Pages

Senin, 26 Mei 2014

Review Novel : Akar (Supernova #2), Dee



Judul : Akar
Penulis : Dee
Jumlah Halaman : x + 262 hlm.
Genre : Adult Fiction, Spiritual
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2014
Harga : Rp. 216.750 (harga satu paket di bukabuku.com)
ISBN : 978-602-8811-71-2
Rating di Goodreads : 3,68 of 427 reviews
One word about this book : Unimpressing
Episode kedua dari seri Supernova

Sebelumnya, maafkan diri ini kalau di review sebelumnya, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, tidak sempat menyinggung tentang Gio yang notabene adalah satu-satunya pria yang dicintai Diva dengan tulus. Keping pertama dari Akar sendiri mengisahkan tentang Gio yang tengah berada di Bolivia. Saat tengah merayakan Fiesta de La Cruz di Vallegrande, Gio mendapat telepon bahwa Diva hilang dalam sebuah ekspedisi di Amazon. Sampai sini, cerita di keping pertama berakhir.
Keping kedua adalah bagian utama dari episode Akar. Kali ini tokoh utamanya adalah seorang lelaki botak dengan keanehan yang terdapat di ubun-ubunnya yang selalu ia sembunyikan di balik balutan bandana. Bodhi, si tukang tato, yang kini menjadi bagian dari sebuah komunitas punk yang dipimpin oleh Bong. Kenapa kata kini mendapat penekanan? Yup! Karena alur dalam Akar bergulir mundur. Menceritakan bagaimana Bodhi sampai get stuck menjadi seniman tato dan bertemu dengan Bong.
Bodhi sendiri bisa dibilang adalah anak pungut yang ditemukan seorang biarawan bernama Guru Liong di depan Wiharanya dan ia lah yang mengurus Bodhi hingga menginjak usia dewasa. Bodhi sendiri adalah pribadi yang misterius. Ia kerap mengalami kejadian-kejadian ganjil seperti mampu melihat kuman dan merasakan apa yang ‘makhluk’ lain rasakan dan itu sangat membuatnya ketakutan. Guru Liong menduga hal tersebut disebabkan oleh karma berat di masa lalu Bodhi.
Di usia 18 tahun, Bodhi memutuskan untuk keluar dari wihara. Anehnya, Guru Liong bahkan sudah memimpikan perpisahan tersebut dan berpesan bahwa Bodhi harus pergi jauh dan tidak boleh pulang. Beliau juga mengatakan bahwa Budha lah yang akan menuntut Bodhi untuk menemukan kesejatiannya namun Guru Liong tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesejatian tersebut. Sebelum melepas Bodhi untuk terakhir kalinya, Guru Liong menyelipkan tasbih kayunya di tangan Bodhi.
Perjalanan spiritual Bodhi pun dimulai. Awalnya, ia mendarat di Medan, bekerja sebagai seorang cleaning service di sebuah penginapan kecil selama tiga bulan sampai akhirnya ia bertemu dengan Azmil yang memberinya upah tiket kapal PP ke Malaysia. Berbekal passport ilegal, Bodhi akhirnya menginjak negeri jiran. Di sana, ia bertemu dengan Tristan Sanders, seorang backpacker yang hendak menuju Thailand. Seperti terinsfeksi, Bodhi secara tiba-tiba memutuskan untuk menjadi backpacker seperti Tristan dan kawan-kawan.
Di Thailand, Bodhi bertemu dengan Kell. Seorang seniman tato berparas rupawan yang tak pernah khawatir akan biaya hidupnya karena berkat ketampanan yang ia punya, justru para wanita yang bersedia membobol brankas mereka demi membiayai hidup Kell. Selain mempunyai banyak ‘suami’ di seluruh dunia, Kell ternyata juga menyimpan sebuah seni prestisius di balik kemejanya. Sebuah tato yang terdiri atas 617 simbol berbeda. Ya. Secara kuantitas, tato itu memang hanya satu buah. Melingkar-lingkar di tubuh Kell dengan presisi yang mencengangkan, dan menurut pengakuan Kell, tato tersebut dirajahkan sekaligus entah oleh siapa saat Kell hilang di Mesir dulu sekali. Dan sejak saat itu, Kell seolah memiliki takdir baru yaitu merajah ulang 617 simbol yang ia punya ke badan orang lain. Jadi sebenarnya, profesinya sebagai seniman tato sama sekali bukan untuk mencari uang, namun kadang, justru ia yang harus membayar orang lain agar mau di tato. Tato itupun tidak bisa dirajahkan ke sembarang orang. Ia harus ditaburkan ke tanah yang tepat. Untuk itu pulalah ia datang ke Bangkok yang tak lain tak bukan untuk merajah tato yang 617 ke tubuh Bodhi.
Namun ternyata, tujuan Kell menemui Bodhi bukan hanya untuk mengukir simbol ke 617 di atas kulit lelaki plontos, tetapi juga untuk menjadikan Bodhi sebagai orang yang akan merajah simbol ke 618 di tubuhnya. Simbol terakhir.
“617 tato saya ini belum genap. Saya butuh satu lagi. Dan, kamulah orangnya, orang ke-617, yang lalu menjadikan saya ke-618. Kita saling memberi satu untuk jadi genap. Jadi coba pahami, kamu adalah kemerdekaan saya,” ................... “Tugas saya menabur. Tugasmu berakar. You are the Last One. Dan, kamulah perajah tato ke-618 di tubuh saya.”
Kell pun mengajari Bodhi seni menato. Di saat Bodhi sudah mahir menguasai seni tersebut, ia justru harus berpisah dengan Kell. Perpisahan itu membuat Bodhi kembali melanjutkan perjalanan tanpa arahnya yang ia lanjutkan ke Laos, kemudian kembali ke Thailand, lalu akhirnya berakhir di Kamboja saat ia kembali bertemu dengan Kell di sebuah regu penjinak ranjau. Dan di sanalah akhirnya Bodhi mengguratkan simbol ke-618 di tubuh Kell saat pria itu setengah jalan menuju akhirat. Simbol Om.
***
Pertama-tama, saya ingin mengatakan bahwa sebenarnya saya agak kesulitan mengklasifikasikan novel ini ke dalam genre apa. Dibilang novel spiritual, iya. Travelling, iya juga. Tetapi kalau disebut novel perjalanan spiritual, nampaknya kurang pas karena novel ini akan jauh dari gambaran 99 Cahaya di Langit Eropa.
Well, episode kedua Supernova ini sebenarnya tidak terlalu istimewa. Dibanding predensornya, saya masih lebih jatuh hati dengan Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh meskipun Akar sudah menyingkirkan jauh-jauh taburan kosa kata ilmiah di dalam novel. Ya, Akar memang lebih ramah untuk dibaca dan dipahami meskipun jujur saya masih tidak terlalu memahami isi ceritanya bahkan sampai review ini ditulis. Saya sama sekali nggak make sense hubungan antara pencarian spiritual dengan tato. Dan apa pula maksud 618 tato yang dipunyai oleh Kell? Pertemuan Kell dan Bodhi juga tidak menghasilkan perkembangan cerita yang signifikan selain misi merajah tato ke-618 di tubuh Kell. Apakah tujuan Akar hanya untuk tato-tato tersebut?
Tema perjalanan yang diangkat saya akui menarik. Meskipun minus deskripsi tempat-tempat wisata seperti yang biasanya disisipkan secara gamblang dalam novel perjalanan lainnya, namun gambaran Dee tentang lokasi-lokasi yang ia angkat berhasil membuat saya ingin menginjakkan kaki di tanah Thailand, Laos, dan Kamboja. Pilihan lokasi yang tidak mainstream memang tapi itulah sisi menariknya. Dan jangan pula dibayangkan bahwa dengan mengangkat perjalanan ke Thailand, Laos, dan Kamboja, Dee akan membawa kita menyusuri tourism area yang terdapat di sana. Siap-siap kecewa kalau begitu karena Dee hanya mengajak kita untuk menyusuri hutan. Ya. Hutan. Hutan yang di dalam fikiran saya justru terkesan eksotis dan mistis dibanding tempat-tempat wisata yang lazim dikunjungi kalau lagi backpacking. Lagian, memangnya sumthin’ different apa yang cukup menarik untuk dikunjungi di Laos dan Kamboja?
Mengenai Bodhi dan Kell, yang menjadi tokoh di novel ini, saya sedikit menyimpan tanda tanya mengenai hubungan mereka. Entah mengapa, saya rasa chemistry yang terjalin antara Bodhi dan Kell melebihi sebagai sepasang teman. Mereka tampak lebih intim dibanding Dimas dan Reuben yang notabene adalah sepasang kekasih. Apalagi di detik-detik terakhir perpisahan Bodhi dan Kell, atmosfer dugaan saya tersebut kian menguat. Entahlah!
Namun, di balik uninterested­-nya saya terhadap novel ini, Khmer Merah ternyata mampu menarik perhatian saya untuk mencari tahu lebih jauh tentang rezim tersebut. Dan satu lagi, episode pertama novel ini yang berkisah tentang Gio dan Diva justru menurut saya lebih potensial untuk dikembangkan menjadi lanjutan Supernova dibanding Bodhi, keganjilan, dan perjalanannya.
Dan untuk menghubungkannya dengan episode sebelumnya, menjelang ending, Bodhi mendapat pemberitahuan misterius yang intinya berisi ‘Selamat menjadi: S’. S yang pastinya untuk SUPERNOVA.
Kesimpulannya, Akar tidak terlalu impressing buat saya. Namun, saya masih tetap penasaran apa yang dimaksud dengan Supernova. Apakah tetap cyber avatar seperti yang terdapat di novel pertama?
Let’s wait and see!


Rating
Cerita : 5 of 7.
Cover: 6,8 of 7


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik