya, deskripsi tentang penampilan fisik Thomas tidak terlalu diumbar sehingga agak sulit untuk membayangkan bagaimana rupanya.
            Secara umum, karakter yang terdapat di TMR sebenarnya beragam.Alby—sang pemimpin—adalah sosok yang ambisius cenderung selalu merasa benar dan berkuasa atas segala-galanya. Newt—partner Alby yang bisa juga dibilang sebagai wakil, mempunyai sifat yang berkebalikan dengan Alby dan tampaknya, ia satu-satunya manusia di Glade yang masih menyisakan sisi-sisi humanis, ramah, tegas namun tidak kaku, dan peduli. Newt is my favorite character in here. Hehhe... Yang lainnya adalah Minho. Satu-satunya orang Asia di kelompok yang menjadi pengawas para Pelari. Minho bisa dibilang adalah hero nomor 2 yang melengkapi sosok Thomas di TMR. Sikapnya tegas namun berhati baik. Buktinya, tanpa tedeng aling-aling, ia lah yang merekomendasikan Thomas untuk menggantikannya menjadi pengawas Pelari bahkan saat bocah itu belum mengetahui secara jelas seluk-beluk Glade. Dua karakter terakhir yang berperan cukup penting di TMR adalah Gally dan Chuck. Gally adalah antagonis. Tidak perlu dibeberkan bagaimana karakternya karena dimana-mana, antagonis adalah sosok yang kejam. Sementara Chuck, orang terdekat Thomas, adalah bocah jahil, banyak bicara, namun menyenangkan. Chuck pulalah yang membuat Thomas berkeras untuk menjadi Pelari dan membebaskan mereka semua dari maze. Kedekatan Thomas dan Chuck akan mengingatkan kita pada interaksi batin yang dialami Katniss dan Rue. Dan, ya, Chuck pun akan membuat rasa haru kita membuncah di detik-detik terakhir episode TMR.
            Oh ya, tak ketinggalan, Teresa. Satu-satunya perempuan di Glade ini adalah sosok yang cerdas dan pemberani. Tokoh cantik kita inilah yang membuat TMR sedikit dibercaki aroma romantisme remaja meskipun atmosfer cinta-cintaanya hanya sekedar bumbu dan amat minim. Lebih minim dari Divergent dan The Hunger Games. But overall, saya justru suka dengan porsinya yang tidak terlalu banyak begini karena keseruan TMR terasa amat berantakan jika ditingkahi dengan cerita cinta-cintaan remaja.
Original Cover
            Well, mengenai perasaan saya pribadi, saya sebenarnya agak menyesal karena sempat menomorbuncitkan buku ini dari antrian bacaan. Dari sinopsis di cover belakang, premis yang diusung TMR memang amat menjanjikan namun beberapa bulan terakhir, mood saya untuk membaca kisah fantasi benar-benar hilang total. Dan saya benar-benar tidak menyangka jika passion saya terhadap bacaan-bacaan bertema fantasi—yang belakangan ini ditambah pula dengan embel-embel distopia—akan kembali berkobar saat membaca TMR. Jujur saja, niat saya membaca TMR pada dasarnya hanya ingin menyusutkan antrian bacaan. Saya bahkan hanya menargetkan seratus halaman sehari untuk TMR sehingga cerita sudah bisa rampung dalam waktu 5 hari. Eh ternyata, saya malah ketagihan sama buku ini dan menyelesaikan dalam kurun 2 hari. Masih agak lama sih dibanding Divergent yang waktu itu saya selesaikan kurang dari 24 jam. Tapi wajar sih mengingat waktu saya baca Divergent kan nggak ada kesibukan apa-apa sementara saya baru bisa baca TMR saat malam hari setelah tarawih sampai shubuh nanti.
            Terakhir, jika ingin mencari bacaan fantasi-distopia yang minim percintaan (sepertinya banyak ditulis oleh pengarang wanita), The Maze Runner adalah pilihan yang amat tepat. Apalagi ternyata, misteri dan ketegangan masih belum berakhir walaupun Anda sudah menjajal halaman terakhir. Dua sekuel berikutnya akan menjadi perpanjangan cerita dari TMR yang pasti akan mengungkap alasan mereka ditempatkan oleh Para Kreator di dalam maze dan juga mengenai apa yang tengah terjadi pada dunia luar.
            FYI, filmnya akan segera rilis dan menambah daftar panjang film franchise fantasi yang diangkat dari novel laris dengan sasaran young adult.

Rating
Cerita : 7 of 7
Terjemahan : 6,8 of 7
Cover Terjemahan : 6 of 7
Cover Asli : 6,5 of 7





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik