Pages

Kamis, 25 Desember 2014

Review Novel: Insurgent, Veronica Roth



Judul : Insurgent
Penulis : Veronica Roth
Penerjemah : Nur Aini
Jumlah Halaman : 551 hlm.
Genre : Young Adult Fantasy, Dystopian Fiction
Penerbit : Mizan Fantasi
Cover Designer : Joel Tippie
Tahun : 2014
Harga : 44.250 (beli di fb: Naufal Jasa Kurir)
ISBN : 978-979-433-737-0
Rating di Goodreads : 4.2 stars of 581,696 reviews
First Sentence : Aku terbangun sambil menyebut namanya.
Final Sentence : Lalu, teriakan-teriakan mulai terdengar.

“Biarlah rasa bersalah mengajarkanmu bagaimana harus bersikap di lain waktu.” Hal. 175
-----
            Kekacauan yang terjadi di kota memaksa Tris, Four, Caleb, Peter, dan Marcus untuk mencari perlindungan di markas besar Amity. Untuk sementara, mereka memang aman berada di sana karena Amity memang menjunjung tinggi perdamaian dan bersedia melindungi para Abnegation yang tersisa asal mereka dapat mengikuti peraturan yang ada. Namun belakangan, Tris tahu bahwa Marcus, ayah Four sekaligus pemimpin Abnegation, menyimpan suatu informasi yang menjadi penyebab Jeanine berusaha melakukan genosida terhadap Abnegation. Bukan karena ingin merebut kursi pemerintahan yang selama ini dikuasai oleh kaum Abnegation. Sayangnya, Marcus sama sekali tidak ingin memberitahu informasi tersebut, baik kepada Tris maupun Johanna, juru bicara faksi Amity.
            Amity yang amat bergantung pada Erudite ternyata tidak bisa sepenuhnya menjadi tumpuan harapan Tris dan kawan-kawan maupun para Abnegation yang masih tersisa. Kedatangan beberapa orang dari faksi Erudite ke Amity memaksa Tris dan yang lainnya kabur dan akhirnya stuck di factionless. Berkat Four, yang merupakan putra dari Evelyn Johnson, pemimpin factionless, kedatangan Tris dan kawan-kawan dapat diterima dengan tangan terbuka dan bersama-sama mereka merencanakan untuk menggulingkan faksi Erudite. Namun di atas rencana tersebut, factionless juga berkeinginan untuk menghancurkan sistem faksi sehingga membuat penduduk hidup bebas tanpa dikelompokkan dalam faksi-faksi.
            Factionless bukan menjadi terminal terakhir Tris dan lainnya untuk memperjuangkan perdamaian. Mereka bergerak kembali ke markas Candor, dan bertemu dengan kaum Dauntless yang tak ikut bergabung dalam kubu Jeanine, juga Christina. Sikap Christina yang cenderung menjauh dari Tris membuat Tris semakin dirundung rasa bersalah karena telah menembak Will, pacar Christina, saat cowok itu dalam pengaruh simulasi Jeanine. Tekanan mental akibat kematian Will dan juga kedua orangtuanya membuat Tris memutuskan untuk menyerahkan diri pada Jeanine jika itu yang diinginkan oleh wanita itu. Ya, suatu waktu, markas Candor sempat diserang oleh Erudite dan Dauntless pembelot. Mereka meledakkan serum simulasi yang membuat siapa saja yang bukan Divergent pingsan. Sementara, para Divergent yang telah dikumpulkan akan dieksekusi. Hanya ada dua yang akan dibawa ke markas Erudite untuk diteliti. Salah satu dari dua Divergent itu adalah Tris, yang dianggap sebagai Divergent terkuat.
            Saat menyerahkan diri pada Jeanine, perlakuan-perlakuan yang diberikan pada Tris ternyata membuat Jeanine semakin frustasi karena Tris benar-benar kebal terhadap simulasi apapun. Sampai akhirnya, Jeanine memutuskan untuk mengeksekusi Tris dengan suntikan kematian. Syukurnya, eksekusi tersebut berhasil disabotase oleh seseorang yang selama ini dianggap Tris sebagai lawan. Dan saat itu pula, Tris mengetahui bahwa orang yang selama ini ia percayai, ternyata merupakan kaki tangan Jeanine dan ikut andil dalam rencana pengeksekusian dirinya.
            Tris yang berhasil lepas dari markas Erudite kini memiliki semangat juang yang makin termompa. Ia sadar bahwa kematiannya tidak akan membuat Will dan kedua orangtuanya bangga. Saat factionless dan Dauntless bergerak untuk menyerang Erudite, Tris justru mengambil keputusan yang tidak sejalan dengan Four. Saat Four percaya kepada pergerakan yang dipimpin oleh ibunya, Evelyn, Tris malah memilih untuk mengikuti rencana ayah Four, Marcus, yaitu menemukan data berupa file video yang dicuri Erudite dari Abnegation. Aksi tersebut membuatnya dicap pengkhianat oleh Evelyn apalagi Tris sempat meminta Tori untuk menggagalkan rencananya saat akan membunuh Jeanine. Namun, file video tersebut akhirnya ditemukan oleh Four dan ditayangkan ke seluruh monitor yang ada di markas Erudite. Video yang membuat Tris dan yang lainnya kembali melakukan perjalanan demi sebuah tujuan akhir, perdamaian.
***
            Insurgent adalah novel yang padat dan cukup rumit karena ada banyak sekali hal yang dibahas sehingga terkesan tumpang tindih. Pun, tokoh-tokoh yang terlibat di dalam novel ini juga ada cukup banyak. Beberapa karakter tambahan tampaknya tidak punya peran terlalu penting karena kehadirannya tidak memberikan pengaruh apa-apa ke jalan cerita. Terkesan hanya untuk memanjang-manjangkan cerita yang sudah amat panjang ini dan malah membuat cerita jadi semakin sulit untuk ditangkap.
            Selain itu, saya menjadi semakin tidak respek dengan karakter Tris dan Four. Mereka berdua bisa saja disebut tangguh, tapi rasa hormat terhadap orang yang lebih tua ternyata hilang sama sekali dari diri mereka. Ayah dan ibu Four bisa saja membuat Four terlantar dan kekurangan kasih sayang, namun sejahat-jahatnya orang tua, seharusnya Four bisa bersikap lebih sopan terhadap mereka. Saya kecewa ketika Four memukuli ayahnya hanya demi harga diri di hadapan Dauntless. Mengingat novel ini menyasar para pembaca remaja, seharusnya nilai buruk tersebut tidak diselipkan. Sikap Tris juga tak kalah menyebalkan. Pokoknya, mereka berdua bukan contoh yang baik buat para remaja. *emosi menggebu-gebu*
            Insurgent sendiri lebih banyak menyoroti masalah pertempuran yang tak habis seolah-olah nyawa manusia tak ada artinya. Pun, ketika Tris atau Four terluka akibat luka tembak dan sebagainya, saya heran kedua manusia ini amat tahan banting seolah-olah peluru panas hanya serupa gigitan semut gatal yang bisa disembukan seketika dengan mengolehkan minyak angin. Mungkin penulis ingin membuat bahwa hero/heroin pun tak luput dari gempuran senjata *sebagai antitesis dari film action yang sampai saat ini masih nonsense*, namun tarap kesembuhan mereka dari luka yang begitu cepat itu juga tidak masuk akal sama sekali.
            Entirely, Insurgent bukan novel mengecewakan terutama bagi kamu yang suka dengan adegan-adegan penuh aksi, namun Insurgent juga cukup melelahkan untuk dibaca karena hal yang sudah saya singgung di paragraf pertama tanggapan saya terhadap novel ini. Syukurnya, Insurgent menyajikan akhir yang bisa membuat pembaca untuk segera lanjut ke buku pamungkas dari serial ini.
            Finally, saya kecewa Nando harus ditewaskan secepat itu. Bukti lain bahwa tokoh-tokoh sejibun tersebut ternyata hanya menjadi aksesoris belaka.

Rating
Cerita : 6 of 7
Terjemahan : 6,5 of 7
Cover Terjemahan : 7 of 7
Cover Asli : 7 of 7 (cover terbaik dari serial ini, I think.)

 Baca review Divergent di sini

2 komentar:

 
Images by Freepik