Pages

Senin, 26 Mei 2014

Review Novel : Partikel (Supernova #4), Dee

Judul : Partikel
Penulis : Dee
Jumlah Halaman : viii + 500 hlm.
Genre : Adult Fiction, Science Fiction
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2012
Harga : Rp. 216. 750 (harga satu paket di bukabuku.com)
ISBN : 978-602-8811-74-3
Rating di Goodreads : 4,04 stars of 361 reviews
One word about this book : Brilliant
Episode keempat dari seri Supernova


Zarah terlahir di sebuah keluarga sederhana yang taat beragama dan dihormati. Ibunya adalah anak seorang pemuka agama sekaligus pemuka masyarakat yang biasa dipanggil Abah, pun ayahnya juga merupakan anak angkat dari Abah. Namun, atmosfer relijius yang melingkupi keluarga Zarah menipis sejak Ayah dan ibunya memutuskan untuk menentang Abah dengan menikah dan akhirnya pindah rumah. Ibu Zarah memang masih mewarisi sifat-sifat kedua orang tuanya, tetapi ayah Zarah, Firas, justru melunturkan nilai-nilai spiritual bimbingan Abah dengan kelakuannya yang makin hari makin aneh.
Firas adalah seorang dosen yang begitu tertarik dengan ilmu Mikologi (cabang biologi yang mempelajari tentang jamur). Sejak Zarah memasuki usia sekolah, Firas yang notabene seorang pelaku pendidikan malah tidak mengijinkan anaknya untuk mengecup bangku pendidikan formal. Ia justru yang turun tangan langsung mengajar Zarah yang pendidikannya tak jauh-jauh soal ilmu biologi dan alam. Keputusan Firas yang aneh tersebut mendapat banyak tentangan namun ia sama sekali tak goyah. Bahkan semakin hari, kelakuannya bertambah aneh. Ia sering cuti mengajar sampai akhirnya benar-benar resign sebagai dosen. Hartanya pun sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai pada puncaknya, ia menghilang selama beberapa hari. Beberapa orang menduga bahwa Firas pergi ke Bukit Jambul, tempat yang dipercayai warga kampung sebagai bukit angker.
Sampai saat isterinya hamil, Firas baru muncul di rumah. Kemunculan Firas itu pun membawa praduga baru bahwa Firas membawa kesialan karena anak yang baru saja dilahirkan isterinya menderita keanehan, sampai akhirnya meninggal di usia yang belum genap satu hari. Sikap ibu Zarah ke Firas pun semakin dingin. Puncaknya, Firas kembali lenyap dan kali ini, tak pernah kembali.
Zarah, yang sangat mencintai dan membela ayahnya, mulai melakukan pencarian untuk menemukan sang guru. Di tempat kerja ayahnya, ia menemukan jurnal yang berisi tentang penelitian Firas mengenai hal-hal absurd seperti pengalamannya di Bukit Jambul, bertemu dengan makhluk belum teridentifikasi (saya fikir sih alien), juga mengenai enteogen. Sayangnya, jurnal ilmiah tersebut dianggap sesat oleh sang ibu apalagi Zarah saat itu mulai meragukan adanya Tuhan dan benda itupun berakhir menjadi abu. Sejak saat itu, percekcokan antara Zarah dan ibunya tak terelakkan. Zarah memutuskan untuk keluar dari rumah.
Perjalanan Zarah untuk menemukan sang ayah benar-benar dimulai saat ia mendapat kiriman misterius yang berisi kamera. Berkat kamera itu dan kemampuan fotografi Zarah yang terbentuk secara alami, ia berhasil memenangi salah satu lomba fotografi dan mendapat hadiah perjalanan ke Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Sesampainya di sana, Zarah justru memutuskan untuk mengabdi di taman nasional tersebut sebagai pengasuh orang utan.
Di Tanjung Puting, Zarah dipertemukan dengan Bu Inga yang juga mempertemukan dengan Paul, seorang wildlife fotographer yang menawari Zarah untuk mengembangkan bakat fotografinya ke arah yang lebih profesional. Zarah setuju dan keputusan itu membawanya sampai ke London.
Di London, Zarah mengalami cinta pertamanya yang ternyata main belakang dengan sahabat Zarah yang pernah satu sekolah dengannya selama di Indonesia. Selain itu, ia juga menemukan petunjuk tentang siapa pengirim misterius yang menghadiahinya kamera waktu itu sampai akhirnya Zarah kembali melakukan perjalanan sampai ke Glastonbury. Di sanalah ia menemukan titik terang mengenai ayahnya dan sedikit pencerahan mengenai jurnal ilmiah yang ia temukan di kamar kerja ayahnya.
***
Setelah hiatus selama 8 tahun, akhirnya Supernova kembali dengan episode terbarunya, Partikel. Di buku kali ini, tokoh sentralnya adalah seorang perempuan bernama Zarah. Zarah adalah tipe wanita independen, pintar, skeptis terhadap hal-hal yang menyangkut spiritual, dan sangat mengagung-agungkan alam. Sebenarnya Zarah adalah tipe tokoh wanita yang cerdas dan kuat yang potensial untuk disukai. Tetapi sikap skeptisnya tentang hal-hal yang menyangkut ketuhanan agak kurang bisa dinikmati dan cenderung membuat pembaca Indonesia—yang notabene adalah penduduk berkeyakinan pada Tuhan—kurang suka dengan gambaran karakternya.
Partikel sendiri adalah novel yang cukup tebal namun sangat padat. Alurnya amat berkembang, digambarkan oleh setting-nya yang mengambil beberapa lokasi. Bisa dibilang, Indonesia, tepatnya kampung Batu Luhur adalah lokasi tempat Zarah menerima input-input yang ikut berperan dalam pembentukan karakternya oleh sang ayah, Firas. Tanjung Puting adalah transisi. Persinggahan Zarah menuju London sebagai kota keduanya yang cukup mendominasi isi novel. Dan jangan lupakan Glastonbury, tempat di mana Zarah kembali berkutat dengan pengetahuan-pengetahuan misterius seperti alien, circle crop, dan enteogen yang berkaitan erat dengan penelitian ayahnya.
Dari segi ilmu pengetahuan yang disisipkan, Partikel bisa disamakan dengan Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh bahkan lebih kaya dan penyampaiannya pun lebih ramah, mudah dimengerti, juga menarik. Sangat menarik malah karena setelah membaca novel ini, saya langsung berhasrat untuk menggali lebih dalam tentang fungi, crop circle, dan enteogen. Ya, khususnya enteogen yang benar-benar baru saja dengar namun begitu mengundang rasa penasaran.
Dari segi gaya penulisan, Partikel bisa disamakan dengan Perahu Kertas. Meskipun temanya tergolong berat, nyatanya style novel ini terasa ngepop sekali. Tidak terlalu banyak istilah maupun diksi-diksi sulit yang ditemui dan gaya ngepop itu pun diperkuat dengan adanya unsur percintaan, backstabbing, dan inwardly feeling yang sayangnya terasa sangat klise, pun penggarapannya tidak terlalu memikat unlike dilema cinta segitiga Ferre, Rana, dan Arwin.
Walau begitu, novel ini saya nobatkan sebagai seri terbaik kedua episode Supernova setelah Petir. Saya acungi JEMPOL untuk sisipan pengetahuan yang membuat saya terbengong-bengong dan berdecak ‘GILA’. Tetapi tidak untuk informasi tentang penyakit harlequin blah blah blah yang membuat saya penasaran untuk segera googling lalu akhirnya melihat gambar yang lumayan menimbulkan efek trauma sekaligus kasihan tersebut.
ZONA CERAMAH: “Hai manusia, janganlah kalian berbuat incest karena resiko terhadap bayi sangat tidak menyenangkan!”
Berharap episode Supernova selanjutnya mampu menggeser Petir di posisi puncak dari daftar favorit saya terhadap seri novel ini!

Rating
Cerita : 6,5 of 7
Cover : 6,5 of 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Images by Freepik