Pages

Jumat, 25 Juli 2014

Review Novel : Beauty Sleep, Amanda Inez



Judul : Beauty Sleep
Tagline : Hati yang Selalu Terjaga
Penulis : Amanda Inez
Jumlah Halaman : viii+224 hlm.
Genre : Young Adult Romance, Angst
Penerbit : Gagasmedia
Cover Designer :Amanta Nathania
Tahun : 2013
Harga : Rp. 49.500 (Gramedia Veteran Banjarmasin)
ISBN : 978-979-780-634-7
Rating di Goodreads : 3,75 stars of 44 reviews
First Sentence : Kau dan aku datang dari dua tempat yang berbeda dan dengan nasib yang berbeda.
Final Sentence : “Sampai Selamanya”






Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang diciptakan sendiri. Semua mempunyai teman, semua mempunyai lawan. Tapi, mengapa kau begitu ingin mengalahkan lawanmu, kalau bisa menjadi teman mereka?” Hal. 57


Jika seorang bayi bisa memilih dan menunjukkan pilihannya pada orang lain, tentu ia tak ingin terpisah dari orang yang bertanggungjawab atas kehadirannya di dunia. Namun, karena bayi belum punya hak untuk bicara, ia pun hanya bisa manut. Bahkan jika keputusan orangtuanya sama sekali tidak menyenangkan. Seperti yang dialami Si Bodoh.
Si Bodoh ditelantarkan orangtuanya di depan sebuah panti asuhan saat masih bayi. Seumur hidup, ia menjalani hari-hari di sana dengan perasaan yang tidak bisa dibilang gembira. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan Zack. Seorang anak kaya raya dari donatur panti asuhan tempat Si Bodoh menetap yang menawarkan diri untuk menjadi temannya.
Pertemanan Si Bodoh dan Zack bisa dibilang sempurna. Si Bodoh pun diterima dengan tangan terbuka di rumah Zack, terutama oleh ibu Zack dan posisi keluarga Zack yang sebagai penyumbang dana tetap panti asuhan sangat menguntungkan bagi Si Bodoh karena dengan begitu, ia bisa mendapatkan ijin dengan mudah untuk menginap di rumah Zack. Sayangnya, menjelang remaja, Zack mulai menyalahartikan makna persahabatan mereka yang telah terjalin. Zack yang kian terpengaruh pergaulan bebas mulai membangkang, dan memutuskan untuk keluar dari rumah lalu pergi ke Indonesia untuk menjalankan bisnis dengan sang paman. Ibu Zack yang khawatir akan keadaan anaknya meminta Si Bodoh untuk ikut Zack ke Indonesia.
Sesampainya di Indonesia, Zack justru tidak ingin Si Bodoh membuntutinya. Dengan bekal uang dari Zack, Si Bodoh menyewa sebuah kontrakan kecil dan perlahan mulai merasa terasing di tempat yang sama sekali baru baginya. Kendala bahasa terutama menjadi kendala yang paling krusial karena ia berasal dari Amerika dan sama sekali tak pernah mengenal Indonesia. Untungnya, Si Bodoh bertemu dengan Arief. Seorang lelaki lulusan luar negeri yang membantunya belajar Bahasa Indonesia juga merekomendasikannya untuk bekerja sebagai pemadam kebakaran. Profesi yang menjadi titik tolak pertemuannya dengan Tuan Putri.
Saat bertugas memadamkan api yang tengah melalap sebuah kantor pos, Si Bodoh menemukan sebuah paket yang nampaknya tercecer oleh petugas pos, dan ia pun merasa terpanggil untuk menyampaikan paket tersebut ke penerima. Penerima paket tersebut memang Daniel, bukan Tuan Putri, tetapi dari Daniel lah ia dapat mengenal Tuan Putri. Tuan Putri yang hanya mau surat-surat dalam paket yang dialamatkan padanya dibaca oleh Si Bodoh dengan alasan tak suka dengan aksen Australia Daniel, Tuan Putri yang selama ini hidup dalam kegelapan, Tuan Putri yang berpura-pura kuat di hadapan Si Bodoh namun justru ia menyimpan rasa frustasi yang nyaris tak kuasa ia bendung.
Aku mengira kau adalah gadis yang tangguh. Rasanya, aku harus mengerti bahwa tidak ada hati yang selamanya kuat. Aku mengerti bahwa orang yang paling ceria pun bisa terjatuh, dan senyuman dan tawa yang kau dengar hanyalah sebuah topeng untuk menyembunyikan perasaanmu yang sesungguhnya.” Hal. 94
Sampai suatu ketika, Tuan Putri si penyuka bunga matahari itupun kehilangan mataharinya. Harapannya. Ia terlelap dalam tidur panjang tak berkesudahan. Dan yang bisa dilakukan Si Bodoh adalah menulis setiap kisah serta rahasia yang selama ia tutup rapat tentang kehidupannya. Berharap suatu hari nanti, jika Tuan Putri terbangun dan ia tak lagi ada untuk mendampingi gadis itu, Tuan Putri dapat membaca catatannya.
***
Pertama kali tertarik pada novel ini adalah karena beberapa review menyatakan bahwa Beauty Sleep memiliki penjabaran cerita yang berbeda dibanding novel-novel lainnya. Ya, memang benar. Setidaknya ada tiga hal yang membuat novel ini terkesan unik di luar dari alur ceritanya. Yang pertama, sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang orang pertama sekaligus orang kedua. Kedua, meskipun penulis tinggal di Toronto dan tokoh-tokoh di novel ini pun sebenarnya bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris, namun penulis justru menahan diri untuk tidak menggunakan bahasa Inggris dan justru menggunakan Bahasa Indonesia yang benar-benar apik. Hampir tidak dapat dipercaya bahwa novel ini ditulis dalam kurun kurang dari seminggu. Yang ketiga, nama kedua tokoh utama terus disimpan sampai epilog di halaman terakhir. Jadi, Si Bodoh dan Tuan Putri terus digunakan sepanjang novel sebagai identitas mereka.
Dan, setelah menyantap habis bacaan ini, saya dengan bangga menyatakan bahwa saya amat takjub dengan kisah juga gaya penceritaan Beauty Sleep. Dari segi alurnya memang sederhana. Cerita dirangkai dari kisah Si Bodoh kepada Tuan Putri yang tengah tertidur. Kisah tentang kehidupannya, kisah bagaimana ia bisa bertemu dengan Tuan Putri, dan kisah bagaimana akhirnya ia harus pergi dari Tuan Putri yang juga masih tertidur. Jadi bisa disimpulkan, novel ini beralur acak. Cerita demi cerita, rahasia demi rahasia dibeberkan secara tidak berurutan namun ajaibnya, justru ketidakteraturan itu menciptakan kombinasi kejutan yang menarik di sepanjang cerita.
Berbicara tentang kemahiran penulis mengolah kata, saya benar-benar dibuat terpana karena setiap goresan tulisan yang diciptakan oleh penulis begitu melankolis, teduh, sekaligus mengiris. Tidak ada jargon-jargon Bahasa Inggris seperti yang sering kita temui di novel-novel young adult lainnya, dan ini membuat Beauty Sleep benar-benar terasa istimewa. Diksi yang dipilih penulis bisa dibilang sempurna dan terangkai manis dengan kata sebelum maupun sesudahnya. Seolah-olah ia harus berkonsultasi dengan thesaurus dan kamus besar Bahasa Indonesia dulu untuk memilih satu kata yang akan diketikkannya di dalam novel ini. Tidak berlebihan jika saya bilang bahwa novel ini justru terlihat seperti novel terjemahan (tahu kan novel-novel luar itu kata dan kalimat-kalimatnya ajaib?).
Speaking of characterisation, baru sekali ini saya membaca novel young adult modern yang tokoh-tokohnya masih peduli pada iman. Ya, kadangkala jika tema yang diangkat sudah tentang cinta, maka Tuhan seolah terlupakan. Tetapi Amanda nampaknya tak ingin tokoh-tokohnya kerontang secara spiritual. Bahkan, Si Bodoh amat tahu diri untuk tidak memegang tangan Tuan Putri karena ia fikir Indonesia bukan seperti Amerika. See? Romansa yang diangkat oleh Amanda adalah romansa yang sehat dan daya majis dan romantisnya tetap terasa kental.
Walau kekaguman saya sudah bulat sempurna pada novel ini, namun tetap ada beberapa aspek yang tidak terlalu mengganggu sebetulnya tetapi mungkin bisa dijadikan sudut pandang lain mengenai opini saya terhadap novel ini. Beauty Sleep memang dikarang untuk menjadi sebuah novel melankolis romantis yang misterius, namun entah kenapa akhir dari novel ini terkesan amat tergesa-gesa. Padahal ini novel tipis. Tambah seratus halaman lagi pun tidak masalah saya rasa. Aspek lainnya adalah dari segi cover novel yang amaaaaaaaat indah jika saja konsepnya tidak seperti itu (tidak tahu istilahnya apa). Perpaduan antara biru dan putih sudah amat mengesankan tanpa harus dikacaukan dengan cover kedua yang ternyata berada di balik cover pertama. Selain itu, jujur saja cover pertama itu amat mudah rusak apalagi pinggirannya karena mengeluarkan dan memasukkan novel ke dalamnya butuh sedikit usaha.
Overall, berkat novel ini, saya jadi menambah satu penulis yang karyanya wajib ditunggu-tunggu, Amanda Inez.

Rating
Cerita : 7 of 7
Cover : 6



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik