Tagline : Hati
yang Selalu Terjaga
Penulis :
Amanda Inez
Jumlah Halaman
: viii+224 hlm.
Genre : Young
Adult Romance, Angst
Penerbit :
Gagasmedia
Cover Designer
:Amanta Nathania
Tahun : 2013
Harga : Rp.
49.500 (Gramedia Veteran Banjarmasin)
ISBN :
978-979-780-634-7
Rating di
Goodreads : 3,75 stars of 44 reviews
First Sentence
: Kau dan aku datang dari dua tempat yang berbeda dan dengan nasib yang
berbeda.
Final Sentence
: “Sampai Selamanya”
Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang
diciptakan sendiri. Semua mempunyai teman, semua mempunyai lawan. Tapi, mengapa
kau begitu ingin mengalahkan lawanmu, kalau bisa menjadi teman mereka?” Hal. 57
Jika seorang bayi bisa memilih dan menunjukkan
pilihannya pada orang lain, tentu ia tak ingin terpisah dari orang yang
bertanggungjawab atas kehadirannya di dunia. Namun, karena bayi belum punya hak
untuk bicara, ia pun hanya bisa manut. Bahkan jika keputusan orangtuanya sama
sekali tidak menyenangkan. Seperti yang dialami Si Bodoh.
Si Bodoh ditelantarkan orangtuanya di depan
sebuah panti asuhan saat masih bayi. Seumur hidup, ia menjalani hari-hari di
sana dengan perasaan yang tidak bisa dibilang gembira. Sampai suatu hari, ia
bertemu dengan Zack. Seorang anak kaya raya dari donatur panti asuhan tempat Si
Bodoh menetap yang menawarkan diri untuk menjadi temannya.
Pertemanan Si Bodoh dan Zack bisa dibilang
sempurna. Si Bodoh pun diterima dengan tangan terbuka di rumah Zack, terutama
oleh ibu Zack dan posisi keluarga Zack yang sebagai penyumbang dana tetap panti
asuhan sangat menguntungkan bagi Si Bodoh karena dengan begitu, ia bisa
mendapatkan ijin dengan mudah untuk menginap di rumah Zack. Sayangnya,
menjelang remaja, Zack mulai menyalahartikan makna persahabatan mereka yang
telah terjalin. Zack yang kian terpengaruh pergaulan bebas mulai membangkang,
dan memutuskan untuk keluar dari rumah lalu pergi ke Indonesia untuk
menjalankan bisnis dengan sang paman. Ibu Zack yang khawatir akan keadaan
anaknya meminta Si Bodoh untuk ikut Zack ke Indonesia.
Sesampainya di Indonesia, Zack justru tidak
ingin Si Bodoh membuntutinya. Dengan bekal uang dari Zack, Si Bodoh menyewa
sebuah kontrakan kecil dan perlahan mulai merasa terasing di tempat yang sama
sekali baru baginya. Kendala bahasa terutama menjadi kendala yang paling
krusial karena ia berasal dari Amerika dan sama sekali tak pernah mengenal
Indonesia. Untungnya, Si Bodoh bertemu dengan Arief. Seorang lelaki lulusan
luar negeri yang membantunya belajar Bahasa Indonesia juga merekomendasikannya
untuk bekerja sebagai pemadam kebakaran. Profesi yang menjadi titik tolak
pertemuannya dengan Tuan Putri.
Saat bertugas memadamkan api yang tengah
melalap sebuah kantor pos, Si Bodoh menemukan sebuah paket yang nampaknya
tercecer oleh petugas pos, dan ia pun merasa terpanggil untuk menyampaikan
paket tersebut ke penerima. Penerima paket tersebut memang Daniel, bukan Tuan
Putri, tetapi dari Daniel lah ia dapat mengenal Tuan Putri. Tuan Putri yang
hanya mau surat-surat dalam paket yang dialamatkan padanya dibaca oleh Si Bodoh
dengan alasan tak suka dengan aksen Australia Daniel, Tuan Putri yang selama
ini hidup dalam kegelapan, Tuan Putri yang berpura-pura kuat di hadapan Si
Bodoh namun justru ia menyimpan rasa frustasi yang nyaris tak kuasa ia bendung.
Aku mengira kau adalah gadis yang tangguh.
Rasanya, aku harus mengerti bahwa tidak ada hati yang selamanya kuat. Aku
mengerti bahwa orang yang paling ceria pun bisa terjatuh, dan senyuman dan tawa
yang kau dengar hanyalah sebuah topeng untuk menyembunyikan perasaanmu yang
sesungguhnya.” Hal. 94
Sampai suatu ketika, Tuan Putri si penyuka
bunga matahari itupun kehilangan mataharinya. Harapannya. Ia terlelap dalam
tidur panjang tak berkesudahan. Dan yang bisa dilakukan Si Bodoh adalah menulis
setiap kisah serta rahasia yang selama ia tutup rapat tentang kehidupannya.
Berharap suatu hari nanti, jika Tuan Putri terbangun dan ia tak lagi ada untuk
mendampingi gadis itu, Tuan Putri dapat membaca catatannya.
***
Pertama kali tertarik pada novel ini adalah
karena beberapa review menyatakan bahwa Beauty Sleep memiliki penjabaran cerita
yang berbeda dibanding novel-novel lainnya. Ya, memang benar. Setidaknya ada
tiga hal yang membuat novel ini terkesan unik di luar dari alur ceritanya. Yang
pertama, sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang orang pertama
sekaligus orang kedua. Kedua, meskipun penulis tinggal di Toronto dan
tokoh-tokoh di novel ini pun sebenarnya bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris,
namun penulis justru menahan diri untuk tidak menggunakan bahasa Inggris dan
justru menggunakan Bahasa Indonesia yang benar-benar apik. Hampir tidak dapat
dipercaya bahwa novel ini ditulis dalam kurun kurang dari seminggu. Yang
ketiga, nama kedua tokoh utama terus disimpan sampai epilog di halaman
terakhir. Jadi, Si Bodoh dan Tuan Putri terus digunakan sepanjang novel sebagai
identitas mereka.
Dan, setelah menyantap habis bacaan ini, saya
dengan bangga menyatakan bahwa saya amat takjub dengan kisah juga gaya
penceritaan Beauty Sleep. Dari segi alurnya memang sederhana. Cerita dirangkai
dari kisah Si Bodoh kepada Tuan Putri yang tengah tertidur. Kisah tentang
kehidupannya, kisah bagaimana ia bisa bertemu dengan Tuan Putri, dan kisah
bagaimana akhirnya ia harus pergi dari Tuan Putri yang juga masih tertidur.
Jadi bisa disimpulkan, novel ini beralur acak. Cerita demi cerita, rahasia demi
rahasia dibeberkan secara tidak berurutan namun ajaibnya, justru
ketidakteraturan itu menciptakan kombinasi kejutan yang menarik di sepanjang
cerita.
Berbicara tentang kemahiran penulis mengolah
kata, saya benar-benar dibuat terpana karena setiap goresan tulisan yang
diciptakan oleh penulis begitu melankolis, teduh, sekaligus mengiris. Tidak ada
jargon-jargon Bahasa Inggris seperti yang sering kita temui di novel-novel young
adult lainnya, dan ini membuat Beauty Sleep benar-benar terasa istimewa.
Diksi yang dipilih penulis bisa dibilang sempurna dan terangkai manis dengan
kata sebelum maupun sesudahnya. Seolah-olah ia harus berkonsultasi dengan
thesaurus dan kamus besar Bahasa Indonesia dulu untuk memilih satu kata yang
akan diketikkannya di dalam novel ini. Tidak berlebihan jika saya bilang bahwa
novel ini justru terlihat seperti novel terjemahan (tahu kan novel-novel luar
itu kata dan kalimat-kalimatnya ajaib?).
Speaking of characterisation, baru sekali ini saya membaca novel young adult modern
yang tokoh-tokohnya masih peduli pada iman. Ya, kadangkala jika tema yang
diangkat sudah tentang cinta, maka Tuhan seolah terlupakan. Tetapi Amanda
nampaknya tak ingin tokoh-tokohnya kerontang secara spiritual. Bahkan, Si Bodoh
amat tahu diri untuk tidak memegang tangan Tuan Putri karena ia fikir Indonesia
bukan seperti Amerika. See? Romansa yang diangkat oleh Amanda adalah
romansa yang sehat dan daya majis dan romantisnya tetap terasa kental.
Walau kekaguman saya sudah bulat sempurna pada
novel ini, namun tetap ada beberapa aspek yang tidak terlalu mengganggu
sebetulnya tetapi mungkin bisa dijadikan sudut pandang lain mengenai opini saya
terhadap novel ini. Beauty Sleep memang dikarang untuk menjadi sebuah novel
melankolis romantis yang misterius, namun entah kenapa akhir dari novel ini
terkesan amat tergesa-gesa. Padahal ini novel tipis. Tambah seratus halaman
lagi pun tidak masalah saya rasa. Aspek lainnya adalah dari segi cover novel
yang amaaaaaaaat indah jika saja konsepnya tidak seperti itu (tidak tahu
istilahnya apa). Perpaduan antara biru dan putih sudah amat mengesankan tanpa
harus dikacaukan dengan cover kedua yang ternyata berada di balik cover
pertama. Selain itu, jujur saja cover pertama itu amat mudah rusak apalagi
pinggirannya karena mengeluarkan dan memasukkan novel ke dalamnya butuh sedikit
usaha.
Overall, berkat novel ini, saya jadi menambah satu penulis yang
karyanya wajib ditunggu-tunggu, Amanda Inez.
Rating
Cerita : 7 of 7
Cover : 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar