Penulis : Nicholas Sparks
Penerjemah : Rosemary Kesauly
Jumlah Halaman : 480 hm.
Genre : Adult-Romance, Romance-Suspense
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cover Designer : Eduard Iwan Mangopang
Tahun : 2014
Harga : 63.750 (BukaBuku)
ISBN : 978-602-03-0369-7
Rating di Goodreads : 4.14 average rating of 10,575 votes.
One word about this book : Saiko (Bahasa keren dari psycho. Hehehe)
Buku kedua Om Nico dengan genre suspense
......cinta kadang-kadang melampaui semua
kemustahilan.....
Mencari
tempat berlindung yang aman, akhirnya Katie menjatuhkan pilihannya pada sebuah
kota kecil di Carolina Utara, Southport. Meski sempat dua hari kelaparan, Katie
bersyukur karena penderitaan tersebut telah berakhir sehubungan dengan
diterimanya ia di sebuah kedai sebagai pelayan. Ia juga menyewa sebuah pondok
berburu yang meski terpencil, tetapi ia masih mempunyai tetangga yang menyewa
pondok yang sama di sebelah tempat tinggalnya. Katie memang terkesan menutup
diri. Kepindahannya ke Southport tidak lain dalam rangka untuk memulai kehidupan
baru, seperti ia bilang pada Jo, tetangganya dan tentu saja untuk mengubur masa
lalu kelam yang terus membayanginya.
Selain
Jo, ternyata niat Katie untuk mengasingkan diri dari pergaulan tidak terlalu
berhasil. Seorang pemilik toko tempat Katie biasa berbelanja ternyata memiliki
kesan tersendiri terhadapnya, terutama ketika Katie ikut andil menyelamatkan
anaknya yang nyaris saja mati tenggelam. Lelaki itu, Alex, seorang single
parent dari seorang putra dan seorang putri, yang baru bangkit semenjak
ditinggal istrinya menghadap Tuhan. Pendekatan Alex terhadap Katie memang tidak
akan berjalan mulus jika tanpa andil Josh dan Kristen—kedua anaknya—yang terlebih
dulu dengan Katie.
Original Version |
Sifat
keibuan Katie terhadap Josh dan Kristen semakin membuat Alex silau akan pesona
kepribadian—dan tentu saja penampilan—Katie. Wanita itu memang misterius,
jarang berbicara, dan menyimpan ketakutan di dalam dirinya. Dan pengalaman Alex
yang pernah bekerja di CID—sebuah lembaga yang menangani kasus kekerasan dalam
rumah tangga—membuat Alex yakin ada sesuatu yang kelam yang berhubungan dengan
masa lalu. Namun Alex tidak mengurangi kadar ketertarikannya sedikit pun
terhadap Katie. Bahkan saat wanita itu akhirnya menceritakan dengan jujur apa
yang sebenarnya terjadi pada masa lalunya dan kenapa ia sampai tiba di
Southport. Sejak pengakuan tersebut pula, Katie dan Alex akhirnya resmi
menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Di
tengah hubungan mereka yang sedang berbunga, dan di saat Katie mulai berani
untuk membuka dirinya, bencana masa lalu Katie ternyata hadir kembali. Kevin,
suami Katie yang posesif dan sakit mental, berhasil mengendus jejak Katie
berkat tetangganya yang selama ini selalu ia hindari dan ia anggap jahat. Kevin-pun
mulai menyusun rencana untuk membuat Erin—nama Katie yang sebenarnya—kembali ke
pelukannya. Namun, nafsu pemburunya terlanjur menguasai dan menyebabkan ia
nyaris membuat Katie dan kedua anak Alex meregang nyawa. Kevin, yang sudah
kerasukan iblis, melenceng dari niat semula. Alih-alih mengajak Katie pulang ke
Boston, justru ingin menyarangkan pelurunya di tubuh Katie. Sementara Alex
terkapar karena serangan Kevin, Katie berjuang untuk mempertahankan harga diri-sekaligus
nyawa—yang selama ini tak dianggap berarti oleh suaminya sendiri.
***
Jujur,
buku ini sudah lama saya, terutama karena cover-nya yang menurut saya
terkece di antara novel-novel Om Nico lainnya. Dan kebetulan April kemarin,
saya mendapat rejeki dengan memenangkan salah satu giveaway hop dalam
rangka ulang tahun BBI (nanti saya akan memposting kabar gembira satu ini.
hehehe...). Absolutely, novel-novel Om Nico menjadi prioritas pertama
saya untuk menghabiskan voucher buku sebesar 300 ribu rupiah itu. Dan setelah
mengacak-acak situs Periplus dan nyaris memutuskan untuk membeli Safe Haven
dan The Best of Me, saya malah bimbang karena harga kedua novel tersebut
sudah mencapai 300 ribu. Nggak asyik banget kan 300 ribu Cuma dapat dua buku?
Hehehe... Akhirnya saya mundur teratur dari Periplus dan memilih untuk
menjelajahi BukaBuku dan BukuKita. Siapa tahu ada stok novel Om Nico versi
terjemahan yang belum saya punya. Dan alih-alih menemukan stok novel lama Om
Nico, Safe Haven, yang bertajuk Suaka Cinta dalam versi Bahasa
Indonesianya, justru nongkrong di posisi nomor 1 dan baru terbit besok. Nggak
nunggu waktu lama, saya langsung menghubungi Kak Luna
(ravenclawnote.blogspot.com) sebagai penyedia dana pembelian novel-novel
tersebut (saya juga pesan paket lengkap Supernova Dewi Lestari).
Penantian
kehadiran novel-novel tersebut-pun tiba hari selasa lalu. Momen yang amat tidak
tepat sih, mengingat saya dikejar deadline pengumpulan proposal
penelitian dan mid-term test Translation II yang sama-sama jatuh pada
hari rabu. It means, besoknya. Namun dengan otak yang tiba-tiba super
encer, saya berhasil juga menyelesaikan proposal penelitian, lalu baca-baca
buku teori Translation II sebentar, dan kemudian langsung tenggelam dalam Safe
Haven yang malam itu hanya mampu saya baca sampai halaman seratus sekian.
Safe
Haven sendiri merupakan novel kedua Om Nico yang mengangkat genre romance-suspense
setelah sebelumnya ia juga menulis The Guardian yang saya puja-puja itu.
Namun berbeda dengan The Guardian yang mengangkat sisi kriminal berupa
teror dan penyelidikan membingungkan ala detektif, Safe Haven justru
memiliki kadar kriminalitas yang tidak terlalu luas, namun ketegangan yang
dihasilkan tidak bisa dibilang kecil. Tema domestic abuse yang diangkat
membuat saya benar-benar miris. Beberapa kali saya mengutuk perbuatan Kevin
yang menyiksa Katie dengan semena-mena.
Dari
segi karakter, Nicholas Sparks tetap mempercayakan karakternya pada tokoh-tokoh
fiksi yang tidak terlalu mencolok, I mean, orang biasa. Katie sebagai
perempuan misterius dengan ketakutan yang masih mengikutinya benar-benar
memukau. Sekilas ia memang kelihatan lemah, namun ia justru lebih kuat dari
yang saya duga. Siapa yang menyelamatkan Josh dan Kristen dari bencana yang
diciptakan tangan dingin Kevin? Siapa yang bergulat melawan Kevin bahkan ketika
lelaki itu punya senjata? Lupakan masa lalu Katie ketika ia menjadi istri yang
selalu menurut dengan Kevin, bergeming ketika dianiaya, berpura-pura memaafkan ketika
Kevin mengaku menyesal, serta merintih bernafsu ketika Kevin menindihnya di
ranjang. Katie justru mengumpulkan kekuatan. Katie menggunakan kecerdasannya
untuk kabur dengan rencana yang matang.
Bagaimana
dengan Alex? Ia tipe pria biasa. Duda beranak dua yang baik, pengertian, tidak
lebih. Menurut saya, karakternya di sini memang penting sebagai pemicu Katie
untuk bangkit dari zona kelam masa lalunya, tetapi perannya sendiri tidak
terlalu mencolok. Saya justru lebih menyukai anak-anaknya yang polos dan
pintar. Meski harus diakui, gambaran asmara Katie dan Alex dibangun dengan
sangat pas. Tidak berlebihan dengan romantis di sana-sini.
Tokoh
sentral kedua justru jatuh pada Kevin yang digambarkan Om Nico dengan sangat
mengesankan. Jauh melebihi Richard sebagai villain di The Guardian. Om
Nico benar-benar berhasil menggambarkan karakter Kevin sebagai seorang suami
yang ringan tangan sekaligus teramat mencintai isterinya. Berkali-kali Om Nico
mengguratkan karakter Kevin dengan paragraf antitesis. Di satu sisi ia
menuliskan fikiran Kevin yang menyesal karena telah melukai fisik dan hati
isterinya, namun di sisi lain Kevin justru melakukan penyangkalan karena ia
berbuat begitu juga karena ulah isterinya. Paragraf antitesis seperti itu
bertaburan di paruh kedua buku, namun dengan redaksi yang berbeda,
paragra-paragraf itu justru tidak terkesan membosankan, bahkan malah semakin
membuat emosi pembaca meningkat karena terus mendapat suntikan sugesti bahwa Kevin
itu seorang psycho. Saya dapat membayangkan betapa tidak mudahnya
menulis karakter dengan dua kepribadian seperti itu namun tetap mampu menarik
simpati pembaca hingga akhir buku.
Berbeda
dengan The Guardian yang sempat membuat saya mengantuk di seratus atau
dua ratus halaman pertama, Safe Haven benar-benar membuat saya jatuh
cinta sejak halaman pertama. Hubungan Katie dengan Jo, Katie dengan Alex, Josh,
dan Kristen, serta Alex dengan kedua anaknya benar-benar menyenangkan untuk
dinikmati. Dan ketika masa lalu Katie terkuak, lalu Kevin akhirnya berhasil
menemukan jejak Katie, emosi saya benar-benar dipacu karena Kevin itu
benar-benar jahat. Saya ingin cerita ini diperlambat supaya Kevin tidak akan
segera bertemu dengan Katie namun sayangnya cerita justru berjalan cepat. Ironi
sekali dengan The Guardian yang berjalan amat lambat namun saya cerita
justru menginginkan cerita itu cepat menemui akhir.
Thailand Version |
Sayangnya,
novel Safe Haven versi Indonesia ini tetap memiliki cela. Catat, versi
Indonesia! Sorry to Mbak Rosemary, terjemahan novel ini membuat
kenikmatan membaca berkurang. Jujur deh! Ini bukan teenlit, dan rasanya
sangat tidak cocok jika kata man atau guy diterjemahkan sebagai cowok
alih-alih lelaki atau pria. Pun juga cakep dan banget.
Selain teenlit, rasanya novel terjemahan manapun pilihan katanya
selalu memakai kata baku, atau semi baku yang dicetak italic. Sejak
halaman pertama saya sudah mengerutkan kening dengan terjemahan cobain deh
ikan pari kami yang di novel aslinya berbunyi try just for our Halibut. Dan
satu lagi yang benar-benar membuat geleng-geleng kepala, ‘KAPOLDA’. Wew,
apa tidak ada diksi yang lebih baik dari itu? Saya belum sempat mengecek kata
aslinya di novel versi Inggris sih, tetapi KAPOLDA itu benar-benar mistranslation
yang ekstrim. Apa tidak bisa diganti dengan kantor pusat kepolisian daerah
setempat dan semacamnya dibanding KAPOLDA yang benar-benar membuat setting
seolah pindah ke Indonesia?!! Namun untungnya, paragraf deskripsi masih
tertata dengan baik, hanya kalimat-kalimat dialog saya yang begitu terlihat
begitu ‘unik’ di sebuah novel terjemahan dewasa. Dengan kasus ini, saya
berjanji akan membaca ulang Safe Haven versi Bahasa Inggris jika saya
sudah menyelesaikan semua novel Om Nico. Saya percaya tiap kata yang digoreskan
Om Nico mengandung keindahan, namun keindahan tersebut tidak mampu ditransfer
dengan baik ke novel versi Bahasa Indonesia ini. Ceritanya sih tetap memikat,
tetapi tulisannya masih perlu revisi.
Oh
ya, selain dari segi terjemahan, saya juga mau protes soal sampulnya. Saya
tidak bilang sampulnya jelek, hanya saja kurang mengena dengan cerita. Saya
tahu salju sempat disinggung dalam novel ini, namun itu tidak mewakili. Bagi
saya, sepeda adalah benda yang sangat pantas untuk ditampilkan di sampul, dan
karena itu pulalah saya jadi begitu mengagumi sampul asli novel ini. Namun
dibanding edisi-edisi lainnya, sampul Bahasa Indonesia ini merupakan sampul
terbaik Safe Haven nomor tiga setelah sampul versi aslinya dan versi
Thailand.
Sebelum
terlupa, novel ini juga menyimpan twist ending yang cukup horor. Namun
tenang saja, karena ia tak akan membuat kamu susah tidur malam harinya.
What
an awesome book!
Rating
Cerita :
6,9 of 7
Terjemahan :
5,6 of 7
Cover Asli :
7 0f 7
Cover Terjemahan : 6,2 of 7
Terima kasih, berguna sekali untuk memutuskan membeli novel ini atau tidak :)
BalasHapusTerima kasih, berguna sekali untuk memutuskan membeli novel ini atau tidak :)
BalasHapus