Penulis : Dee
Jumlah Halaman : x + 286 hlm.
Genre : Adult Fiction, Science Fiction, Spiritual
Penerbit : Bentang
Cover Designer : Fahmi Ilmansyah
Tahun : 2013
Harga : Rp. 216. 750 (harga satu paket di bukabuku.com)
ISBN : 978-602-8811-73-6
Rating di Goodreads : 3,75 stars of 390 reviews
One word about this book : Fun
Episode ketiga dari seri Supernova
Di episode kali ini, Supernova dinobatkan pada
seorang perempuan biasa aja bernama Elektra. Elektra adalah anak seorang ahli
elektronik bernama Wijaya yang biasa dipanggil Dedi, dan ia juga
mempunyai seorang kakak bernama Watti. Tidak seperti kakaknya yang manis dan
feminin seperti perempuan pada umumnya, Elektra malah terkesan urakan.
Perbedaan kontras tersebut sering menciptakan adanya cekcok di antara kakak beradik
tersebut meskipun tidak sampai terjadi pertengkaran yang menyebabkan hubungan
mereka retak. Watti tetaplah menjadi kakak yang Elektra sayangi walaupun
sepeninggal Dedi, Elektra dan Watti memilih hidup terpisah. Elektra menolak
ajakan Watti dan suaminya untuk ikut ke Tembagapura.
Elektra, yang dengan gentle mengakui
bahwa sebagai seorang Tionghoa, ia sama sekali tak dianugerahi bakat berdagang,
mulai kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Titel sarjana yang
disandangnya sama sekali tak membantu. Di tengah kebingungan itulah, tawaran
kerja datang kepada Elektra. Tak tanggung-tanggung. Ia ditawari bekerja sebagai
dosen di STIGAN. Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional. Awalnya, Etra menganggap
itu hanyalah surat iseng, namun di suatu titik, akhirnya ia memilih untuk
mencoba-coba mengirim lamaran ke tempat tersebut.
Aplikasi yang harus dikirim Etra sama sekali
bukan hal yang lazim. Berbagai perlengkapan klenik harus ia kirimkan beserta CV
dan semuanya harus diletakkan di kuburan. Berawal dari mencari perlengkapan
klenik untuk aplikasi lamaran kerjanya, Etra bertemu dengan Ibu Sati, seorang yogini
yang di kemudian hari membuat Etra memahami potensi yang tersimpan di dalam
dirinya. Potensi listrik.
Masih tentang STIGAN, di kesempatan pertama
saat Etra ingin meletakkan surat lamarannya di kuburan, tiba-tiba ia bertemu
dengan temannya yang ingin mengambil jalan pintas. Etra pun membatalkan misinya
karena takut ketahuan. Di kesempatan kedua, Etra justru meletakkan surat
lamarannya di kuburan Kambing, kucing peliharaannya, yang terletak di belakang
rumah pamannya. Let’s see then! Tawaran itu ternyata memang hanya ulah
orang iseng dan saat Elektra ingin mengambil surat tersebut di kuburan Kambing,
ternyata surat tersebut sudah ditemukan terlebih dahulu oleh pamannya. Etra
malu bukan main apalagi Watti juga mengejeknya habis-habisan.
Etra melanjutkan hidupnya sebagai
pengangguran. Simpanan uangnya yang sudah minimal semakin menipis akibat hobi
barunya, chatting. Namun berkat itu pulalah, ia jadi kefikiran untuk menjadikan
rumahnya warnet. Dibantu oleh Mpret, Kewoy, dan yang lainnya, cita-cita itupun
akhirnya terwujud. Bahkan tempat gaul baru yang bernama ‘Elektra Pop’ itu tidak
hanya menawarkan warnet, tetapi juga rental PS, Distro, dan warung makan.
Bisnis itu awalnya mengalir pesat. Namun
percekcokan mulai terjadi saat Elektra menjelma menjadi sang penyembuh. Ya.
Seperti ayahnya yang mampu berteman dengan listrik, Eletra pun mempunyai
potensi tersebut di dalam tubuhnya. Itu pulalah yang membuat ia tampak begitu menikmati
bercengkerama dengan petir di saat orang lain justru takut tersambar.
Sayangnya, potensi tersebut cukup membuat Elektra ditakuti karena ia mampu
membuat orang lain tersengat hanya dengan sentuhan. Namun dibantu dengan Bu
Sati, Elektra mampu mengendalikan kemampuannya dan akhirnya justru bermanfaat
bagi orang lain. Tetapi bakat ‘sang penyembuh’ Elektra membuat sudut rental PS
di Elektra Pop tidak berjalan semestinya karena ruangan itu mulai dimanfaatkan
untuk tempat pengobatan Elektra. Mpret menentang usul tersebut yang membuatnya
akhirnya memilih untuk menghentikan usaha rental PS di Elektra Pop dan
memindahkannya di tempat lain. Tersendatnya bisnis rental PS digunakan Mpret
untuk menutupi alasannya yang sebenarnya bahwa pada dasarnya, ia hanya tidak
ingin Etra kelelahan akibat menangani pasien yang bejibun. Apalagi menggunakan
listrik sebagai pengobatan menguras energi yang tidak sedikit.
Dan suatu hari, Elektra kedatangan Bong dan
Bodhi tak lama setelah ia dinobatkan sebagai Supernova.
***
Dibanding semua episode Supernova yang sudah
diterbitkan (saya sudah baca semuanya cuma review-nya aja yang belum
ditulis, hehehe), Petir adalah favorit saya. Selain ceritanya yang cenderung
lebih mudah dimengerti, karakter Elektra yang polos terasa sangat menyenangkan.
Sejak halaman awal keping Petir, senyum saya sudah terkembang karena jabaran
yang menghibur tentang nama Elektra dan Watti yang kedua-duanya berhubungan
dengan listrik.
Ya. Elektra tanpa Watti memang masih kaya
humor, namun teras kurang lengkap. Kemunculan the funny duo itu selalu
saya tunggu-tunggu. Bagian favorit saya adalah ketika Elektra membohongi Watti
tentang ayat yang ternyata setelah dicek, tidak terdapat di dalam Alkitab.
Bagian favorit kedua adalah saat Elektra merona malu setelah surat lamarannya
untuk STIGAN ketahuan keluarga pamannya.
Tidak banyak yang bisa saya ceritakan soal
Petir. Yang jelas, ini novel berisi yang kaya humor. Jika ingin pintar
sekaligus terhibur, novel ini sangat saya rekomendasikan.
Bravo!
Rating
Cerita : 6,6 of 7
Cover : 6,5 of 7
Pertanyaan soal Elektra dan Petir setelah saya mengarungi isi buku keempat, "Partikel"
BalasHapussetelah mereka saling pingsan.. bagaimana Elektra tahu kalau Bodhi itu adalah "Akar"..??? masuk akal bagi Bodhi karena dijelaskan dalam buku kedua Bohi menerima surat untuknya yang didalam nya berisi sedikit informasi soal Petir... Tapi Ektra??? perasaan tidak ada petunjuk bagaimana dia bisa mengenali Bodhi sebagai "Akar".
Saya butuh pembahasan mengenai ini...please inform me to my email arief_rachiim@yahoo.co.id