Judul : Supernova : Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Penulis : Dee
Jumlah Halaman : x + 322 hlm.
Genre : Adult Fiction
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2014
Harga : (harga satu paket di bukabuku.com)
ISBN : 978-602-8811-72-9
Rating di Goodreads : 3,76 of 777 reviews
One word about this book : Puzzling
Episode pertama dari seri Supernova
Di hari ulang tahun jadian mereka yang
kesepuluh, Reuben—si Psikolog Kuantum yang tak pernah lepas menyinggung masalah
psikologi dan fisika dalam setiap kesempatan—dan Dimas, seorang sarjana
literatur yang puitis, memutuskan untuk membuat sebuah masterpiece
alih-alih menyiapkan kado atau kue ulang tahun. Sebelumnya, mereka memang sudah
berjanji untuk menciptakan sebuah masterpiece berupa jurnal atau riset
yang akan menjembatani semua cabang ilmu pengetahuan (hal. 12), namun saat hari
itu datang, Dimas justru mengusulkan untuk mengubah format masterpiece tersebut
menjadi sebuah roman sains yang romantis sekaligus puitis. Sehingga terciptalah
sebuah novel yang berkisah tentang orang ketiga.
Novel itu berkisah tentang Ferre, si kesatria
tampan yang pintar, puitis, namun kesepian, yang menjatuhkan hatinya pada
seorang jurnalis bernama Rana, sang putri yang ternyata sudah bersuami. Rana
sendiri sebenarnya tidak bahagia dengan rumah tangganya karena jalinan
pernikahan itu didasarkan atas keinginan orangtuanya, bukan karena ia cinta
pada Arwin—suaminya. Jadi, cinta Ferre dan Rana-pun bersambut.
Setelah menjalani hubungan cinta diam-diam,
tibalah Rana di titik bifurkasi. Titik di mana ia harus menentukan apakah ia
akan memutuskan hubungannya dengan Arwin dan memilih bersama Ferre, atau tetap
mempertahankan rumah tangganya yang hampa. Sayangnya, Ferre harus menelan pil
pahit atas hubungannya yang selama ini berlangsung harmonis karena Rana
ternyata lebih memilih Arwin, yang diam-diam juga sudah mengetahui
perselingkuhan isterinya namun alih-alih marah, Arwin justru merelakan Rana
jika seandainya ia lebih bahagia bersama Ferre.
Ferre yang patah hati merasa hidupnya tak lagi
berarti tanpa Rana. Dongeng Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh di masa kecilnya
yang berakhir sedih ternyata tak bisa ia simpangkan. Namun, kehadiran Bintang
Jatuh yang diwakili oleh sosok Diva, seorang model sekaligus pelacur kelas
‘bisnis’, berhasil mengembalikan semangat hidup Ferre. Selain itu, konsultasi
Ferre dengan seorang cyber avatar bernama Supernova juga menjadi
suntikan motivasinya untuk kembali bangkit dari keterpurukan.
Di luar fiksi romantis yang dibangun oleh
Reuben dan Dimas, ternyata tokoh-tokoh yang mereka tulis benar-benar hidup. Dan
yang lebih mengejutkan, mereka pun mendapat email dari sang cyber avatar
bernama Supernova!
***
Two
things that make reviewing seemed difficult: the best novel or the worst novel.
Well, tetapi novel Supernova ini tidak masuk dua kategori di atas dan
penulisan review-nya tetap saja terasa sulit. Seperti semua orang yang pernah
membaca novel ini bilang, ini memang sebuah novel terobosan. Sebuah pembuktian
bahwa penulis wanita tidak hanya memproduksi karya sastra wangi yang mewabah
pada jaman novel ini terbit untuk pertama kali. Dan tentunya, Supernova
berhasil mematahkan stigma tersebut.
Pada
dasarnya ini novel roman biasa. Hanya saya memang ada yang istimewa dan berbeda
dibanding novel roman lainnya. Apa lagi kalau bukan balutan ilmiah yang juga
menjadi dasar roman yang dibuat oleh Reuben dan Dimas. Meskipun tokoh utama
dalam novel Supernova seri pertama ini adalah Reuben dan Dimas, namun Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh sendiri tidak menjurus ke arah mereka. Kesatria,
Putri, dan Bintang Jatuh (bisa dibilang) ada novel berbalut ilmiah yang mereka
ciptakan. Tentang Ferre yang seorang Kesatria, Rana yang seorang Putri, dan
Diva yang seorang Bintang Jatuh.
Berbicara
tentang porsi cerita, jalinan romansa Ferre, Rana, Arwin, dan Diva mendominasi
isi novel. Sementara alur kisah untuk Reuben dan Dimas sendiri tidak terlalu
banyak. Hanya diisi oleh diskusi-diskusi dan perdebatan kecil tentang ke mana
cerita novel yang mereka buat akan diarahkan. Saya sendiri memang lebih
menikmati kisah Ferre dan kawan-kawan dibanding Reuben dan Dimas. Sebagai
seorang pasangan, chemistry mereka sama sekali tidak ada. Dan, jujur
saya akui, Reuben itu orang yang menyebalkan. Dialog-dialognya yang padat
berisi sama sekali tidak diperuntukkan untuk otak manusia biasa seperti saya.
Kebayang kalau saya punya kenalan seperti dia, maka saya akan langsung mundur
teratur sebelum dia sempat berucap hal-hal yang hanya dimengerti oleh dirinya
sendiri. Bukankah tujuan komunikasi agar lawan bicara dapat mengerti apa yang
kita sampaikan? Dan anehnya, aneh sekali malah, Dimas yang notabene mahasiswa
sastra, dapat paham ucapan Reuben yang saya rasa mungkin hanya mahasiswa
eksakta dan psikologi yang mampu menyerap dan mengerti apa yang disampaikan
oleh Reuben.
Sebelumnya,
saya pernah menjatuhkan pilihan untuk the most annoying character in a book
kepada Dolores Umbridge di Harry Potter, tetapi Reuben tampaknya telah
menggeser posisi Bu Umbridge tersebut.
To be honest, saat menulis review novel ini, saya sedang
dalam mood yang tidak menyenangkan jadi mohon dimaklumi kalau review
kali ini tidak seperti yang diharapkan. Yang jelas, Kesatria, Putri, dan
Bintang Jatuh adalah sebuah terobosan, novel spektakuler, indah, namun sayangnya
tidak terlalu memukau saya pribadi. Selain karena beberapa elemen cerita yang
susah dimengerti berkat ‘kejeniusan’ Reuben, yang akhirnya juga mengakibatkan
menjamurnya footnote dalam novel ini, cerita cinta yang ditawarkan novel
ini juga terlanjur biasa. Namun satu hal yang saya kagumi, Ferre adalah
satu-satunya tokoh orang ketiga yang membuat saya justru bersimpati. Tetapi
saya juga memihak pada Arwin sebagai suami sah Rana. Bingung kan? Baru sekali
ini saya membaca kisah perselingkuhan yang seolah-olah tidak ada tokoh
pengkhianat di dalamnya.
Oh ya, for your information, semua seri
Supernova sudah saya selesaikan sebelum membuat review ini jadi mohon dimaklumi
juga kalau ada alur cerita yang sedikit melenceng, semua tak lain berasal dari
kealpaan dan sifat lupa saya sebagai manusia.
In
my very humble opinion, saya rekomendasikan novel ini sebagai salah satu
dari 100 novel Indonesia yang wajib dibaca.
RATING
Cerita : 6 of 7
Cover :
6,7 of 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar